Akhir-akhir ini beredar di sosmed bahwa
berakhirnya virus corona dengan munculnya bintang Tsurayya. Hal ini dilandasi
dengan Hadist Nabi yang berbunyi:
إِذَا
طَلَعَ النَّجْمُ ذَا صَبَاحٍ رُفِعَتِ الْعَاهَةُ
“Apabila terbit bintang (Tsurayya) pada
suatu pagi, maka diangkatlah penyakit.”
Maka penjelasannya adalah Wabah Corona
itu merupakan ujian keimanan. Dengan corona akan terlihat siapa hamba Alloh
yang bertawakal hanya kepada Alloh dan siapa yang justru menggantungkan
harapannya kepada makhluk.
Ibarat kekeringan dan kemarau panjang,
semua manusia menanti turunnya hujan, saat ini manusia menanti kapan wabah
Corona akan dihilangkan ? Bulan ramadhan kah ? Di musim haji kah ?
Ketika datang nikmat Alloh dengan
diangkatnya satu musibah, saat itu pula datang lembaran baru sebuah cobaan, ada
diantara hamba Alloh yang bersyukur kepada-Nya, namun kebanyakan manusia kufur
terhadap nikmat Alloh.
Kondisi manusia di atas sama seperti apa
yang dikisahkan shahabat Zaid bin Khalid radhiallahu ‘anhu dalam hadits
berikut:
صَلىَّ
بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَّةِ فِيْ إِثْرِ سَمَاءٍ
كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلىَ النَّاسِ فَقَالَ: هَلْ
تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ.
قَالَ: قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ
قَالَ: مُطِرْناَ بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ؛ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ
بِالْكَوَاكِبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا؛ فَذَلِكَ
كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوَاكِبِ
Suatu pagi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sholat subuh bersama kami, setelah pada malam harinya turun
hujan. Usai shalat, Rasululloh menghadap para shahabat dan berkata, “Tahukah
kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?”
Mereka berkata, “Allah subhanahu wa
ta’ala dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman: “Pada pagi hari ini ada di
antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.
Barang siapa (di pagi ini setelah turun
hujan-pent) mengatakan: Kami diberikan hujan dengan fadhilah (keutamaan) dari
Allah dan rahmat-Nya maka dia beriman kepada-Ku dan kafir kepada
bintang-bintang.
Adapun orang yang (setelah hujan justru)
mengatakan: “Kita mendapat hujan karena bintang ini dan itu, maka dia telah
kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. al-Bukhari, 2/433—434 dan Muslim,
no. 71)
Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz
Al-Qar’awi: “Hadits ini menunjukkan bahwa menyandarkan / menisbatkan (nikmat)
turunnya hujan kepada bintang-bintang adalah kekufuran.” (Al Jadid hal. 273)
Syirik dan Kufur Nikmat yang tersebut
dalam hadits ini bukanlah kekufuran atau Kesyirikan yang mengeluarkan dari
Islam, apabila sang pelaku meyakini bahwa penyandaran hujan kepada bintang
hanyalah penyandaran akibat kepada sebabnya (yakni meyakini bahwa bintang
hanyalah sebab), dan tetap meyakini bahwa pemberi nikmat hanyalah Alloh. Ini
kufur asghor, tetapi jika ia meyakini bahwa yang memunculkan nikmat adalah
makhluk (misal bintang), dan makhluk-makhluk itulah yg menciptakan nikmat maka
ini adalah kufur Akbar mengeluarkan dari agama (I’anatul Mustafid (2/151))
Dari hadits ini sudah seharusnya kita
mengambil pelajaran untuk hanya bergantung kepada Alloh dalam menghadapi ujian
wabah corona dan senantiasa meminta kepada Alloh agar wabah Corona ini diangkat
atas kaum muslimin secara khusus dan manusia secara umum, karena Dia sajalah
Dzat yang mampu menyingkap segala kesulitan.
Bukan justru menyandarkan usainya wabah
kepada bintang Tsurayya, atau bintang bintang yang lain. Alloh ciptakan bintang
bintang bukan sebagai sebab turunnya hujan atau sebab hilangnya penyakit, Alloh
ciptakan bintang untuk menghiasai langit dunia, sebagai alat penunjuk arah,
bukan sebagai sebab hilangnya musibah-musibah.
Apabila dikatakan: “Kami punya dalil
yaitu hadits
إِذَا
طَلَعَ النَّجْمُ ذَا صَبَاحٍ رُفِعَتِ الْعَاهَةُ
“Apabila terbit bintang (Tsurayya) pada
suatu pagi, maka diangkatlah penyakit.”
Maka ketahuilah bahwa hadits ini lemah
dan tidak bisa dijadikan hujjah. Berikut ini pembahasannya.
Derajat Hadits Bintang Tsuroyya
Hadits di atas yang dijadikan sandaran
untuk menetapkan bahwa wabah Corona akan berakhir ketika terbit bintang
Tsurayya, maka hadits ini tidak sah dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam Al-Musnad (2/341,388), Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar (3/92) dan
‘Uqoili dalam Adh-Dhu’afa hal. 347.
Dalam sanad hadits ini ada seorang
bernama: ‘isl bin Sufyan, berkata ‘Uqoili:
في حديثه
وهم قال البخاري فيه نظر
Pada hadits ‘Isl ada kerancuan, Al
Bukhori berkata tentangnya: Padanya ada catatan.
Syaikh Al Albani melemahkan hadits ini
dalam Silsilah Dhoifah (1/573).
Disamping kelemahan padanya, hadits
dhoif ini juga membuka jalan yang mengantarkan manusia untuk bergantung kepada
bintang Tsurayya, dan ini menyelisihi tauhid dan merusak tauhid.
Jika seorang meyakini bahwa bintang
Tsuroyya lah yang mengangkat Corona maka ini adalah syirik Akbar, mengeluarkan
dari Islam, karena dia telah meyakini ada Robb lain yang mengatur dan
mengangkat penyakit selain Alloh.
Apabila hanya meyakini bahwa keluarnya
bintang Tsuroyya adalah sebab terangkatnya Corona, maka ini tergolong syirik
asghor.
Semoga Alloh segera mengangkat wabah
ini, dan melimpahkan kepada kita semua keamanan serta memudahkan kita untuk
kembali melangkahkan kaki ke masjid masjid Alloh, memenuhi majelis majelis
ilmu, baik di negeri ini atau negeri negeri lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar