Bagi orang yang banyak membaca artikel dari internet,
mungkin bisa anda coba search di google dengan kata kunci "wanita
pertama masuk surga", apa yang anda temukan di barisan pertama hasil
penelusuran? Disana akan anda temukan cerita
tentang wanita yang bernama Siti Muti'ah atau sebagian lain menyebut Ummu
Muti'ah.
Sayangnya, tidak ada satupun dari situs-situs itu, yang
menyebutkan sumber rujukan kisah itu. Baik buku induk hadis, maupun buku
disiplin ilmu lainnya. Dan ketika ditanya "siapa periwayat haditsnya?", yang membuat
postingan tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Padahal, kisah ini dipublish di berbagai situs berita berlabel
‘islam’, yang visitornya tinggi. Dan kisah ini sudah demikian menyebar, serta banyak yang menelan mentah tanpa memandang
keshahihannya.
Seperti
Apakah Kisah Tersebut?
Suatu hari, Fatimah Az Zahra ra bertanya kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam tentang wanita pertama yang akan
memasuki surga. Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah, jika engkau ingin
mengetahui perempuan pertama masuk surga, selain Ummul Mukminin, dia adalah
Ummu Mutiah.”
Jawaban itu membuat Fatimah terkejut. Ternyata bukan
dirinya wanita yang masuk surga pertama kali. Padahal Fatimah adalah putri
Rasulullah, dan telah menjalankan ibadah dengan baik.
Dari sana, timbullah rasa penasaran dan keingintahuan
yang kuat di dalam diri Fatimah untuk lebih mengenal sosok wanita mulia
tersebut. Fatimah pun mulai mencari keberadaan beliau di pinggiran kota
Madinah. Fatimah ingin menyaksikan sendiri amalan dan ibadah apa yang dilakukan
Mutiah.
Setelah mendapatkan ijin dari suaminya Ali bin Abi
Thalib, Fatimah Az Zahra pergi ke rumah Mutiah dengan mengajak Hasan, putra
laki-lakinya yang masih kecil. Sesampainya di rumah tersebut, Fatimah segera
mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Mengetahui bahwa putri Rasulullah shallallahu
alaihi wassalam datang berkunjung, dengan segera Mutiah membuka pintu rumahnya.
Namun ketika Mutiah melihat Fatimah membawa Hasan, Mutiah kemudian kembali
menutup pintu rumahnya. Fatimah heran dengan sikap Mutiah tersebut. Fatimah
lalu bertanya dari balik pintu tentang sebab Mutiah melakukan hal itu.
Mutiah menjawab bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam mengajarkan untuk tidak membolehkan seorang istri memasukkan laki-laki
ke rumahnya, ketika suaminya tidak ada di rumah dan atau tanpa ijin suaminya.
Dan Hasan adalah seorang laki- laki, walaupun dia masih kecil. Selain itu
Mutiah juga belum meminta ijin kepada suaminya.
Akhirnya Mutiah meminta Fatimah untuk kembali keesokan
harinya, setelah Mutiah meminta ijin terlebih dahulu kepada suaminya.
Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata
wanita mulia ini. Namun, Fatimah tidak bisa menolak, karena argumentasi Mutiah
memanglah seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Setelah mengucapkan salam ia bersama Hasan meninggalkan kediaman Mutiah.
Pada hari berikutnya Fatimah kembali mengunjungi rumah
Mutiah. Kali ini bukan hanya Hasan yang ikut, Husein pun juga ingin ikut
bersama ibunya.
Ketika mereka bertiga telah sampai didepan rumah Mutiah,
kejadian dihari pertama terulang kembali. Mutiah meminta maaf seraya mengatakan
bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, dan Mutiah belum
meminta ijin suami untuk membawa Husein masuk ke rumahnya.
Semakin takjub hati Fatimah memikirkan, bahwa begitu
mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam. Selain itu beliau juga sangat tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.
Fatimahpun akhirnya kembali pulang bersama Hasan dan Husein. Namun sebelumnya
ia berjanji untuk datang lagi keesokan harinya.
Pada hari yang ketiga, Fatimah bersama kedua anaknya
datang kembali ke rumah Mutiah. Akhirnya, dihari itu mereka bertiga diijinkan
masuk ke rumah, karena kehadiran Hasan dan Husein telah mendapat izin dari
suami Mutiah. Fatimah pun bersemangat ingin segera mengetahui, ibadah, amalan,
dan muamalah apa saja yang dilakukan perempuan pertama masuk surga ini.
Setelah memasuki rumah, Fatimah mendapati ternyata rumah
Mutiah sangatlah sederhana.Tak ada perabotan mewah disana. Namun, seisi rumah
tertata rapi dan bersih, sampai- sampai Hasan dan Husein pun merasa betah
bermain di dalam rumah itu.
Fatimah juga tidak menemukan sesuatu istimewa yang
dilakukan Mutiah. Mutiah hanya kelihatan sibuk mondar-mandir dari dapur ke
ruang tamu karena harus menyiapkan makanan siang untuk suaminya. dan Mutiahpun
meminta maaf kepada Fatimah untuk itu, karenanya tidak bisa menemani Fatimah
mengobrol.
Fatimah kemudian melihat Mutiah meletakkan makanan di
sebuah wadah, dan tak lupa, Mutiah juga mengikut sertakan sebuah cambuk. Fatimah
yang merasa penasaran dengan hal itu, kemudian memberanikan diri bertanya,
"Untuk apa cambuk itu?”.
Mutiah menjelaskan, bahwa jika suami Mutiah merasa
masakannya tidak enak, dia ridha untuk menyerahkan cambuk itu kepada suaminya
untuk dipukulkan ke punggungnya.
Mendengar hal itu, Fatimah kemudian bertanya kembali,
“Apakah itu kehendak suamimu?”. Mutiah pun menjawab, "Bukan. Semua ini
kulakukan karena keinginanku sendiri, agar jangan sampai aku menjadi istri
durhaka kepada suamiku. Aku hanya mencari keridhaan dari suami, karena istri
yang baik adalah istri yang patuh pada suami yang baik dan suami ridha kepada
istrinya”
Dari jawaban Mutiah tersebut, akhirnya Fatimah mengetahui
alasan mengapa Rasulullah mengatakan jika Mutiah adalah perempuan yang diperkenankan
masuk surga pertama kali. Surga memang menjadi tempat yang pantas dan imbalan
yang setimpal bagi para istri yang dengan tulus melayani suaminya, seperti yang
telah dilakukan oleh Mutiah. (akhir kisah)
Sungguh sebuah ironi, dimana salah satu prinsip yang perlu
kita tanamkan dalam benak kita, bahwa masalah surga, neraka, apa yang terjadi
di hari kiamat, serta masalah apapun yang berkaitan dengan masa depan, adalah
masalah ghaib. Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun tahu karena mendapatkan wahyu dari Allah.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا
يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ
يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
”(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. kecuali kepada
Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin: 26 – 27)
Untuk itu, dalam masalah aqidah, kita hanya bisa meyakini
apa yang bersumber dari Al-Quran maupun hadis shahih. Karenanya, dalam masalah
aqidah, ulama menyebutnya masalah sam’iyat (yang hanya bisa didengar).
Manusia yang Pertama Kali Masuk Surga
Di kalangan laki-laki, manusia yang pertama kali masuk
surga adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا أَكْثَرُ
الْأَنْبِيَاءِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ
الْجَنَّةِ
”Saya adalah nabi yang paling banyak pengikutnya pada
hari kiamat. Dan saya adalah manusia yang pertama kali mengetuk pintu surga.” (HR. Muslim 136, Ibnu Abi Syaibah 31781, dan al-Baghawi
dalam Syarhus Sunah 4338).
Dalam hadis lain, juga dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan,
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟
فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ، فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Kemudian
aku meminta agar dibukakan. Lalu penjaga pintu surga bertanya, ”Siapa kamu”
”Muhammad.” jawabku.
”Aku diperintahkan agar tidak membuka pintu untuk
siapapun sebelum kamu.” jawab penjaga surga.” (HR. Ahmad 12397, Muslim 137, dan yang lainnya).
Benarkah Mutiah itu wanita pertama yang masuk surga?
Terdapat sebuah hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ،
وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam bintu Imran,
Fatimah bintu Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah bintu
Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim
4853 dan dinilai ad-Dzahabi: shahih sesuai syarat Muslim).
Jika benar Mutiah adalah wanita pertama yang masuk surga,
seperti yang diceritakan, tentu dia masuk dalam daftar pemuka wanita ahli
surga.
Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,
وأما أول من يدخلها من
النساء فلم نقف عليه من وجه صحيح إلا أن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر عن سيدات
نساء أهل الجنة
Tentang wanita yang pertama kali masuk surga, kami tidak
menjumpai dalil yang shahih, selain sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang sayyidat (para pemimpin wanita) ahli surga.
Kemudian lembaga fatwa menyebutkan hadis dari A’isyah di
atas. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 60999).
Mentaati Suami adalah amal mulia bagi para wanita. Gelar
kehormatan bagi setiap muslimah. Namun bukan berarti, kita boleh memotivasi
mereka dengan hadis yang sama sekali tidak ada sumbernya. Karena berdusta atas
nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ
مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
”Siapa yang sengaja berdusta atas namaku, hendaknya dia
siapkan tempatnya di neraka.” (Muttafaq
’alaih).
Dan alhamdulillah, kita memuji Allah, masih banyak
hadis-hadis shahih yang bisa kita jadikan sebagai motivasi para wanita untuk
taat kepada suami, dalam selain maksiat.
Allahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar