Jika kita melihat ciptaan Allah kita akan menemukan suatu keindahan yang
luar biasa. Suatu keindahan dan keagungan yang menunjukan keagungan Dzat yang
menciptakannya. Keteraturan, keharmonisan, dan keindahan alam semesta
menunjukan akan adanya Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Langit dengan
segala hiasannya. Bumi dengan lautan dan sungai sungai yang mengalir di
dalamnya. Gunung gunung yang begitu kokoh menjulang tinggi. Hewan hewan dan
tumbuhan dengan bermacam macam jenisnya. Semuanya diciptakan dengan begitu
indah. Suatu karya luar biasa dari Sang Pencipta.
Berfikir dan ber-tadabbur terhadap ciptaan Allah akan menambahkan keimanan
kita kepada Allah ta’ala. Yang karenanya Allah ta’la menyeru manusia untuk
senantiasa merenungi ciptaan ciptaanya. Allah ta’ala berfirman,
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى
السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?”
“Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” “Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan?” “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Qs. Al Ghosyihah : 17-20.
Allah ta’ala pun memuji Ulul Albab (orang yang berakal/cerdas) dan
menjelaskan kebiasaan mereka mentadaburi ayat ayat Allah ta’ala berupa ciptaan
Nya. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Al Imron : 190-191).
Allah pun membantah orang orang Musyrikin yang mengingkari hari
kebangkitan. Mereka dengan akal mereka menyangka bahwa jiwa yang telah mati
tidak akan mungkin bisa dihidupkan kembali.
قَالَ
مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
Mereka mengatakan, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang
telah hancur luluh?” (Qs. Yasin : 78).
Maka Allah pun menjelaskan, bahwa membangkitkan manusia tidak apa apanya
dibandingkan dengan penciptaan alam semesta. Jika saja alam semesta yang luar
biasa besarnya Allah mampu membuatnya, bagaimana hanya dengan sekedar
membangkitkan manusia?! tentu saja Allah lebih mampu. Allah ta’ala berfirman,
لَخَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan
manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Ghofir : 57).
Prinsip penting yang perlu kita kedepankan ketika membahas masalah azali
(kejadian masa silam) atau masalah ghaib secara umum adalah tidak memberikan
rincian tanpa bukti dan dalil yang shahih. Sebatas teori, tidak bisa dijadikan
acuan. Karena Allah tidak akan menanyakan masalah ghaib yang kita tidak tahu
dan yang tidak disebutkan dalam dalil.
Karena Allah ta’ala mencela memberikan komentar tentang masalah ghaib,
yang tidak memiliki bukti.
Diantaranya masalah proses penciptaan alam semesta. Dalam al-Quran, Allah
hanya memberikan keterangan global dan tidak rinci. Walaupun kemudian bisa dibuktikan kebenarannya dengan ilmu
pengetahuan modern. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci,
itu sudah cukup bagi seorang muslim.
Al Qur’an lah –disamping juga Sunnah-
satu satunya sumber otentik yang bisa dipercaya. Adapun teori-teori yang
dicetuskan oleh ilmuan ilmuan barat, maka semuanya dikembalikan kepada Al
Qur’an. Jika sesuai maka diambil, namun jika berbeda maka Al Qur’an lebih di
dahulukan.
Allah tegaskan dalam al-Quran,
مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلا خَلْقَ
أَنْفُسِهِمْ
Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi
dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri (QS. al-Kahfi: 51)
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,
فأما
الأيام الستة التي خلق الله فيها السموات والأرض فهي غيب لم يشهده أحد من البشر،
ولا من خلق الله جميعاً
Rentang 6 hari yang Allah jadikan waktu penciptaan langit dan bumi,
sifatnya ghaib. Tidak ada satupun manusia yang menyaksikannya, tidak pula
makhluk Allah semuanya. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 190003)
Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran
Allah ta’ala menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam al-Quran.
Ada yang bersifat global dan ada yang lebih rinci.
Dalam penjelasan global, Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan
bumi selama 6 hari. Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam al-Quran.
Diantaranya,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Sesungguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah,
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di
atas Arsy. (QS. al-A’raf: 54).
Allah juga berfirman di surat al-Furqan,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ
Sungguh Aku telah menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada
diantara keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek. (QS. Qaf: 38).
Keterangan lainnya Allah sebutkan di surat Yunus (ayat 3), Hud (ayat 7),
al-Furqan (ayat 59), as-Sajdah (ayat 4), dan al-Hadid (ayat 4).
إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ
الأَمْرَ مَا مِن شَفِيعٍ إِلاَّ مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمْ
فَاعْبُدُوهُ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy
(singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi
syafa'at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah, Rabb
kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus:3)
وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ
أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ
الَّذِينَ كَفَرُواْ إِنْ هَـذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan adalah
'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya , dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu
akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (QS. Hud:7)
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ
خَبِيرًا
Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy ,
(Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (QS. al-Furqan:59)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُم مِّن
دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at . Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. as-Sajdah:4)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ
أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا
يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاء وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ
أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari; Kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadanya . Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hadid:4)
Disamping penjelasan global, Allah juga memberikan penjelasan lebih rinci,
di surat Fushilat (ayat 9 sampai 12), Dia berfirman,
قُلْ أَإِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي
يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَاداً ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ*
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا
وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ*
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا
وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِين*
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي
كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi
dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian
itu adalah Rabb semesta alam”.
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya
dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati”
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Makna Kata “Hari”
Selanjutnya, kita akan memahami makna kata ‘hari’ yang disebutkan dalam
berbagai ayat di atas.
Ar-Raghib al-Asfahani mengatakan,
اليوم
-في لغة العرب- يعبر به عن وقت طلوع الشمس إلى غروبها، وقد يعبر به عن مدة من
الزمان أي مدة كانت
Kata ‘hari’ – dalam bahasa arab –, bisa digunakan untuk menyebut
rentang waktu antara terbit matahari hingga terbenamnya. Bisa juga untuk
menyebut rentang waktu tertentu. (al-Mufradat, hlm. 553).
Karena itulah, ulama berbeda pendapat dalam memahami kata ‘hari’
terkait proses penciptaan alam semesta.
Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an Nihayah menyebutkan perbedaan pendapat
ulama tentang makna ‘hari’ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada dua
pendapat ulama tentang makna kata ‘hari’ terkait penciptaan langit dan
bumi,
Pendapat Pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai sejak
terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur
(mayoritas) ulama.
Pendapat Kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu seperti 1000
tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari
Ibn Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih oleh
Imam Ahmad sebagaimana keteragan beliau dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah. Pendapat
ini pula yang dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari. (al-Bidayah wa
an-Nihayah, 1/15).
Diantara ulama yang berpendapat bahwa satu hari sama dengan seribu tahun
adalah al-Qurthubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya,
في
ستة أيام” أي من أيام الآخرة أي كل يوم ألف سنة لتفخيم خلق السماوات والأرض….
Dalam waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama
dengan 1000 tahun, karena besarnya penciptaan langit dan bumi. (Tafsir
al-Qurthubi, 7/219)
Bumi atau Langit Dulu?
Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan
bumi, pertama, mengawali penciptaan (Ibtida al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan
penciptaan (Taswiyah al-Khlqi).
Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia
menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida
al-Khalqi, bumi lebih awal dibandingkan langit. Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah
al-Khlqi), baru dilakukan setelah Allah menciptakan langit.
Ketika menafsirkan surat Fushilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan,
فذكر
أنه خلق الأرض أولا لأنها كالأساس، والأصل أن يُبْدَأَ بالأساس، ثم بعده بالسقف،
كما قال: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى
إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi
ibarat pondasi. Dan pertama kali, harusnya dimulai dengan pondasi. Kemudian
setelahnya adalah atap. Sebagaimana yang Allah firmankan,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian,
kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit (QS. al-Baqarah: 29)
Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at,
أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ
سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ
ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Dia
memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (QS. an-Nazi’at: 27 – 33)
ففي
هذه الآية أن دَحْى الأرض كان بعد خلق السماء ، فالدَّحْيُ هو مفسر بقوله: {
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا } ، وكان هذا بعد خلق السماء، فأما خلق
الأرض فقبل خلق السماء بالنص
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan
setelah menciptakan langit. Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia
memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.”
Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini
dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas). (Tafsir
Ibnu Katsir, 7/165).
Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas yang
diriwayat Bukhari dalam Shahihnya.
Dari Said bin Jubair bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Abbas
beberapa ayat yang menurutnya bertentangan, diantaranya firman Allah tentang
penciptaan langit dan bumi.
Dimana orang ini menanyakan, bahwa di surat an-Nazi’at (ayat 27 – 30), Allah
menyebutkan bahwa Dia menciptakan langit sebelum menciptakan bumi. Sementara di
surat Fushilat (ayat 9 – 12) Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi
sebelum menciptakan langit.
Jawab Ibnu Abbas,
خلق
الأرض في يومين، ثم خلق السماء، ثم استوى إلى السماء، فسواهن في يومين آخرين، ثم
دَحَى الأرض، ودَحْيُها: أن أخرج منها الماء والمرعى، وخلق الجبال والجماد والآكام
وما بينهما في يومين آخرين، فذلك قوله: {دَحَاهَا} وقوله { خَلَقَ الأرْضَ فِي
يَوْمَيْنِ } فَخُلِقت الأرض وما فيها من شيء في أربعة أيام، وخلقت السماوات في
يومين
Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit.
Kemudian dia beristiwa ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2
hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan
bumi). Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan Dia keluarkan dari bumi mata
air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan
segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari. Itulah makna firman
Allah, “Bumi dihamparkannya.” Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi
dalam 2 hari.” Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan
semua langit dalam 2 hari. (HR. Bukhari secara Muallaq sampai al-Minhal, 16/85).
Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Allah menciptakan bumi 2 hari belum sempurna dan belum ada isinya.
Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi
dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari. Allahu a’lam.
Demikianlah, ibarat sebuah bangunan, pondasi atau asas
dibuat terlebih dahulu sebelum atap. Maka bumi adalah asas atau pondasi dan
langit adalah atapnya. [Al bidayah wan
nihayah 1/17] Allah ta’ala berfirman,
اللَّهُ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاء
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit
sebagai atap” (Qs. Ghofir : 64.
Langit diciptakan dengan tujuh lapisan. Begitu juga dengan bumi. Meskipun
kata bumi selalu disebutkan dalam bentuk tunggal dalam Al Qur’an. Tidak
sebagaimana langit yang seringkali disebutkan dalam lafadz jamak. Namun ada
sebuah ayat yang menunjukan bahwa bumi pun tujuh lapis sebagaimana langit. Allah
ta’ala berfirman,
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ
الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu.” (Qs. At Thalaq : 12).
Dan dikuatkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barangsiapa
berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya) sejengkal tanah,
maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi”. [HR. Bukhori No. 2453
dan Muslim No. 1611]
Kemudian Allah memisahkan antara langit dan bumi, sehingga angin pun
bertiup, hujan pun turun, tumbuhlah berbagai macam tumbuhan, gunung gunung
ditancapkan ditempatnya, Allah menjadikan makhluk ciptaan berpasang pasangan,
diciptakan kehidupan dari air, diciptakannya matahari sebagai penerang, dan
bintang bintang serta rembulan sebagai hiasan. Semua itu bukti kebesaran Allah
ta’ala. [Al Bidayah wan Nihayah 1/17]
Jarak antara langit dan bumi adalah lima ratus tahun perjalanan. Begitu
juga antara satu lapisan langit dengan lapisan selanjutnya. Disebutkan dalam
hadits,
وعن العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: (هل تدرون كم بين السماء والأرض؟) قلنا: الله ورسوله أعلم قال: (بينهما
مسيرة خمسمائة سنة، ومن كل سماء إلى سماء مسيرة خمسمائة سنة وكثف كل سماء خمسمائة
سنة، وبين السماء السابعة والعرش بحر بين أسفله وأعلاه كما بين السماء والأرض،
والله سبحانه وتعالى فوق ذلك، وليس يخفى عليه شيء من أعمال بني آدم). أخرجه أبو
داود وغيره.
Dari Abbas bin Abdul Mutthalib Radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tahukah
kalian berapa jarak antara langit dan bumi? Kami berkata, “Allah dan RasulNya
lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda, “Jarak keduanya adalah perjalanan
lima ratus tahun, dan antara satu langit dengan langit selanjutnya perjalanan
lima ratus tahun, dan tebal setiap langit adalah perjalanan lima ratus tahun,
dan diantara langit ketujuh dengan arsy ada laut yang jarak antara dasar dan
atasnya adalah seperti jarak antara langit dan bumi, dan Allah diatas itu
semua, tidak tersembunyi baginya amalan manusia….” [HR Abu Dawud (4723)
Tirmidzi (3320) dan Ibnu Majah (193)]
Keyakinan orang yahudi; Allah selesai menciptakan langit dan bumi di hari
Jum’at dan beristirahat di hari Sabtu
Orang Yahudi mencela Allah. Mereka mengatakan Allah ta’ala selesai
menciptakan langit dan bumi di hari jum’at dan beristirahat di hari Sabtu.
Mereka menyangka bahwa Allah ta’ala kelelahan setelah menciptakan langit dan
bumi sehingga memerlukan istirahat, Maha Suci Allah atas apa yang mereka
tuduhkan.
Allah pun membantah ucapan mereka. Allah ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
وَمَا مَسَّنَا مِن لُّغُوبٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (Qs Qaf : 38).
Allah ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Allah berkehendak, bisa
saja langit dan bumi diciptakan dengan sekejap. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا
أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin : 82).
Namun Allah memiliki Nama Al Hakim; Maha Bijaksana. Semua
ketentuan Allah mengandung hikmah. Dengan proses penciptaan langit dan bumi
Allah ingin menunjukan kepada makhluk Nya akan keagungan Allah. Dan mengajarkan
bahwa segala sesuatu membutuhkan proses. Dengan ini manusia belajar bersabar.
Penciptaan lautan dan sungai-sungai
Diantara tanda tanda kekuasaan Allah di bumi adalah diciptakanannya lautan
dan sungai sungai. Dengan lautan seseorang bisa berlayar mencari rizki.
Disediakan ikan ikan yang segar untuk makanan manusia. Didalamnya terdapat
berlian dan mutiara yang indah dan berharga. Semua itu diciptakan hanya untuk
manusia.
Allah ta’ala berfirman,
وَمِنْ
آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ إِن
يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَى ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang
berlayar) di laut seperti gunung-gunung” “Jika Dia menghendaki, Dia akan
menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi
setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur” (As Syuro : 32-33).
أَلَمْ
تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ
آيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
”Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (Qs. Lukman : 31).
وَهُوَ
الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُواْ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُواْ
مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ
وَلِتَبْتَغُواْ مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Qs. An Nahl : 14).
Lautan dan sungai sungai adalah dua ciptaan yang menjadikan bumi semakin
indah. Tidak heran ketika Allah menyebutkan syurga selalu dikaitkan dengan
sungai sungai yang mengalir di bawahnya. Karena memang, tanpa sungai kehidupan
akan terasa gersang. Dengan sungai dan lautan pula, udara menjadi bersih tidak
tercemari oleh bangkai hewan. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
ketika ditanya tentang bangkai ikan laut, beliau bersabda,
هُوَ
الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Dia (air laut) itu suci airnya dan halal bangkai (hewan) nya.” [Diriwayatkan oleh Malik dalam Muwatho’
(45) juga oleh Ashabus Sunan, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah (111).]
Wallahu ‘Alam bis Shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar