Waspada, Kebahagiaan Dapat Hilang Karena Kesalahan !
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah berfirman,
وَمِنْ
كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat : 49).
Perempuan adalah pasangan laki-laki. Dijadikannya perempuan sebagai
pasangan laki-laki -dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah- adalah untuk suatu
hikmah yang agung, sebagaimana Dia berfirman,
وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.” (QS. Ar Ruum : 21).
Namun, kecenderungan, ketentraman dan rasa kasih sayang terkadang pudar
atau bahkan hilang kerena sebab tertentu. Dimungkinkan salah satu sebabnya
adalah “dosa atau kesalahan”, baik kesalahan tersebut dilakukan oleh suami
kepada istrinya ataupun sebaliknya istri kepada suaminya.
Di zaman kita sekarang, banyak kita saksikan peristiwa pudar atau
hilangnya kebahagiaan yang ternyata sebabnya adalah kesalahan yang diperbuat
oleh seorang istri kepada suaminya atau sebaliknya. Bahkan, kesalahan menjadi
faktor utama hilangnya kebahagiaan sejak awal kehidupan manusia. Anda tentu
tahu kisah bapak
dan ibunda kita Adam ‘alaihissalam dan Hawa istrinya yang dikeluarkan dari
Surga, tempat yang penuh dengan kebahagiaan. Apa sebabnya? Kesalahan, itulah
jawabnya. Dan, dari kisah itu pula kita dapat mengetahui bahwa “kesalahan“
sebagaimana dilakukan oleh seorang suami, juga dilakukan pula oleh seorang
istri. Lalu, apa sajakah bentuk kesalahan istri kepada suami ? inilah bahasan
utama kita kali ini.
Mudahan-mudahan bahasan ini dapat dijadikan sarana untuk saling
menginstropeksi diri lalu memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan, sehingga
kebahagiaan tidak tumbang diterpa angin dan badai problematika kehidupan.
Beberapa Bentuk Kesalahan Istri Kepada Suami
Di antara bentuk kesalahan istri kepada suami adalah
sebagai berikut) :
1. Berlebihan dalam
Menuntut Kesempurnaan
Ada tipe istri yang tenggelam dalam khayalan dan berlebihan dalam menuntut
kesempurnaan. Ia menduga bahwa pernikahan adalah surga Firdaus; tidak ada
kesusahan, beban berat ataupun kesulitan. Ia membayangkan bahwa demikianlah
seharusnya pernikahan; tidak ada tantangan, penghalang ataupun problematika.
Ketika ia berbenturan dengan realita, ia tidak bisa menerima itu semua. Ia
mengira dirinya telah salah dalam memilih pendamping hidup. Bahkan, bisa jadi
ia cenderung kepada perceraian guna membebaskan diri dari berbagai
ikatan-menurut persepsinya-.
2. Kurang
Memperhatikan Orang Tua Suami
Terkadang kondisi memaksa agar suami tinggal bersama kedua orangtuanya,
atau kedua orang tua butuh tinggal satu rumah dengan suami. Sedangkan suami
dituntut untuk berbakti kepada orang tua, dan juga berbuat baik kepada istri.
Namun, sebagian istri tidak mau membantu suami mewujudkan sikap bakti tersebut.
Bahkan mungkin tidak cukup sampai disitu, istri justru melakukan tindakan
yang menyakiti orangtua suami dengan berbagai bentuknya, seperti ; meninggikan
suara di hadapan mereka, enggan melakukan perintahnya, kurang memperlihatkan
sikap hormat, atau kurang memperhatikan perasaan. Meremehkan dan merendahkan
mereka, sehingga menghina, berharap segera terbebas dari tinggal bersama
mereka, atau bahkan merayu suami untuk mendurhakai orangtuanya. Mencari-cari kekeliruan,
membesar-besarkan kesalahan, bahkan melakukan tuduhan secara dusta, dan lain
sebagainya.
3. Terlalu Apa Adanya,
Kurang Mempercantik Diri di Hadapan Suami
Banyak istri yang kurang memperhatikan penampilan di hadapan suami; tidak
mengenakan pakaian yang baik, tidak menjaga kebersihan badan, tidak memakai
wangi-wangian untuk suami, tidak memperhatikan aroma yang disenangi suami. Bila
menyambut suami ia menyambutnya dengan pakaian kusam dan rambut acak-acakan.
Namun, bila ia hendak keluar mengunjungi kerabat atau temannya, ia berubah
180 derajat. Ia tidak keluar kecuali dengan pakaian terindah dan wewangian
terharum, sampai-sampai orang yang melihatnya menyangka dirinya tengah
menyambut malam pengantin. Lihat saja, ada perhiasan gemerlapan, mata berhias
celak dan lain sebagainya. Bagian suami dari semua itu hanyalah melihatnya
ketika hendak keluar untuk beranjang sana.
4. Banyak Berkeluh
Kesah dan Kurang Berterima Kasih
Ada tipe istri yang suka berkeluh kesah, jarang memuji Allah dan berterima
kasih kepada suaminya, kehilangan sifat merasa cukup, dan tidak puas terhadap
kebaikan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Beberapa istri tipe ini mendapat
perlakukan sangat baik dari suami, namun bila ia menjumpai satu kesalahan atau
kealpaan suami, atau marah karena suatu sebab, ia melupakan perlakuan baik yang
selama ini ia terima.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensinyalir hal ini dalam
sabdanya, “Aku melihat Neraka dan aku melihat sebagian besar penduduknya
adalah kaum wanita.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Mengapa, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, “Mereka mendurhakai suami dan mendurhakai
kebaikan. Sekiranya seorang dari mereka engkau perlakukan dengan baik sepanjang
masa, lalu ia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, ia akan berkata, aku tidak
pernah melihat satu pun kebaikan darimu selama ini.” (HR. al-Bukhari, no.
29 dan Muslim, no. 907).
5. Mengungkit-ungkit
Kebaikan kepada Suami
Ada tipe istri yang melayani suami dan memperhatikan suami, juga
memperhatikan kedua orang tuanya. Akan tetapi, ia memiliki sikap egois dan suka
mengungkit-ungkit. Mengungkit-ungkit adalah sikap tercela. Seharusnya istri
menjauhkan diri darinya. Bila mengungkit-ungkit adalah perangai yang tidak baik
dilakukan oleh siapa pun, maka lebih tidak baik lagi bila itu dilakukan oleh
seorang istri terhadap suaminya. Sikap mengungkit-ungkit akan menghancurkan
amal kebaikan dan menjatuhkan harga diri. Allah Ta’ala melarang sikap
mengungkit-ungkit ini di dalam firman-Nya,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) (Qs. Al-Baqarah : 264).
6. Menyebarkan
Problematika Rumah Tangga kepada Orang Lain
Ada tipe istri yang kurang pandai bersabar; sedikit saja ada konflik atau
permasalahan dengan suami, ia memberitahukannya kepada ayah, ibu, saudara dan
bahkan teman-teman perempuannya. Tindakan tersebut termasuk sikap kurang setia
dan sikap tergesa-gesa yang tercela. Ia juga menjadi pertanda kebodohan, sebab
sangat mungkin ia menjadi sebab runtuhnya mahligai pernikahan.
Seharusnya seorang istri berusaha dengan sungguh-sungguh agar tidak ada
seorang pun yang menjadi pihak ketiga antara dirinya dan suami, siapapun orang
itu. Maka, seorang istri yang cerdas tentu menyembunyikan apa yang terjadi
antara dirinya dan suami, bahkan kepada orang tua sekalipun, apalagi kepada
pihak-pihak yang lain. Terkecuali bila konflik telah menumpuk dan sulit dicari
solusinya, maka ia meminta pendapat yang bijak sebagai solusi. Atau,
penunjukkan perantara untuk mendamaikan suami istri telah menjadi solusi
terakhir.
7. Kurang Membantu
Suami dalam Kebajikan dan Takwa
Ada tipe istri yang menjadi fitnah bagi suami, di mana ia menghalangi
suami untuk mengupayakan nilai-nilai luhur. Jika suami hendak berinfak, ia
menolaknya. Tidak ada keinginan dirinya dari suami, kecuali agar suami
memuaskan segala kesenangannya dan memenuhi berbagai tuntutannya meski harus
mengorbankan sebagian kewajiban suami.
Karenanya, tidak pantas bila seorang istri muslimah menjadi batu
penghalang di jalan suami, menghalangi langkahnya untuk taat kepada Allah,
bersegera dalam menunaikan kebaikan atau berlomba untuk menuju pintu kemuliaan.
Bahkan, seharusnya ia membantu suami mewujudkan semua itu, sebagai pemenuhan
perintah Allah Ta’ala,
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).
8. Membebani Suami
dengan Banyak Tuntutan
Ada tipe istri yang senang membebani suami dengan banyak tuntutan, tanpa
memperhatikan kondisi keuangannya. Semestinya istri memperhatikan kemampuan
suami. Ia tidak boleh membebani suami dengan berbagai kesulitan. Tidak
sepantasnya ia meneror suami dengan banyak tuntutan, terlebih untuk sesuatu
yang tidak penting. Hal tersebut akan memberatkan dan menyakiti suami, sebab ia
tidak mampu memenuhi permintaan istri.
9. Bersikap Nuzuz
terhadap Suami
Yaitu, menempatkan diri lebih tinggi dari suami, membatah perintahnya,
keluar dari ketaatan kepadanya, tidak ridha terhadap posisi yang ditetapkan
Allah untuknya. Ia tidak menerima kepemimpinan suami atasnya. Termasuk pula
nuzuz yaitu, menolak ajakan suami untuk berhubungan intim (tanpa alasan
syar’i), menjalin hubungan haram dengan laki-laki lain, memasukkan orang lain
ke dalam rumah yang mana suami tidak suka bila orang itu masuk ke dalam
rumahnya baik ketika suami ada maupun tidak ada, lalai dalam melayani suami,
menghambur-hamburkan harta suami dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak
pantas, menyakiti suami dengan perkataan buruk, mencelanya atau mencacinya, dan
keluar rumah tanpa izin suami.
10. Menaati Suami dalam
Kemaksiatan kepada Allah
Sudah barang tentu menaati suami merupakan kewajiban seorang istri. Namun,
tidak berarti seorang istri harus memberikan ketaatan mutlak kepada suami. Ia
menaati seluruh perintah suami, meskipun dalam wilayah kemaksiatan kepada Allah
Ta’ala. Melainkan ketaatan itu hanya untuk perkara ma’ruf. Kaedah dalam masalah
ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
َلَا
طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam tindakan mendurhakai sang Khaliq
(yaitu, Allah Aazza wa Jalla).” (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir).
11. Lalai dalam
Mendidik Anak-anak
Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Namun, peran ini seringkali
dilalaikan. Di antara bentuk pelalaian terhadap pendidikan anak adalah seorang
ibu rumah tangga (istri) yang bekerja di luar rumah dan menghabiskan sebagian
besar waktunya jauh dari anak-anak dan suami, dengan tidak menyeimbangkan
antara pekerjaannya dan tugasnya di rumah. Ini adalah sikap cerobah, terlebih
bila ia sebenarnya tidak membutuhkan pekerjaan di luar rumah, atau bila
dipastikan suami dan anak-anak akan terlantar sama sekali.
12. Kurang Perhatian
terhadap Kondisi dan Perasaan Suami
Ada tipe istri yang kurang memperhatikan kondisi dan perasaan suami.
Acapkali ia mengejutkan suami dengan berita-berita buruk, atau banyak
mengajukan permintaan ketika suami pulang kerja dalam puncak lelahnya.
Terkadang suami sedang berbicara kepadanya, tetapi ia acuh dan bahkan
memalingkan mukanya. Atau, ia sengaja memicu kemarahan suami dan menyulut
emosinya. Yang dianjurkan olah agama adalah agar istri memperhatikan kondisi
dan perasaan suami, agar sebisa mungkin ia menciptakan kegembiraan untuk suami
dan menghilangkan keresahan serta kegelisahan dari dalam hatinya. Ia bergembira
bersama kegembiraan suami, ia bersedih seiring kesedihannya.
13. Menyebarluaskan
Rahasia Tempat Tidur
Sebagaimana kaum laki-laki kerap melakukan kesalahan ini, begitupun dengan
kaum perempuan. Diriwayatkan dari Asma’ binti Yazid, bahwasanya ia pernah
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika kaum laki-laki dan kaum
perempuan duduk di sisi beliau. Beliau bersabda, “Barangkali ada seorang
laki-laki yang mengatakan apa yang dilakukan terhadap istrinya, dan barangkali
ada seorang perempuan yang memberitahukan apa yang dikerjakan bersama
suaminya?” Orang-orang terdiam tidak menjawab. Asma’ berkata, “Benar wahai
Rasulullah, kaum perempuan itu mengatakannya dan kaum laki-laki itu juga
mengatakannya. Beliau pun bersabda,
فَلاَ
تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ
فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Janganlah kalian melakukannya, sebab perumpamaan tindakan itu seperti
setan laki-laki yang bertemu setan perempuan di jalan, lalu setan laki-laki
menggauli setan perempuan dan orang-orang melihatnya.” (HR. Ahmad).
14. Menggugat
Kepemimpinan Suami
Ada tipe istri yang menggugat kepemimpinan suami atas dirinya. Ia ingin
sejajar dengan suami dalam segala aktivitasnya. Yang mungkin mendorong istri
untuk bersikap demikian adalah kebanggaan akan harta, status sosial,
kecantikan, kehormatan, atau tingkat pendidikan. Atau, ia terpengaruh
propaganda yang menyerukan emansipasi wanita dan kebebasannya dari kekuasaan
laki-laki, agar posisi wanita terhadap laki-laki layaknya lawan yang seimbang.
Itulah 14 poin kesalahan istri kepada suami yang ingin kami
sebutkan. Maka, jika Anda –wahai para istri – tengah jatuh ke dalamnya atau
pernah melakukannya, segeralah Anda tinggalkan, dan bertaubatlah kepada Allah
ta’ala serta perbaikilah diri Anda. Anda sebagaimana halnya ibunda Anda Hawa,
pernah melakukan kesalahan sebagaimana halnya bani Adam. Namun, ketahuilah
bahwa sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat
kepada Allah Ta’ala.
* Disarikan dengan sedikit gubahan oleh Amar Abdullah dari buku, “Min
Akhtha’ az-Zaujat”, edisi terjemah, “26 Dosa Istri yang Meresahkan Hati Suami”,
Kiswah Media, Solo, Cetakan IV, Juni 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar