Jihad hukumnya fardhu kifayah, selagi ada yang
berjihad, gugurlah kewajiban kaum muslimin lainnya untuk ikut berjihad, kecuali
mendapat perintah khusus dari pemimpin yang sah. Namun, ternyata, dalam sebuah
hadits, jihad itu fardhu ‘ain,
masing-masing muslim wajib berjihad, meski hanya sekali. Jika ia tidak mampu
berjihad seumur hidupnya, maka dia harus memiliki niat dan keinginan untuk bisa
berjihad.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
berkata, “Barangsiapa mati dan belum pernah berperang (di
jalan Allah) dan tidak ada niatan sama sekali untuk berperang (di jalan Allah)
berarti ia mati dengan membawa cabang kemunafiqan.” [HR Muslim no.
1910]
Mengapa Rasulullah melontarkan ungkapan
demikian? Nampaknya Rasulullah ingin agar umatnya tidak satupun yang melewatkan
ibadah jihad, karena pahala dari Allah bagi orang yang berjihad sangat besar
sekali. Kendati hanya berniat untuk bisa berjihad, itu saja sudah besar
pahalanya. Rugi sekali bila seorang muslim hidup tanpa pernah berjihad, atau
memiliki keinginan kuat untuk berjihad, atau mendapatkan pahala jihad.
Jihad adalah kemuliaan wahai saudaraku.
Jihad adalah amalan yang utama dalam Islam. Jihad adalah tonggak terciptanya
keadilan dan kejayaan Islam dan umat Islam di muka bumi. Dengan jihad, dunia
akan damai dan makmur. Dengan jihad, Islam akan berjaya, dan umat Islam akan
berwibawa.
Rasulullah dalam beberapa kesempatan
menguraikan amal-amal yang pahalanya setara dengan berjihad, berikut di
antaranya.
Pertama, membantu para janda dan
orang-orang miskin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, “Orang yang membantu para janda dan
orang-orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau orang yang
mengerjakan shalat malam dan berpuasa siang hari.” [HR Bukhari no. 6006; Muslim no. 2982]
Kedua, berbuat baik kepada kedua
orang tua.
Dari Abu Hurairah, ada seseorang yang
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin berjihad.
Nabi pun bertanya, “Apakah orang tua Anda masih hidup?”
Orang itu menjawab, “Ya.” Nabi berkata, “Hendaknya kepada
keduanya Anda berjihad.” [HR Bukhari no. 3004; Muslim no. 2549]
Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah
kewajiban setiap anak. Sebaliknya, mendurhakai kedua orang tua adalah kejahatan
paling jahat. Bagaimana berbuat baik kepada orang tua? Dengan menaatinya,
menghormatinya, membantunya, memenuhi permintaannya, berdoa untuknya, dan
sebagainya. Tentu saja selagi masih dalam koridor ketaatan kepada Allah. Ketika
telah melanggar ketentuan Allah yaitu Islam, maka kita diperbolehkan tidak
menaati orang tua. Namun tetap kita berbuat baik kepada keduanya. Bagaimana
bentuk durhaka kepada orang tua? Dengan tidak menaatinya, dengan merendahkannya
dan tidak memuliakannya, dengan tidak membantunya, dengan tidak memenuhi
permintaan dan kebutuhannya, tidak berdoa kebaikan untuknya malahan mendoakan
kejelekan untuknya, dan sebagainya.
Ketiga, menjadi amil zakat, baik
zakat fithri maupun zakat mal.
Dari Rafi’ bin Khadij, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang
bekerja sebagai amil zakat dengan benar seperti orang yang berperang di jalan
Allah hingga ia kembali ke rumahnya.” [HR Abu Dawud no.
2936. Shahih Al-Jami’ no. 4117]
Keempat, bekerja mencari rizki untuk
memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri, keluarga, dan kedua orang tua.
Dari Ka’b bin ‘Ujrah, ada seseorang
berpapasan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para shahabat kagum
terhadap kesungguhannya dalam bekerja. Lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
seandainya ia berada di jalan Allah.” Rasulullah mengomentari, “Kalau ia keluar mencari rizki untuk (memenuhi
kebutuhan) anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia
keluar mencari rizki untuk (memenuhi kebutuhan) kedua orang tuanya yang sudah
lanjut usia, maka ia terhitung di jalan Allah. Bila ia keluar mencari rizki
untuk (memenuhi kebutuhan) dirinya untuk menjaga diri (dari meminta-minta),
maka ia berada di jalan Allah. Namun, jika ia keluar mencari rizki untuk pamer
dan kesombongan, maka ia berada di jalan setan.” [Shahih Al-Jami’
no. 1428]
Kelima, mempelajari kebaikan (ilmu)
atau mengajarkannya di Masjid Nabawi.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
berkata, “Barangsiapa mendatangi masjidku ini dan tidak ada
tujuan lain kecuali mempelajari atau mengajarkan kebaikan, niscaya ia seperti
orang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa dalam mendatanginya dengan
tujuan yang lain, maka ia seperti orang yang melihat kenikmatan orang lain.”
[Shahih Al-Jami’ no. 6184]
Keenam, melaksanakan ibadah haji dan
umrah.
Dari Ummu Ma’qal, Rasulullah berkata,
“Sesungguhnya haji dan umrah termasuk di jalan Allah, dan umrah pada bulan
Ramadhan sebanding dengan haji.” [Shahih Al-Jami’ no. 1599]
Dari Asy-Syafa`, ada seorang yang
datang kepada Nabi dan berkata, “Saya ingin berjihad di jalan Allah.” Nabi
lantas berkata, “Maukah kamu aku tunjukkan jihad
yang tidak ada rintangannya? (yaitu) Haji ke Baitullah.” [Shahih
Al-Jami’ no. 2611] Dari Al-Husain bin ‘Ali, Rasulullah berkata, “Mari menuju jihad yang tidak ada rintangannya,
yaitu haji.” [Shahih Al-Jami’ no. 7044]
Ketujuh, menanti datangnya shalat
setelah melaksanakan shalat.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah
bertanya,”Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang
menyebabkan Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat-derajat
kalian? Yaitu, menyempurnakan wudhu pada waktu-waktu sulit, banyak melangkah
menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Itulah ribath, itulah ribath.”
[HR Muslim no. 251]
Para shahabat Rasulullah banyak yang lebih
memilih lokasi rumah yang jauh dari Masjid, karena mengetahui keutamaan
tersebut. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia menceritakan, “Rumah kami jauh
dari masjid. Kemudian, kami ingin menjual rumah kami agar bisa berpindah di
dekat masjid. Namun Rasulullah melarang kami. Beliau berkata, “Sesungguhnya pada setiap langkah kalian (bisa
mengangkat) derajat.”.” [HR Muslim no. 664]
Dari Anas bin Malik, “Saya berjalan
ke masjid bersama Zaid bin Tsabit. Ketika itu ia memperpendek langkahnya sambil
berkata, “Saya ingin langkah kita ke masjid menjadi banyak.”.” [Fath Al-Bari
2/165 hadits no. 656]
Dari Ubay bin Ka’b, ada orang yang
setahu saya rumahnya paling jauh dari masjid. Tetapi ia tidak pernah tertinggal
shalat jama’ah. Orang itu ditanya atau saya bertanya kepadanya, “Mengapa Anda tidak
membeli keledai yang bisa Anda naiki ketika malam yang gelap dan ketika panas?”
Ia menjawab, “Aku tidak suka jika rumahku dekat masjid. Aku ingin langkahku
ketika berangkat ke masjid dan ketika pulang menemui keluargaku ditulis (diberi
pahala).” Rasulullah berkomentar, “Allah telah
mengumpulkan itu semua untukmu.” [HR Muslim no. 663]
Kedelapan, berpegang teguh terhadap
As-Sunnah ketika zaman fitnah dan Islam dianggap asing oleh kebanyakan manusia.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah
berkata, “Sesungguhnya sesudah kalian ada suatu zaman, pada
saat itu orang yang bersabar dalam berpegang teguh terhadap As-Sunnah
mendapatkan pahala lima puluh orang mati syahid.” [Shahih Al-Jami’
no. 1625]
Kesembilan, menyiapkan bekal bagi
orang yang berjihad di jalan Allah atau mengurusi keluarga orang yang berjihad
di jalan Allah.
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani,
Rasulullah berkata, “Barangsiapa menyiapkan bekal bagi
orang yang berperang di jalan Allah maka ia tercatat telah berperang, dan
barangsiapa mengurus keluarga orang yang berperang (di jalan Allah) maka ia
tercatat telah berperang.” [HR Bukhari no. 2843; Muslim no. 1895]
Kesepuluh, mendakwahi orang musyrik
dan memberantas kesyirikan. Jika orang musyrik yang kita dakwahi itu menyerang
kaum muslimin, maka kita wajib berjihad memeranginya.
Dari Abdullah bin Hubsyi
Al-Khats’ami, bahwasanya Nabi pernah ditanya, “Apakah
Jihad yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang berjihad melawan kaum
musyrikin dengan harta dan jiwanya.” [HR Abu Dawud no.
1449]
Kesebelas, berdakwah kepada penguasa
dan pemerintah yang lalim.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah
berkata, “Sebaik-baik jihad adalah mengungkapkan kebenaran
kepada penguasa (sulthan) yang lalim,
ataupun pemerintah (amir) yang
lalim.” [HR Abu Dawud no. 4344]
Keduabelas, berdoa dengan
sungguh-sungguh meminta mati syahid.
Dari Sahl bin Hunaif, Rasulullah
berkata, “Barangsiapa benar-benar meminta mati syahid niscaya
Allah mengantarkannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun ia
mati di atas ranjangnya.” [HR Muslim no. 1909]
Ibnu Hajar berkata, “Derajat orang
yang berjihad terkadang bisa diraih oleh orang yang tidak berjihad. Bisa jadi
karena niatnya yang tulus atau bisa juga karena amal shalih yang menyamainya.
Setelah menjelaskan bahwa surga firdaus itu dipersiapkan untuk orang-orang yang
berjihad, Allah memerintah kita untuk berdoa meminta surga Firdaus.” [Fath
Al-Bari 6/16 hadits no. 279]
Demikianlah dua belas amal setara jihad.
Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayahNya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar