Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu, bahwa suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik
mimbar dan beliau membaca “Amin” tiga kali. Para sahabat-pun bertanya, apa
gerangan yang menyebabkan beliau membaca amin tiga kali. Kemudian beliau
bersabda: “Jibril berdoa di sampingku: (salah satunya):
“Celakalah seorang hamba, ketika dia
berjumpa bulan Ramadhan, namun dosanya belum diampuni” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Maka aku ucapkan Amiin” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan dishahihkan
al-Albani)
Doa ini diucapkan oleh Malaikat terbaik,
yaitu Jibril, dan diaminkan oleh manusia terbaik, Rasulullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa mustajabnya doa ini. Tentu kita sangat
berharap tidak mengalami seperti yang disebutkan dalam doa ini.
Namun sayangnya, yang sangat
menyedihkan, keadaan ini dialami oleh kebanyakan kaum muslimin. Banyak orang
yang mungkin bisa dikatakan ‘gagal’ dalam menjalankan ibadah ramadhan. Padahal
Ramadhan adalah bulan yang mulia. Namun mulianya ramadhan tidak diimbangi
dengan sikap kaum muslimin untuk memuliakannya. Banyak diantara mereka yang
menodai kesucian ramadhan dengan melakukan berbagai macam dosa dan maksiat.
Pantas saja, jika banyak orang yang berpuasa di bulan ramadhan, namun puasanya
tidak menghasilkan pahala.
Dalam hadis dari Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رُبَّ
صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa,
namun yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad 8856, Ibn Hibban 3481, Ibnu
Khuzaimah 1997 dan sanadnya dishahihkan Al-A’zami).
Anda bisa renungkan kalimat “yang dia
dapatkan hanya lapar dan dahaga.” Artinya, bisa jadi orang ini tidak
mendapatkan pahala. Dan itu dialami oleh kebanyakan mereka yang berpuasa.
Mengapa bisa demikian? Bukankah kita telah melakukan banyak ketaatan? Bukankah
mereka telah melaksanakan berbagai macam bentuk ibadah?
Salah satu diantara sebabnya adalah mereka
berpuasa, namun masih rajin berbuat maksiat. Contohnya, berpacaran ketika
berpuasa.
Pacaran adalah Zina
Pacaran tidaklah lepas dari zina mata,
zina tangan, zina kaki dan zina hati. Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ
عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ
وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ
زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ
وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan
mendapat bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
dielakkan. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan
atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Semua anggota badan berpotensi untuk
melakukan semua bentuk zina di atas. Mengantarkan kemaluan untuk melakukan zina
yang sesungguhnya. Karena itulah, Allah melarang mendekati perbuatan ini dengan
menjauhi semua sebab yang akan mengantarkannya. Allah berfirman,
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mendekati zina, karena
zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)
Maksiat Saat Puasa
Memahami hal ini, maka sejatinya pacaran
adalah perbuatan maksiat. Sementara maksiat yang dilakukan seseorang, bisa
menghapus pahala amal shaleh yang pernah dia kerjakan, tak terkecuali puasa
yang sedang dijalani. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ لَمْ
يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar
dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).
Mengingat betapa bahayanya dosa bagi
orang yang berpuasa, sejak masa silam para ulama telah menasehatkan agar kaum
muslimin serius dalam menjalan puasa, dengan berusaha mengekang diri dari
maksiat.
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Ketika engkau berpuasa maka hendaknya pendengaran, penglihatan dan
lisanmu turut berpuasa, yaitu menahan diri dari dusta dan segala perbuatan
haram serta janganlah engkau menyakiti tetanggamu. Bersikap tenang dan
berwibawa di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak
berpuasamu sama saja.” (Latho’if Al Ma’arif, 277).
Al-Baydhowi rahimahullah mengatakan,
“Ibadah puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Bahkan
seseorang yang menjalankan puasa hendaklah mengekang berbagai syahwat dan
mengajak jiwa pada kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan
melihat amalannya, dalam artian tidak akan menerimanya.” (Fathul Bari, 4/117).
Bahaya besar bisa mengancam mereka yang
pacaran ketika puasa ramadhan. Bisa jadi puasanya tidak diterima di sisi Allah.
Karena itu, segera hentikan kegiatan pacaran anda, dan ambil jalur yang
dihalalkan, yaitu menikah.
Semoga Allah memudahkan kita untuk
meniti jalan kebenaran.
Wallahu waliyyut taufiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar