Sekarang ini lagi ramai orang mensharing kisah menjelang
wafatnya Rasulullah, lalu seorang sahabat yang bernama ‘Ukasyah berniat mengqishash
Rasulullah dengan cambukan. Begitu bersemangatnya para “pendekar copy paste dan
forward” mensharing kesana-kemari, walaupun kisah itu tidak disertai sanad dan
rujukan.
Apakah kisah sahabat 'Ukasyah dibawah ini dimana ia
meminta untuk mengqishash Nabi shalallahu 'alaihi wasallam shahih ?
Bunyi kisah tersebut adalah seperti ini :
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah sahalallahu alaihi
wasallam sebelum meninggal.
Rasulullah shalalahu 'alaihi wasallam telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.
Pada suatu hari Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak
lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu
setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam.
Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya
terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Wahai sahabat-sahabat ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku
sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala itu adalah
satu-satunya Tuhan yang layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, "
Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya
Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah."
Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan
amanah ini kepada mereka."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang
Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan
para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda: "Sesungguhnya,
aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan
segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua.
Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.
Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan
manusia."
Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2
berkata "Mana ada Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam berhutang dengan
kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengulangi pertanyaan
itu sebanyak 3 kali.
Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang
sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata: "Ya Rasulullah!
Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta
engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat
apa-apa".
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
"Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita: "Aku masih ingat
ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau
pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada
belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri
di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".
Mendengar itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku
pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."
Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata:
"Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan
demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada
Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda
sedang sakit..!?"
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah
bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan
digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata: "Kenapa
Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul,
pukullah aku anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan
antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan
kepada Ukasyah. Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang
pertama beriman dengan apa yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak
memukul, maka pukullah aku".
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah
wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri
menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah..! kalau engkau mau mukul,
pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku
pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada
seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani
menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."
Lalu dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah
wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali
bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah,
pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai
Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah
wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa
disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon.
"Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami
saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan
memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai
Paman."
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
"Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman
Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah
berkata: "Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di
atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah
sini."
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memang manusia
terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah.
Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah
berkata lagi: "Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya
Rasulullah"
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Wahai
Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka
padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seerat-eratnya. Sambil menangis
sejadi2nya, Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada
manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya
agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Seumur hidupku aku bercita2
dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan
oleh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya
Rasulullah..."
Rasulullah dengan senyum berkata: "Wahai sahabat-sahabatku
semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian
memeluk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.
Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini
berulang-ulang, tetap saja kita menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita
kepada kekasih Allah SWT...
***
Diriwayatkan dalam ‘Majma Az-Zawaid Wa Mamba’ul Fawaid’ tentang firman
Allah Taala,
إذا جاء نصر الله والفتح ورأيت الناس يدخلون
في دين الله أفواجاً فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. an-Nasr: 1-3.) Dia (pengarang kitab tersebut) berkata,
‘Ketika turun ayat tersebut kepada Muhamad shallallahu alaihi wa sallam ,
beliau berkata, “Wahai Jibril, jiwaku telah diberitakan kematiannya.’ Maka
Jibril alaihissalam berkata, “Akhirat lebih baik bagimu daripada permulaan
(dunia), dan Dia akan memberimu yang membuatmu ridha.” Lalu Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk menyeru, “Ashshalaaatu Jaami’ah”
(seruan untuk shalat berjamaah). Dst…..
Kisah diatas terdapat didalam hadits yang panjang dengan
redaksi yang berbeda. Akan tetapi terdapat juga kisah 'Ukasyah tersebut yang
diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 3/58, lalu darinya
diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Aulia, 4/74, melalui jalurnya
juga diriwyatkan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at, 1/295.
Dia berkata, ‘Telah menyampaikan kepada kami Muhammad bin
Ahmad bin Barra, telah menyampaikan kepada kami Abdulmunim bin Idris bin Sinan,
dari bapaknya dari Wahab bin Munabih, dari Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin
Abbas radhiallahu anhuma.
Al-Haitsami berkata setelah menyampaikan hadits ini
(8/605),
رواه الطبراني وفيه عبد المنعم بن إدريس وهو كذاب وضاع
“Diriwayatkan oleh Thabrani, di dalam (sanad)nya terdapat
Abdulmunim bin Idris, dia dikenal sebagai pendusta dan pemalsu hadits.”
Ibnu Al-Jauzi berkata dalam kitab Almaudhuat (1/301),
هذا حديث موضوع محال كافأ الله من وضعه وقبح من يشين الشريعة
بمثل هذا التخليط البارد والكلام الذى لا يليق بالرسول صلى الله عليه وسلم ولا
بالصحابة، والمتهم به عبد المنعم بن إدريس.
“Ini adalah hadits maudhu (palsu) dan teranulir, semoga
Allah membalas dan menistakan orang yang memalsukannya dan merendahkan syariat
dengan mencampuradukkan masalah ini serta pembicaraan yang tidak pantas bagi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan juga terhadap sahabatnya.
Sang tertuduh pendusta dalam sanad hadits ini adalah
Abdulmunim bin Idris, berkata Ahmad tentangnya, ‘Dia pernah berdusta terhadap
Wahab.’ Yahya berkata, ‘Pendusta busuk.’ Ibnu Madini dan Abu Daud berkata,
‘Tidak tsiqah.’ Ibnu Hibban berkata, ‘Tidak halal berdalil dengannya.’
Daruquthni berkata, ‘Dia dan bapaknya diabaikan.’
Dalam kitab Almaudhu’at oleh As-Suyuthi dalam Alla’aali’
Almudhu’ah (1/257)
موضوع آفته عبد المنعم
Hadits Palsu. Penyakitnya (pengarang
hadits ini) ialah Abdul Mun'im bin Idris.
Demikian pula disebutkan oleh Ibnu Iraq dalam Tanzih
Asy-Syariah (1/330) serta oleh Asy-Syaukani dalam kitab Alfawaid Almajmuah,
hal. 324..
Hadits dusta ini mengandung beberapa perkara;
[1] Di dalamnya
terdapat kisah wafatnya shallallahu alaihi wa sallam dan izinnya malaikat maut
terhadapnya. Di dalamnya diuraikan secara terperinci peristiwa besar tersebut.
Sebagaimana diketahui di kalangan ulama bahwa kisah wafatnya Nabi shallallahu
alaihi wa sallam dalam banyak riwayat bersumber dari riwayat palsu yang
dibuat-buat para pendusta lalu disebarluaskan masyarakat tanpa diteliti lagi.
Al-Hafiz Ibnu Hajar
rahimahullah berkata dalam kitabnya Albidayah Wannihayah (5/256), “Al Wakidi
dan lainnya menyebutkan riwayat yang banyak, di dalamnya terdapat keanehan yang
sangat. Sebagian besarnya tidak kami kutip karena sanadnya dhaif, isinya asing,
khususnya riwayat yang sering dikutip oleh para penutur cerita di masa lalu dan
lainnya. Banyak di antaranya yang maudhu (palsu), tidak ada kata lain.
Hadits-hadits shahih dan hasan yang diriwatkan dalam kitab-kitab terkenal sudah
cukup untuk dipakai ketimbang riwayat-riwayat dusta dan yang tidak diketahui
sanadnya, wallahu a’lam.”
Tidak shahih adanya
riwayat bahwa malaikat maut minta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam
untuk mencabut ruhnya, baik hadits atau khabar. Semua riwayat yang disampaikan
dalam masalah ini, antara munkar dan maudhu (palsu).
[2] Kisah permintaan Ukasyah untuk diqishash dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, terdapat riwayat yang menyerupainya
dari jalur yang shahih, akan tetapi dalam riwayat yang shahih tersebut, bahwa
yang meminta qishash adalah Usaid bin Hudhair radhiallahu anhu, dan tidak ada
kaitannya dengan menjelang wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Usaid bin Hudhair ia berkata :
بَيْنَمَا هُوَ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ
وَكَانَ فِيهِ مِزَاحٌ بَيْنَا يُضْحِكُهُمْ فَطَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَاصِرَتِهِ بِعُودٍ فَقَالَ: أَصْبِرْنِي فَقَالَ:
«اصْطَبِرْ» قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ قَمِيصًا وَلَيْسَ عَلَيَّ قَمِيصٌ، «فَرَفَعَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَمِيصِهِ، فَاحْتَضَنَهُ
وَجَعَلَ يُقَبِّلُ كَشْحَهُ»، قَالَ إِنَّمَا أَرَدْتُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
Seorang lelaki dari kalangan Anshar mengatakan bahwa
ketika ia sedang berbincang dengan sekumpulan orang -kemudian terdapat
sesuatu yang lucu- yang membuat mereka tertawa, maka Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam menusukkan kayu pada lambungnya, lalu ia berkata, Apakah aku
membalas mu ? Beliau menjawab : “balaslah”. Ia berkata, "Sesungguhnya
engkau memakai baju, sedang aku tidak memakai baju. Maka Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengangkat bajunya, lalu ia (Usaid) memeluk beliau dan mencium
badannya seraya berkata, "Sesungguhnya hanya ini yang aku inginkan wahai
Rasulullah.
(HR Abu Dawud : 5224, Al-Baihaqi, Al-Kubro 7/102,
At-Thabrani Al-Kabir 1/205, Al-Hakim Al-Mustadrak : 3/327, Dishahihkan syaikh
Al-Albani di kitab shahih sunan Abu Dawud) Wallahu a’lam.
Hadits ini sanadnya shahih, dinyatakan
shahih oleh Hakim, demikian pula oleh Adz-Dzahabi. Dinyatakan shahih oleh
Al-Albany dalam Shahih Abu Daud.
Dijelaskan dalam kitab Aunul Ma’bud,
14/90;
( فطعنه
النبي صلى الله عليه و سلم )
maknanya beliau memukulnya dengan maksud
bercanda.
(
فقال )
Dia berkata. Maksudnya yang berkata
adalah Usaid.
(
أصبرني )
Maksudnya adalah beri saya kesempatan
membalas setimpal dengan memukul pinggang engkau sebagaimana engkau memukul
pinggang saya.
(
اصطبر )
Silakan lakukan pembalasan setimpal
tersebut (qishash).
(
فاحتضنه )
Lalu dia memeluknya. Maksudnya memeluk
pinggangnya, yaitu bagian tubuh antara di bawah ketiak dan perut.
(
وجعل يقبل كشحه )
Dia mencium bagian antara pusar dan
tulang iga yang paling pendek yang terletak di samping.
(
قال إنما أردت هذا )
Dia berkata, inilah yang aku inginkan. Maksudnya adalah,
yang saya inginkan dengan perkataan saya meminta untuk melakukan pembalasan
setimpal, semata-mata hanyalah agar dapat menciumnya. Hakikatnya dia tidak
ingin lakukan pembalasan.
[3] Dalam hadits ini
terdapat kalimat-kalimat yang sangat munkar.
Di antaranya, “Sesungguhnya saya adalah
orang yang Tuhan Azza wa Jalla shalat kepada (jenazah) saya dari atas Arasy.
Apakah Allah shalat jenazah untuk manusia? Ini merupakan kedustaan yang sangat
keji dari para pendusta.
Di antaranya adalah ucapannya, “Ketika
ruh sampai di kedua lutut, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Aaah”, ketika ruh sampai di pusar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
merintih, “Betapa menderitanya.” Ketika ruh sampai di dada, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menyeru, “Wahai Jibril, betapa pedih pahitnya
kematian.”
Kemunkarannya adalah bahwa dalam riwayat
ini menunjukkan kegundahan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ketakutannya
menghadapi kematian. Hal ini tidak mungkin.
Di antaranya adalah, “Kami bertakbir
dengan takbirnya Jibril alaihissalam, lalu kami shalat atas (jenazah)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan shalat Jibril alaihissalam.”
Tidak diketahui bahwa malaikat shalat bersama kaum muslimin dan menjadi imam mereka. Ini hanyalah
kemunkaran yang disampikan oleh para perawi yang tertuduh dusta.
Maka, berhentilah menyebarkan kisah
palsu ini. Cintailah Nabi sallallahu alaihi wasallam dengan kita menjaga nama beliau
dan hadits beliau dari para pendusta.
Wallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar