HAJI TAMATTU’
Berhubung jama’ah
tidak membawa binatang qurban ke tanah Haram, maka hajinya dinamakan Haji
Tamattu’. Yaitu berasal dari kata “tamatta’a” artinya bersenang-senang.
Maksudnya, mengerjakan Umrah, kemudian bersenang-senang bebas dari ihram, kemudian
melakukan haji.
Perjalanan Haji di Indonesia biasanya dibagi menjadi 2
(dua) gelombang tergantung dengan banyaknya jamaah yang akan pergi ke
Baitullah.
GELOMBANG
I (Dari Tanah Air ke Medinah) :
Dari
asrama haji masing-masing menuju ke Bandara King Abdul Aziz di Jedah,
masing-masing jama’ah mempersiapkan pasportnya untuk diperiksa oleh petugas
keimigrasian Pemerintah Arab Saudi. Setelah selesai langsung menuju bus sesuai
dengan rombongannya untuk berangkat ke Madinah dalam rangka menunaikan ibadah Sholat
Fardlu berjama’ah di mesjid Nabawi.
Setelah
kurang lebih 8-9 hari di Madinah, jama’ah bersiap-siap untuk melaksanakan Umrah
ke Makkah singgah di Miqat Makani yaitu Bir Ali. Kemudian memakai IHRAM,
mengucapkan ihlal umrah “Labbaika
Umrotan” dan berlakulah syarat-syarat IHRAM.
GELOMBANG KE II ( Dari Tanah Air ke Mekkah)
Bagi
Jama’ah haji yang berangkat pada Gelombang II, sebelum berangkat ke Bandara
sebaiknya membersihkan badan (mandi) dan menggunakan kain ihram. Pada saatnya
nanti pramugari akan memberitahukan miqatnya di Yalamlam, dan jama’ah
haji langsung mengucapkan ihlal Umrah, kemudian ucapkan niat umrah “Labbaika
Umrotan”, bacalah talbiyah baik di pesawat, bandara King Abdul Aziz dan
baru berhenti setelah melihat kabah.
UMRAH.
1.
Ihram.
Orang
yang akan mengerjakan haji Tammattu setelah tiba disuatu miqat Makan, baik
wanita yang sedang haid atau nifas, hendaklah berihram untuk Umrah dan melakukan
hal-hal berikut.
- Membersihkan diri (potong kuku, mencukur kumis, cabut bulu
ketiak, cukur bulu kemaluan)
- Mandi, hukumnya sunnah.
·
Memakai
minyak wangi dikepala atau dibadan, hukumnya sunnah. Tidak boleh memakai minyak
wangi dipakaian ihram.
·
Kemudian
kenakanlah pakaian ihram (satu sebagai sarung dan satunya lagi sebagai
selendang) lebih utama apabila berwarna putih.
·
Bagi
wanita boleh mamakai pakaian yang ia
sukai yang menutup seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangannya, juga
tidak menampakan perhiasan dan tidak menyerupai pakaian laki-laki serta tidak
pula menyerupai pakaian wanita-wanita kafir, lebih utama apabila berwarna
putih.
·
Kerjakan
sholat baik fardlu (bila sudah masuk) atau sholat lain yang disyariatkan, seperti
sholat tahiyatul masjid, sholat dhuha atau lainnya, kecuali wanita yang sedang
haid atau nifas, dan bukan sholat sunnah ihram.
·
Kemudian
ucapkan ihlal umrah “Labbaika Umrotan”
(Aku sambut panggilan-Mu dengan mengerjakan Umrah) dan mulai saat itu
berlaku larangan-larangan bagi seorang Muhrim.
·
Sepanjang
perjalanan menuju Masjidil Haram mengucapkan talbiyah.
“Labbaik alloohumma labbaik, labbaika la syariikalaka labbaika, innalhamda
wanni’mata laka wa mulka laa syariikalaka” (Ku
sambut panggilanMu ya Allah, Ku sambut panggilanMu tiada sekutu bagiMu, ku
sambut panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, ni’mat dan kerajaan adalah
milikMu tiada sekutu bagiMU).
Larangan dalam Ihram.
Orang
yang dalam keadaan Ihram disebut MUHRIM. Adapun larangan-larangan bagi Muhrim
adalah sbb:
·
Bagi
pria tidak boleh memakai pakaian yang berpotongan, seperti baju, kemeja, kaos,
celana, cawat, tutup kepala /songkok /sorban /peci, sepatu yang menutup mata
kaki.
·
Bagi
wanita tidak boleh menutup muka dan kedua telapak tangan, pakaian harus menutup
seluruh badan.
·
Tidak
boleh memakai wangi-wangian dibadan atau pakaian.
·
Tidak
boleh memakai pakaian yang dicelup zafaran atau lainnya yang wangi.
·
Tidak
boleh mencukur rambut / menggunting rambut / men-cabut rambut, menggunting kuku
sebelum waktunya tahallul.
·
Tidak
boleh berburu, membunuh binatang buruan, memakan daging binatang buruan,
menghalau binatang atau membantu orang berburu
·
Meminang
atau melangsungkan akad nikah, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain
begitu juga mengadakan hubungan dengan istri atau menjamahnya dengan syahwat.
·
Tidak
boleh mengucapkan kata-kata kotor, kata-kata yang akan menimbulkan birahi,
keji, berbantah-bantahan atau bertengkar.
·
Tidak
boleh mengganggu atau merusak pohon-pohonan yang tumbuh di Makkah dan Madinah, baik pada waktu ihram
atau tidak, dengan mengambil durinya, kulitnya, dahan-rantingnya, apalagi
memotongnya.
2.
Thawaf.
Setelah
sampai di Masjidil Haram yang dilakukan adalah thawaf di Baitullah sebanyak 7
kali putaran, kecuali wanita yang sedang haid atau nifas.
·
Masuk
Masjidil Haram melalui pintu Bani Syaibah. ketika masuk masjid (kaki
kanan terlebih dahulu) dan menghentikan talbiyah-nya serta berdo’a “Allaahummaftah
lii abwaaba rohmatik”
·
Berwudlu
apabila batal wudlu-nya, untuk nanti sholat sunnah thawaf setelah selesai
thawaf (bukan untuk thawaf).
·
Mendatangi
Hajar Aswad, lalu Taqbil (mencium) atau Istilam (menyentuhnya) dengan tangan atau
dengan tongkat atau dengan isyarat dengan tangan dari jauh. Apapun cara yang
dipilih lakukan dengan mengucapkan “Allahu Akbar” kemudian memutar
badan dan menjadikan Ka’bah disebelah kirinya, lalu mengelilinginya dengan
melewati rukun Iraqi, Hijir Ismail, dan rukun Syami’. Sebagai patokan memulai
adalah lampu hijau di sebelah kanan (dimasjid, bukan di ka’bah) atau garis
coklat dilantai (kalau masih ada), mulailah melangkah dengan kaki kanan, sambil
berdoa sebisanya karena tidak ada dzikir khusus
maupun do’a khusus yang wajib untuk itu.
·
Setelah sampai dirukun
Yamani, hendaklah mengusapnya atau memberi isyarat dengan tangan dan tidak
bertakbir (tidak seperti di Hajar Aswad).
·
Diantara Rukun Yamani dan Hajar Aswad disunnahkan membaca “Robbanaa ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil ‘akhiroti hasanah wa qinaa
‘adzaaban naar” (Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksaan api neraka).
·
Setelah
sampai diHajar Aswad, tempat memulai thawaf berarti sudah menyelesaikan 1
putaran. Kemudian memulai lagi dengan putaran kedua dengan cara yang sama
sampai ketujuh.
·
Disunnahkan
melakukan idhthiba’ (meletakkan bagian tengah rida’ (kain ihram atas)
dibawah ketiak, sedang kedua ujungnya diatas pundak kiri) pada seluruh putaran.
Lakukan thawaf tujuh putaran dengan raml (berlari kecil dengan memendekkan
langkah tanpa melompat) pada tiga putaran pertama. Pada empat
putaran berikutnya cukup berjalan biasa.
·
Setelah
putaran ketujuh, hendaknya ia kenakan kembali rida’nya dengan meletakkan kain
ihram atas diatas kedua pundaknya sedang kedua ujungnya didada dan menuju Maqom
Ibrahim dengan membaca : “Waattahiduu min maqoom ibroohiima musholla”
3.
Shalat Sunnah Thawaf.
Setelah
selesai thawaf, lalu mengerjakan shalat sunnah Thawaf sebagai berikut.
·
Shalat sebanyak 2 rakaat.
·
Tempatnya dekat maqam Ibrahim atau agak kebelakang sedikit.
·
Rasulullah SAW setelah membaca Al Fatihah dirakaat pertama
membaca surat Al-Kafirun dan di rakaat kedua setelah membaca Al Fatihah
dirakaat pertama membaca surat al-Ikhlas dengan jahr (keras) siang maupun
malam.
·
Sholat dilakukan sendiri-sendiri / bukan berjamaah.
·
Setelah selesai sholat kembali ke Hajar Aswad, kemudian
istilam atau cukup isyarat dengan tangan, lalu menuju Shafa untuk mengerjakan
Sa’i.
4.
Sa’i antara Shafa dan Marwah.
Sa’i artinya berjalan,
berusaha, bergerak. Maksudnya berjalan antara bukit Shafa dan bukit Marwah,
dimulai dari Shafa sebanyak 7 kali, dan diakhiri pada Marwah. Jarak antar
Shafa- Marwah ± 400 mtr. Cara-cara sbb:
·
Rasulullah saw ketika mendekati Shofa membaca QS Al-Baqarah:
158. “Innashshofaa
wal marwata min sya-aa-irillaah” (Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu sebagian dari syi’ar-syi’ar (agama)
Allah),
lalu membaca: “Abdau bimaa ba’daa Allahu bihi” (Aku akan memulai (sa’i) dengan apa yang Allah memulai dengannya)
·
Naik ke bukit Shofa (batu-batuannya masih tersisa disitu),
lalu menghadap ka’bah, mengangkat dua tangan dan membaca:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
laa ‘ilaha ‘illallooh wahdahu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu
wahuwa ‘ala kulli syay’in qodiir,
laa ‘ilaha ‘illalloohu wahdahu
‘anjaza wa’dahu
wanashoro abdah
wa hazamal ahzaaba wahdah”
(Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan Yang Haq selain
Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, Milik-Nya segala kekuasaan, kepunyaan-Nya
segala pujian. Dan Dia berkuasa atas segala sesuatu, Tiada Tuhan Yang Haq
selain Allah Semata, Dia menyempurnakan janji-Nya, Dia telah menolong hamba-Nya
dan Dia telah menghancurkan kelompok-kelompok musuh dengan sendiri-Nya).
·
Dzikir diatas dibaca 3 kali, lalu berdoa apa saja dengan
bahasa apa saja. Setelah itu jalan turun dan ambil jalan sebelah kanan, ketika
sampai lampu hijau (lihat diatas) berlari-lari kecil dengan langkah pendek
sampai lampu hijau berikutnya, kemudian berjalan biasa lagi.
·
Sampai di Marwah berbuat seperti di Shofa, yaitu menghadap
ka’bah mengangkat tangan dan berdzikir 3 kali, lalu berdoa. Kemudian mengambil
jalan sebelah kanan berjal, berlari kecil, berjalan lagi seperti waktu dari
Shofa.
·
Tidak ada dzikir atau do’a khusus ketika berjalan dari Shofa
dan Marwah, boleh berdzikir dan berdo’a apa saja yang dikehendaki.
·
Perjalanan dari Shofa ke Marwah dihitung satu putaran dan
dari Marwah ke Shafa juga dihitung satu putaran, sehingga tujuh putaran yang
berakhir di Marwah.
·
Setelah genap hitungannya 7 kali, kemudian kita keluar
masjid dengan berdoa: “
5.
Tahallul.
Tahallul artinya bebas.
Maksudnya membebaskan diri dari Ihram sehingga larangan-larangan waktu ihram
tidak berlaku lagi. Tata caranya sebagai berikut:
·
Bagi pria mencukur seluruh rambut kepala atau menggunting
sebagiannya.
·
Bagi wanita cukup menggunting sebagian rambut.
Setelah mencukur rambut
atau menggunting, selesailah ibadah umrah-nya. Bagi pria boleh berganti pakaian
dengan pakaian biasa, dan wanita harus tetap berpakaian yang menutup auratnya.
Bagi wanita sedang
datang bulan (haidh) atau nifas setelah berniat ihram umrah, maka ia tidak
boleh melakukan thawaf maupun sa’i sehingga ia suci dan bersuci. Jika telah
suci dan bersuci maka langsung Thawaf dan Sa’i lalu memotong ujung rambutnya,
dengan demikian rampunglah umrahnya.
Dengan Tahallul ini,
selesai ibadah Umrah bagi Mutamatti’ (orang yang berhaji tamattu’) dan tinggal
di Makkah dalam keadaan halal (bebas dari larangan ihram) menunggu pelaksanaan
ibadah haji yang akan dimulai tanggal 8 Dzulhijjah.
Sambil
menunggu hari Tarwiyah (8 Dzulhijah), lakukanlah sholat berjamah di
Masjidil Haram atau di Mesjid terdekat dengan tempat tinggalnya, pada umumnya
jika dilakukan di Hotel/ Maktab sholatnya di
jama’ qashar. Bila di Masjidil Haram tidak ada sholat
tahyatul masjid, sholatnya diganti dengan melakukan thawaf, perbanyaklah
berdzikir dan berdo’a apa saja yang mudah dan ada dalilnya (diajarkan oleh
Nabi)
HAJI
1.
Ihram.
Pada Tanggal 8
Dzulhijjah (tarwiyah) berihram untuk ibadah haji seperti waktu mengerjakan
Umrah. Setelah selesai memakai pakaian ihram, ketika hendak berangkat berniat
dalam hati dan ber ihlal haji: “Labbaika hajjaan” (Aku
sambut panggilan-Mu dengan menunaikan ibadah haji).
Mulai waktu dhuha pada
hari itu berangkat menuju Mina untuk mabit (bermalam) disana.
2.
Mabit di Mina.
Mabit atau bermalam di
Mina mulai tanggal 8 siang hingga tanggal 9 pagi, dengan penjelasan sbb:
·
Rasulullah tinggal di Mina beliau mengerjakan shalat Dhuhur,
Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh disana. Setiap shalat wajib dikerjakan pada
waktunya masing-masing tanpa jama’, tetapi beliau meng-qashar dhuhur, Ashar dan
Isya’ dikerjakan masing-masing 2 rakaat.
·
Rasulullah saw tinggal di Mina sampai waktu dhuha tanggal 9
Dzulhijjah, kemudian berangkat menuju Arafah untuk Wuquf.
3.
Wuquf di Arafah.
Wuquf artinya berdiri,
berhenti. Maksudnya tinggal di Arafah. Waktunya terbentang dari sejak
tergelincirnya matahari disebelah barat pada tanggal 9 dzulhijjah hingga
sebelum terbit fajar, tanda masuk shalat Shubuh, pada malam tanggal 10
dzulhijjah.
Adapun tatacaranya sbb:
·
Pada waktu dhuha tgl 9 dzulhijjah, Rasulullah berangkat dari
Mina menuju Arafah.
·
Pada waktu berangkat para sahabat ada yang bertalbiyah ada
yang bertakbir. Rasulullah mendiamkannya, berarti boleh bertalbiyah diselingi
takbir.
·
Rasulullah tidak langsung ke Arafah, tetapi beliau singgah
di Namirah, yaitu tempat sebelum Arafah. Setelah matahari tergelincir pada hari
itu, beliau menuju ke Arafah, lalu beliau ber-khutbah.
·
Setelah selesai khutbah, beliau shalat Dhuhur dan Ashar
dengan jama’ qhasar. Setelah shalat dhuhur 2 rakaat beliau qamat lalu shalat
Ashar 2 rakaat di waktu dhuhur, disebut jama’ taqdim.
·
Selesai shalat beliau wuquf dengan menghadap qiblat, berdo’a
bersungguh-sungguh sambil mengangkat 2 tangan. Tidak ada do’a / dzikir khusus
yang diajarkan Rasulullah, maka kita boleh berdo’a dan berdzikir sesuai dengan
keinginan kita dalam batas-batas yang dibenarkan.
4.
Mabit di Muzdalifah.
Mabit di Muzdalifah
adalah tinggal di muzdalifah pada malam 10 dzul-hijjah sejak tiba di arafah
hingga pagi dan mengerjakan shalat shubuh disana.
·
Sejak matahari terbenam setelah wuquf di Arafah, yg berarti
sudah masuk tgl 10 dzulhijjah mulai berangkat dari Arafah menuju Muzdalifah.
Bagi yang terlambat untuk wuquf, dibenarkan wuquf sampai sebelum terbit fajar
pada malam itu.
·
Tiba di Muzdalifah mengerjakan shalat maghrib dan isya’
dengan jama’ ta’khir. Caranya, setelah wudhu lalu adzan dan qamat, kemudian
shalat maghrib 3 rakaat, sesudah itu qamat lagi dan shalat isya’ 2 rakaat
(qashar). Selesai shalat istirahat dan tidur.
·
Setelah terbit fajar, shalat subuh, Rasulullah mengerjakan
dengan berjamaah. Selesai shalat subuh,
usahakan ketempat yang disebut Masy’aril Haram, kemudian berdoa dengan sungguh-sungguh
sesuai hajat masing-masing.
·
Selesai berdoa dan cuaca sudah agak terang berangkat menuju
Mina. Bagi wanita dan orang yang lemah, boleh meninggalkan Muzdalifah pada
malam harinya tanpa menunggu shalat subuh di Muzdalifah.
5.
Melempar Jamrah Aqabah.
Tanggal 10 Dzulhijjah
setelah terbit matahari, mulai melempar jumrah Aqabah atau jamrah Kubra dengan
tujuh kerikil. Kerikil bisa diambil dari mana saja, baik dari Mina maupun dari
Muzdalifah. Sampai di dekat Jamrah Aqabah hendaknya berhenti dari membaca talbiyah,
dan lakukanlah melempar jumrah Aqabah dengan tujuh batu kerikil satu demi satu
dengan membaca takbir (Allaahu Akbar) setiap kali melempar. (Ingat! Perjalanan ke jamrah aqabah akan melewati jamrah
sughra/ula dan wustha, jadi jamrah aqabah tempatnya paling akhir) Disunnahkan
melempar dari arah tengah (posisi Kabah disebelah kiri, dan Mina disebelah
kanan), namun melempar dari arah manapun asalkan batu kerikil yang dilemparkan
itu tepat jatuh pada gundukan jamrah adalah sah. Selesai melempar tujuh kerikil,
menghadap kiblat lalu berdoa: Allahumaj’alhu hajjan mabruuraan wadzanban
magfuuraan (Ya Allah, Jadikanlah haji yang mabrur dan dosa yang
diampuni)
6.
Menyembelih Hadyu.
Bagi Mutamatti’ (orang
yang mengerjakan haji tamattu) wajib menyembelih hadyu (orang lebih mengenal
dengan dam tamattu) yang dibeli di Makkah. Hadyu ini berupa seekor kambing atau
7 orang bersekutu menyembelih seekor unta. Adapun waktu dan tatacaranya :
·
Selesai melempar jamrah Aqabah dan pada hari Nahr (tgl 10,
11, 12 atau 13 dzulhijjah).
·
Bagi yang tidak mendapatkan kambing atau onta atau tidak
mampu membelinya, maka hadyu boleh diganti dengan:
o Puasa 3 hari pada bulan-bulan haji,
bahkan boleh pada hari Tasriq yaitu tgl 11, 12, 13 dzulhijjah.
o Puasa 7 hari setelah kembali ketempat
tinggal masing-masing di negara masing-masing.
Dengan demikian puasa pengganti hadyu itu jumlahnya 10 hari.
7.
Tahallul Shughra.
Tahallul sebelum Thawaf
Ifadhah pada hari Nahr, maksudnya membebaskan diri dari larangan-larangan ihram
haji kecuali jima’. Caranya sbb:
·
Bagi pria menggunting sebagian rambut kepala atau mencukur
seluruhnya dan ini lebih afdhal.
·
Bagi wanita cukup menggunting sebagian rambut.
·
Setelah tahallul, bagi pria boleh berganti pakaian dengan
pakaian biasa, dan wanita harus tetap berpakaian yang menutup auratnya.
8.
Thawaf Ifadhah.
Thawaf Ifadhah adalah
thawaf untuk ibadah haji yang dilakukan 7 kali putaran pada tanggal 10
dzulhijjah. Adapun caranya sama dengan thawaf Umrah, hanya tanpa lari-lari
kecil di 3 putaran pertama. Kemudian shalat sunnah thawaf dibelakang maqam
ibrahim. Setelah thawaf ifadhah bebaslah dari larangan Ihram termasuk boleh
jima’. Hal ini disebut Tahallul Kubra.
9.
Sa’i antara Shafa dan Marwah.
Tatacara Sa’i untuk
haji sama dengan tatacara sa’i untuk Umrah. Perlu dicatat bahwa amalan haji
pada tgl 10 Dzulhijjah, seperti melempar jamrah, menyembelih hadyu, Tahallul Shughra,
Thawaf Ifadhah, dan Sa’i sebaiknya dilakukan tertib, tetapi boleh juga tidak
tertib. Secara tertib meniru sunnah Nabi saw, sedangkan tidak tertib
berdasarkan idzin beliau.
10. Melempar Tiga Jamrah.
Pada tanggal 11, 12, 13
atau hari Tasyriq hendaklah melempar 3 jamrah, yaitu jamrah shughra/ula, jamrah
wustha, dan jamrah kubra/ aqabah setelah matahari tergelincir kesebelah barat,
masing-masing 7 kerikil. Adapun tatacaranya sbb:
·
Pada tanggal 11 dzulhijjah, setelah matahari tergelincir,
mulai melempar 3 jamrah secara tertib bergiliran.
o
Jamrah Shughra/Ula.
§ Melempar dengan 7 kerikil, setiap
lemparan hendaklah membaca takbir Allahu Akbar.
§ Setelah 7 lemparan secara berturut-turut,
kemudian menuju tempat yang lapang, berdiri menghadap kiblat dan berdoa sambil
mengangkat tangan.
o Jamrah Wustha.
§ Melempar dengan 7 kerikil, setiap
lemparan hendaklah membaca takbir Allahu Akbar.
§ Setelah 7 lemparan secara
berturut-turut, kemudian menuju tempat yang lapang, berdiri menghadap kiblat
dan berdoa sambil mengangkat tangan.
o
Jamrah Kubra/Aqabah.
§ Melempar dengan 7 kerikil, setiap
lemparan hendaklah membaca takbir Allahu Akbar.
§ Setelah 7 lemparan secara
berturut-turut, kemudian meninggalkan tempat jumrah tanpa berdoa lagi.
·
Pada tanggal 12 dzulhijjah, setelah matahari tergelincir,
melempar 3 jamrah seperti sehari sebelumnya. Apabila ingin mengambil Nafar
Awwal, maka sebelum maghrib harus sudah meninggalkan Mina, kembali ke Makkah.
·
Pada tanggal 13 dzulhijjah, bagi yang mengambil Nafar Tsani,
melempar 3 jamrah sebagaimana pada hari tgl 11 dan 12, baru kemudian
meninggalkan Mina kembali ke Makkah.
Dengan selesainya melempar 3 jamrah pada hari-hari Tasyriq,
maka selesailah ibadah haji kita, tinggal kita melakukan Thawaf Wada’ (thawaf
perpisahan) apabila sudah akan meninggalkan Makkah.
11. Thawaf Wada’
Thawaf Wada’,Thawaf
Perpisahan, Thawaf Selamat Tinggal. Jamaah haji yang sudah siap untuk
meninggalkan Makkah hendaklah melakukan Thawaf Wada’ tanpa pakai kain ihram dan
shalat sunnah thawaf 2 rakaat dibelakang maqam Ibrahim. Wanita yang kebetulan
haid/datang bulan diberi kelonggaran tidak melakukan thawaf wada’ dan langsung
meninggalkan Makkah. Adapun caranya sama dengan thawaf ifadhah, yang disebut
juga Thawaf Ziyarah. Setelah melakukan thawaf wada’ segera meninggalkan Makkah,
bila sempat ke Masjidil Haram lagi, maka harus melakukan thawaf wada’ lagi.
Alhamdulillah ibadah haji sudah terselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar