Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Beberapa waktu yang lalu ada salah seorang ustadz muda yang meninggal yang
beritanya di-blow up di media massa, kebetulan sehari setelah sang ustad
meninggal saya membaca disebuah media yang menceritakan bahwa ustadz tersebut
kembali kerumah menemui ibu dan keluarganya, hal tersebut dinyatakan dengan
pernyataan ibunya ketika akan sholat tahajud anaknya yang sudah meninggal
menemui, hal tersebut dibuktikan dengan parfum yang biasa dipake sang ustadz
tiba tiba tercium diruangan tersebut padahal tidak ada yang memakai parfum
tersebut, begitu menurut pengakuan ibunya, pertanyaannya, apakah hal tersebut
benar, bahwa orang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup seperti
cerita diatas, adakah dalil yang bisa menerangkannya.
Jazakallahu Khoiron
Jawaban:
Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarokatuh.
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Hubungan Ruh dengan orang yang hidup ada tiga:
= > Pertama, pertemuan ruh orang yang telah meninggal dengan ruh
orang yang masih hidup di alam mimpi
Para ulama menegaskan bahwa hal ini bisa terjadi. Ruh orang yang telah
meninggal bisa berjumpa dengan ruh orang yang masih hidup dalam mimpi.
Berikut beberapa keterangan mereka,
1. Tafsir firman Allah di surat Az-Zumar ayat 42.
Allah berfirman,
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar : 42)
Ada dua pendapat ahli tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa ruh
orang yang ditahan adalah ruh orang yang sudah meninggal, sehingga dia tidak
bisa kembali ke jasadnya di dunia. Sedangkan ruh orang yang dilepas adalah ruh
orang yang tidur. (Ar-Ruh, Ibnul Qoyim, hlm. 31).
Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut,
إِنَّ
أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ
مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى
الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ
أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا
Sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi.
Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak
kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan
Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya. (Tafsir At-Thabari
21/298, Al-Qurthubi 15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan
beberapa tafsir lainnya).
2. Kejadian nyata yang dialami para sahabat
Kejadian ini pernah dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga
karena kerendahan hatinya. Sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu ‘anhu.
Peristiwa ini terjadi ketika perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah
Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang
mati syahid. Ketika itu, Tsabit memakai baju besi yang bernilai harganya.
Sampai akhirnya lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini
mengambil baju besi Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada
salah seorang mukmin bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada
si Mukmin dalam mimpi itu:
“Saya wasiatkan kepada kamu, dan jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi
kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang
yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok
sana. Di kemahnya ada kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia
meletakkan wadah di atas baju besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid
bin Walid, minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan
jika kamu bertemu Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Abu
Bakr), sampaikan bahwa saya punya tanggungan utang sekian dan punya piutang
macet sekian. Sementara budakku fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan
kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya.”
Setelah bangun, orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu
dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid
mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah
yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi
kemah, ternyata tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser
pelana. Ternyata di bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu,
ketemulah baju besi itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin
Walid.
Setelah sampai Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah
Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dan beliau membolehkan untuk
melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah
mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan
setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais. (HR. Al-Baihaqi
dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)
Kasus semacam ini juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka
banyak disebutkan Ibnul Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 – 48). Salah
satunya adalah kisah sahabat tsabit bin Qois di atas.
= > Kedua, Allah memperlihatkan keadaan keluarga yang masih hidup
kepada beberapa orang yang telah meninggal.
Para ulama menegaskan bahwa mayit bisa mendengar suara orang yang berada
di dunia dalam kondisi tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis,
diantaranya,
1. Hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إن
العبد إذا وضع في قبره، وتولى عنه أصحابه، إنه ليسمع قرع نعالهم..
“Sesungguhnya seorang hamba ketika telah diletakkan di kuburan dan
ditinggal pulang orang yang mengantarkannya, dia bisa mendengar suara sandal
mereka…” (HR. Muslim 2874)
2. Hadis dari Abu Thalhah, bahwa setelah belalu 3 hari pasca-perang Badr,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat pertempuran bersama
para sahabat dan memasukkan mayit orang musyrik ke dalam satu lubang. Selanjutnya
beliau bersabda,
يا
أبا جهل بن هشام، يا أمية بن خلف، يا عتبة بن ربيعة، يا شيبة بن ربيعة، أليس قد
وجدتم ما وعد ربكم حقاً؟ فإني قد وجدت ما وعدني ربي حقاً
Wahai Abu Jahl bin Hisyam, wahai Umayah bin Khalaf, wahai Uthbah bin
Rabi’ah, wahai Syaibah bin Rabi’ah, apakah kalian telah mendapatkan kenyataan
dari apa yang dijanjikan Rab kalian? Sungguh aku telah mendapatkan kenyataan
dari apa yang dijanjikan Rabku.
Spontan Umar bertanya,
“Ya, Rasulullah, bagaimana mereka bisa mendengar? Bagaimana mereka bisa
menjawab? Padahal mereka sudah jadi bangkai.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
والذي
نفسي بيده! ما أنتم بأسمع لما أقول منهم، ولكنهم لا يقدرون أن يجيبوا
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak lebih mendengar
dari apa yang aku ucapkan dari pada mereka. Namun mereka tidak bisa menjawab. (HR. Bukhari 3976)
Apakah Kasus Semacam Ini Berlaku Umum?
Ulama berbeda pendapat apakah kasus semacam ini berlaku untuk semua
keadaan. Dalam arti mayit bisa mendengar dan mengetahui semua keadaan orang
yang masih hidup.
Sebagian menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya dengan izin
Allah, dan dia di alam kubur. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, Ibnul Qoyim
menyebutkan bahwa terdapat berbagai riwayat dari para ulama masa silam yang
menjelaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya. Dia merasa senang
ketika keluarganya dalam kondisi baik, dan dia merasa sedih ketika keluarganya
dalam kondisi tidak baik.
Mereka yang menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya,
berdalil dengan hadis dari Anas. Namun hadis statusnya lemah, karena ada perawi
yang tidak disebutkan namanya. (Majma’ Zawaid, 2/329).
Dalam riwayat lain dari Abu Ayyub, diriwayatkan Thabrani dalam Mu’jam
Al-Kabir, namun dalam sanadnya terdapat perawi bernama Maslamah bin Ali
Al-Khusyani, dan dia perawi dhaif. Maslamah bin Ali orang syam, perawi yang
lemah, dan matruk (ditinggalkan). Sebagaimana dijelaskan dalam Mizan I’tidal
(4/109). Ringkasnya, hadis dalam masalah ini tidak shahih.
Adapun Atsar yang disebutkan Ibnul Qoyim dalam Ar-Ruh, dinukil dari kitab
Al-Qubur karya Ibnu Abi Ad-Dunya. Dan atsar-atsar ini dinilai bermasalah.
(Multaqa Ahlulhadits, 52691).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak mengatakan
والميت
كذلك لا يعلم بشيء من أحوالهم لأنه غائب عنهم في نعيم أو عذاب ، ولكن قد يُطلع
الله بعض الموتى على بعض أحوال أهله ولكن دون تحديد. وقد جاءت آثار لا يعتمد عليها
بأن الأموات قد يعرفون أشياء من أحوال أهلهم
Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia
tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab.
Hanya saja, terkadang Allah tampakkan kepada beberapa mayit sebagian keadaan keluarganya,
namun ini tanpa batasan waktu tertentu. Terdapat beberapa atsar (riwayat dari
para ulama) tentang hal ini yang belum bisa dijadikan dalil (karena perllu
dilakukan penelitian ulang) yang menyebutkan bahwa mayit terkadang mengetahui
keadaan keluarganya. (Fatwa Islam, 13183).
Mengingat keterangan semacam ini belum jelas, sebagian ulama menasehatkan
agar tidak kita tidak disibukkan dengan pembahasan semacam ini. Karena tidak
memberikan banyak manfaat. Yang lebih penting, kita berusaha menunaikan semua
yang menjadi tanggungan mayit, seperti utang, nadzar, fidyah, wasiat, dan
semacamnya. Sehingga tidak ada beban baginya yang tidak ditunaikan. Kemudian
kita berusaha menjadi hamba yang baik, bertaqwa kepada Allah, baik jenazah bisa
mengetahui keadaan kita, atau tidak.
Nasehat semacam ini pernah disampaikan Imam Ibnu Utsaimin. Ketika beliau
ditanya, apakah mayit bisa mengetahui kondisi keluarga ataukah tidak?
أما
السؤال وهو: معرفة الميت ما يصنعه أهله في الدنيا؟ فإنني لا أعلم في ذلك أثراً
صحيحاً يعتمد عليه.
وعلى
أية حال فلا نرى نفعا في البحث عن هذا الأمر، والذي ينفعك أنك إذا كنت كذبت
فالواجب عليك التوبة إلى الله، والتوبة تمحو ما قبلها، …. ، والانشغال بقبول
التوبة، وإصلاح النفس بدلا من الانشغال بمعرفة الميت بهذا الأمر.
Adapun pertanyaan, apakah mayit mengetahui apa yang dilakukan keluarganya
di dunia? Saya tidak mengetahui atsar (riwayat) yang shahih yang bisa dijadikan
dalil. Namun apapun itu, saya berpendapat tidak ada banyak manfaat untuk
melakukan pembahasan masalah ini. Pelajaran yang bermanfaat bagi anda, bahwa
jika anda mendustakan hal itu maka anda wajib bertaubat kepada Allah. Dan
taubat bisa menghapus dosa sebelumnya. … dan hendaknya anda sibukkan diri agar
diterima taubatnya, dan memperbaiki diri, dari pada menyibukkan diri dengan
mengetahui keadaan mayit semacam ini.
(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 192755)
= > Ketiga, ruh orang yang meninggal mendatangi keluarganya di alam
nyata
Sebagian orang berkeyakinan bahwa ruh orang yang meninggal akan kembali ke
keluarganya selama 40 hari. Terlebih setelah peristiwa meninggalnya salah satu
dai di indonesia, disusul dengan cerita sebagian keluarganya yang merasakan
kehadiran ruh sang dai. Akhirnya banyak orang semakin yakin dengan aqidah ini.
Padahal semuanya diyakini tanpa dasar dan dalil yang tegas.
Ada beberapa catatan yang menunjukkan bahwa keyakinan ini adalah keyakinan
yang menyimpang dan bertentangan dengan Al-Quran dan sunah,
1. Allah mengingkari permintaan orang mati untuk dikembalikan ke dunia
حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ( ) لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ
وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah
aku (ke dunia), ( ) agar aku bisa berbuat amal yang saleh yang telah aku
tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang dia
ucapkan saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan. (QS. Al-Mukminun: 99 – 100)
Allah mengabarkan bagaimana orang kafir menyesali hidupnya. Mereka
berharap agar dikembalikan ke dunia di detik-detik menghadapi kematian.
Sehingga mereka mendapat tambahan usia untuk memperbaiki dirinya. Namun itu
hanya ucapan lisan, yang sama sekali tidak bermanfaat baginya. Kemudian Allah
menyatakan bahwa setelah mereka mati akan ada barzakh, dinding pemisah antara
dirinya dengan kehidupan dunia. Mereka yang sudah memasuki barzakh, tidak akan
lagi bisa keluar darinya. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 559).
2. Ruh mereka berada di alam yang lain, alam kubur, yang berbeda dengan
alam dunia
Pada surat Al-Mukminun di atas, Allah telah menegaskan bahwa ada barzakh
(dinding pemisah) antara orang yang telah meninggal dan kehidupan dunia. Dan
itu terjadi sejak mereka meninggal dunia. Selanjutnya masing-masing sudah sibuk
dengan balasan yang Allah berikan kepada mereka. Ruh orang baik, berada di
tempat yang baik, sebaliknya, ruh orang jelek berada di tempat yang jelek.
Dalam sebuah riwayat, seorang tabiin bernama Masruq pernah bertanya kepada
sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, tentang tafsir firman Allah,
وَلَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ
عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS. Ali Imran: 169)
Ibnu Mas’ud menjawab, “Saya pernah tanyakan hal ini kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menjawab,
أرواحهم
في جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى تلك
القناديل فاطلع إليهم ربهم اطلاعة ، فقال : هل تشتهون شيئا ؟ قالوا : أي شيء نشتهي
ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا . ففعل ذلك بهم ثلاث مرات ، فلما رأوا أنهم لن
يُترَكوا من أن يَسألوا قالوا : يا رب نريد أن ترد أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في
سبيلك مرة أخرى ، فلما رأى أن ليس لهم حاجة تُركوا
“Ruh-ruh mereka di perut burung hijau. Burung ini memiliki sarang yang
tergantung di bawah ‘Arsy. Mereka bisa terbang kemanapun di surga yang mereka
inginkan. Kemudian mereka kembali ke sarangnya. Kemudian Allah memperhatikan
mereka, dan berfirman: ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu?’ Mereka menjawab:
‘Apa lagi yang kami inginkan, sementara kami bisa terbang di surga ke manapun
yang kami inginkan.’ Namun Allah selalu menanyai mereka 3 kali. Sehingga ketika
mereka merasa akan selalu ditanya, mereka meminta: ‘Ya Allah, kami ingin Engkau
mengembalikan ruh kami di jasad kami, sehingga kami bisa berperang di jalan-Mu
untuk kedua kalinya.’ Ketika Allah melihat mereka sudah tidak membutuhkan
apapun lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 1887)
Kemudian disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لما
أُصِيب إخوانكم بأُحُد جعل الله أرواحهم في جوف طير خضر تَرِد أنهار الجنة تأكل من
ثمارها وتأوي إلى قناديل من ذهب معلقة في ظل العرش ، فلما وجدوا طيب مأكلهم
ومشربهم ومَقِيلهم قالوا : من يُبلِّغ إخواننا عنّـا أنا أحياء في الجنة نُرزق
لئلا يزهدوا في الجهاد ولا ينكلوا عند الحرب ، فقال الله سبحانه أنا أبلغهم عنكم .
قال فأنزل الله : ( ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله )
Ketika saudara kalian meninggal di perang Uhud, Allah menjadikan ruh
mereka di perut burung hijau. Mendatangi sungai surga, makan buah surga, dan
beristirahat di sarang dari emas, menggantung di bawah ‘Arsy. Ketika mereka
merasakan lezatnya makanan, minuman, dan tempat istirahat, mereka mengatakan:
‘Siapa yang bisa memberi tahu kepada saudara-saudara muslim lainnya tentang
kabar kami bahwa kami hidup di surga, dan kami mendapat rizki. Agar mereka
tidak menghindari jihad dan tidak pengecut ketika perang. Lalu Allah menjawab:
‘Aku yang akan sampaikan kabar kalian kepada mereka.’ Kemudian Allah menurunkan
firman-Nya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya…”
(HR. Abu Daud 2520 dan dinilai hasan oleh Al-Albani)
Demikian pula ruh orang yang jahat. Mereka mendapat hukuman dari Allah
sesuai dengan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Jika ruh itu bisa kembali dan tinggal bersama keluarganya selama rentang
tertentu, tentu yang paling layak mendapatkan keadaan ini adalah ruh para nabi,
para sahabat, atau para syuhada yang meninggal di medan jihad. Sementara
hadis-hadis di atas merupakan bukti bahwa hal itu tidak terjadi. Allah
tempatkan ruh mereka di surga, dan terpisah sepenuhnya dengan alam dunia.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak pernah ditanya, benarkan ruh orang
yang meninggal akan kembali ke keluarganya dan bisa melihat semua keadaan
keluarganya selama 40 hari?
Jawaban beliau,
الإنسان
إذا مات يغيب عن هذه الحياة ويصير إلى عالم آخر ، ولا تعود روحه إلى أهله ولا
يشعرون بشيء عنه ، وما ذكر من عودة الروح لمدة أربعين يوما فهي من الخرافات التي
لا أصل لها ، والميت كذلك لا يعلم بشيء من أحوالهم لأنه غائب عنهم في نعيم أو عذاب
Seseorang setelah meninggal, dia menghilang dari kehidupan dunia ini, dan
berpindah ke alam akhirat. Dan ruhnya tidak kembali ke keluarganya, dan tidak
mengetahui semua keadaan keluarganya. Kabar yang menyebutkan bahwa ruh kembali
ke keluarga selama 40 hari adalah khurafat, yang sama sekali tidak memiliki
dalil. Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena
dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau
adzab. (Fatwa Islam, 13183).
Kembalikan Kepada Dalil!
Prinsip ini jangan sampai lepas dari lubuk hati kita. Apapun yang kita
dengar, siapapun yang menyampaikan, kembalikan keterangan itu kepada dalil.
Tidak semua keterangan yang disampaikan dai benar adanya. Mereka yang punya
dalil, itulah yang menjadi pegangan. Karena informasi tentang syariat, apalagi
terkait keyakinan baru boleh kita terima ketika ada dasar pijakannya. Mengingat
semua harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Sebagaimana yang Allah
tegaskan,
وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 36).
Semoga Allah menyelamatkan kita dari setiap keyakinan yang menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar