Dalam sebuah kajian tentang pengurusan jenazah di sebuah masjid, seorang
ustad berkata bahwa adanya arwah/roh gentayangan itu kemungkinan tidak tenang
karena sewaktu hidupnya belum melunasi hutang-hutangnya. Dan perkataannya itu
tanpa disertai dengan dalil-dalil dari al-Quran ataupun dari Sunnah Rasulullah
untuk menguatkannya. Benarkah bisa terjadi hal yang demikian itu?
Dalam islam, tidak dikenal istilah ruh gentayangan atau ruh kembali ke
alam dunia, mendatangi rumahnya, apalagi hidup lagi dalam rupa yang lain,
sebagaimana yang diajarkan dalam keyakinan re-inkarnasi.
Islam mengajarkan bahwa ruh orang yang telah meninggal berada di alam
lain, yaitu alam kubur, yang itu sama sekali di luar alam dunia.
Berikut beberapa dalil yang sangat tegas menunjukkan bahwa ruh tidak balik
ke dunia,
Pertama, firman Allah, membantah cita-cita orang kafir ketika mati,
حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ
وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah
aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang
diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan (QS. Al-Mukminun: 99 – 100)
Ayat ini bercerita tentang keadaan orang kafir ketika di ambang kematian.
Bagaimana harapan mereka dan permohonan mereka untuk dikembalikan ke dunia.
Agar mereka bisa memperbaiki amalnya, sehingga bisa mendapat kebahagiaan ketika
di akhirat. Namun ini hanyalah harapan kosong, yang tak akan pernah terwujud.
Karena sebentar lagi mereka akan menghadapi alam kubur. (Tafsir Ibnu Katsir,
5/493).
Kedua, hadis harapan orang yang mati syahid agar mereka dikembalikan lagi,
sehingga bisa berperang di jalan Allah, untuk mendapatkan syahid. Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu denganku.
”Wahai Jabir, mengapa engkau sedih?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
”Ya Rasulullah, ayahku mati syahid. Sementara beliau meninggalkan beberapa
anak dan utang.” jawab Jabir.
”Maukah kuceritakan nikmat besar yang Allah berikan kepada ayahmu?” tawar
Nabi.
”Tentu, ya Rasulullah.” jawab Jabir.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
كَلَّمَ اللَّهُ أَحَدًا قَطُّ إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ، وَأَحْيَا أَبَاكَ
فَكَلَّمَهُ كِفَاحًا. فَقَالَ: يَا عَبْدِي تَمَنَّ عَلَيَّ أُعْطِكَ. قَالَ: يَا رَبِّ تُحْيِينِي فَأُقْتَلَ فِيكَ
ثَانِيَةً. قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّهُ قَدْ سَبَقَ مِنِّي أَنَّهُمْ
إِلَيْهَا لَا يُرْجَعُونَ
Allah tidak pernah berbicara dengan seorangpun kecuali di balik tabir.
Sementara itu, Allah menghidupkan ayahmu, dan berbicara dengannya secara
berhadap-hadapan. Allah berfirman, ”Wahai hamba-Ku, mintalah sesuatu kepada-Ku,
pasti Aku beri.”
”Ya Allah, hidupkanlah aku kembali (di dunia), agar aku bisa berperang di
jalan-Mu untuk kedua kalinya.” jawab hamba.
Allah berfirman, ”Telah menjadi ketetapan-Ku sebelumnya, bahwa mereka
tidak akan dikembalikan ke dunia.” (HR. Turmudzi 3010, Ibnu Hibban 7022 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).
Penampakan Orang yang Telah Meninggal
Andai ruh itu bisa kembali ke dunia, sekalipun dalam bentuk ruh, mereka
akan bertemu dengan orang yang telah meninggal
ada dua keadaan:
- Bertemu di alam mimpi. Terdapat beberapa dalil dan keterangan ulama bahwa
hal ini mungkin saja terjadi. Orang yang masih hidup bisa bertemu dengan orang
yang meninggal dunia dalam dunia mimpi.
- Bertemu di alam nyata. Ini tidak mungkin dan mustahil terjadi. Andaipun ada orang yang melihat sosok rupa orang yang telah meninggal, sejatinya itu adalah jin yang menampakkan diri dengan rupa jenazah.
Tidak Tenang Karena Utang
Terdapat dalil yang menegaskan bahwa mayit merasa sangat tidak tenang,
ketika dia memiliki utang, hingga utang itu dilunasi.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
نَفْسُ
المُؤْمِن مُعَلَّقَةٌ بِدَينِهِ حَتَّى يُقضَى عَنهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya, sampai (utang itu) dilunasi.” (HR. Turmudzi 1078, Ibnu Majah 2413,
dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Dalam hadis lain, dari Jabir bin Abdillah, beliau menceritakan,
Ada seseorang yang meninggal. Kami memandikannya, memberinya minyak wangi,
dan mengkafaninya. Kemudian kami bawa ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, agar beliau menshalatinya.
”Mohon anda menshalatinya.” pinta kami.
Beliaupun melangkah satu langkah.
”Apakah dia punya utang?” tanya Nabi.
”Ada, dua dinar.” jawab kami.
Tiba-tiba beliau kembali. Hingga Abu Qatadah siap menanggung utangnya.
“Dua dinar tanggunganku.” Kata Abu Qotadah.
“Menjadi tanggungan orang yang berutang dan mayit telah lepas tangan?”
tanya Nabi.
“Ya, siap.” Jawab Jabir.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedia menshalati
jenazahnya.
Keesokan harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu
Qatadah, ”Bagaimana dengan dua dinar?”
”Dia baru meninggal kemarin.” kata Abu Qatadah.
Besoknya, Abu Qatadah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
”Telah saya lunasi.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْآنَ
بَرَدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ
”Sekarang, kulit mayit sudah menjadi dingin.” (HR. Ahmad 14536, Hakim 2346, dan
dishahihkan Ad-dzahabi dan Syuaib al-Arnauth).
Syaikh Athiyah Muhammad Sali mengatakan,
ولهذا
يقال: المدين تتم براءته من وقت السداد، لا من حين الضمان، فهو ضمنه قبل أمس، لكن
ما سدد عنه إلا اليوم، فالآن بردت جلدته من حر الدين
Berdasarkan hadis ini, ulama mengatakan, “Orang yang berutang baru
terbebas tanggung jawabnya secara sempurna ketika utang itu dilunasi. Bukan
ketika ada orang yang menjamin. Abu Qatadah menanggung utang itu kemarin lusa.
Namun baru beliau lunasi setelah dua hari berlalu. Dan sekaranglah kulit mayit
menjadi dingin dari panasnya utang.” (audio.islamweb.net)
Di mana mayit mengalami kepanasan karena utang yang belum dibayar?
Tentu saja di alam kuburnya, bukan di alam nyata.
Demikian,
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar