Zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap
muslim yang memiliki sisa bahan makanan sebanyak satu sha’ (sekitar 2,5 – 2,7 kg)
untuk dirinya dan keluarganya selama sehari semalam ketika hari raya.
Perintah untuk mengeluarkannya adalah :
1. Dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma,
beliau berkata:
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى العَبْدِ وَالحُرِّ، وَالذَّكَرِ
وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيرِ وَالكَبِيرِ مِنَ المُسْلِمِينَ، وَأَمَرَ بِهَا أَنْ
تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewajibkan zakat fitrah dengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum, kepada
setiap budak atau orang merdeka, laki-laki atau wanita, anak maupun dewasa,
dari kalangan kaum muslimin. Beliau memerintahkan untuk ditunaikan sebelum
masyarakat berangkat shalat id. (HR. Bukhari)
2. Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma,
beliau mengatakan:
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً
لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ، مَنْ
أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ، فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا
بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewajibkan zakat fitrah, sebagai pembersih bagi orang yang puasa dari segala
perbuatan sia-sia dan ucapan jorok serta sebagai makanan bagi orang miskin.
Siapa yang menunaikannya sebelum shalat id maka zakatnya diterima, dan siapa
yang menunaikannya setelah shalat id maka hanya menjadi sedekah biasa. (HR. Abu Daud, Ad Daruquthni dan
dishahihkan Al Albani)
3. Sebagaimana dalam hadits.
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ
ﻋُﻤَﺮَ – ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ – ﻳُﻌْﻄِﻴﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻘْﺒَﻠُﻮﻧَﻬَﺎ ، ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳُﻌْﻄُﻮﻥَ
ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺑِﻴَﻮْﻡٍ ﺃَﻭْ ﻳَﻮْﻣَﻴْﻦِ
“Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma
memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia
mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya ‘Idul Fithri
.” (HR. Bukhari no.
1511).
4. Dari Nafi’ berkata,
ﺃَﻥَّ ﻋَﺒْﺪَ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦَ ﻋُﻤَﺮَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺒْﻌَﺚُ ﺑِﺰَﻛَﺎﺓِ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗُﺠْﻤَﻊُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ
ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺑِﻴَﻮْﻣَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ
“Abdullah bin ‘Umar memberikan zakat
fitrah atas apa yang menjadi tanggungannya dua atau tiga hari sebelum hari raya
Idul Fithri .” (Muwatha’no. 629, 1: 285).
Disimpulkan bahwa zakat fitrah adalah
zakat yang diwajibkan karena kaum muslimin tidak lagi berpuasa. Itulah mengapa
zakat fitrah disebut dengan kata fithri karena ada kaitannya dengan perayaan
Idul Fithri. Lalu kapankah waktunya
kita untuk menunaikan zakat fitrah?
Ada 4 pendapat ulama mulai kapan zakat
fitrah boleh ditunaikan,
Pertama, zakat fitrah tidak boleh ditunaikan
kecuali setelah masuk waktu subuh di tanggal 1 syawal.
Ini merupakan pendapat Ibnu Hazm. Bahkan
beliau menilai, jika ada orang yang menunaikan zakat fitrah sebelum waktu itu,
zakatnya fitrahnya tidak sah, dan harus diulang. Beliau mengatakan,
وقت زكاة
الفطر الذي لا تجب قبله, إنما تجب بدخوله, ثم لا تجب بخروجه: فهو إثر طلوع الفجر
الثاني من يوم الفطر
Waktu zakat fitrah yang menjadi batas
wajibnya seseorang menunaikan zakat fitrah adalah setelah terbit fajar subuh di
hari idul fitri.
Selanjutnya, beliau menegaskan,
أنه لم يجز
تقديمها قبل وقتها، ولا يجزئ
Tidak boleh menunaikan zakat fitri
sebelum waktunya dan tidak sah. (al-Muhalla, 6/143).
Sanggahan:
Pendapat ini lemah. Karena para sahabat
menunaikan zakat fitrah dua hari sebelum hari raya. Ibnu Umar Radhiyallahu
‘anhuma menceritakan,
وَكَانُوا
يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ
Para sahabat membayar zakat fitri sehari
atau dua hari sebelum hari raya. (HR. Bukhari 1511).
Kedua, zakat fitrah boleh ditunaikan sebelum
ramadhan
Sebagaimana umumnya zakat, boleh
didahulukan jauh sebelum waktunya.
Ini merupakan pendapat hanafiyah.
Al-Kasani – ulama hanafi – menukil
riwayat dari Abu Hanifah,
وروى الحسن
عن أبي حنيفة أنه يجوز التعجيل سنة وسنتين
Al-Hasan meriwayatkan dari Abu Hanifah
bahwa boleh menyegerahkan pembayaran zakat fitrah setahun atau dua tahun
sebelumnya. (Bada’i al-Fawaid, 2/74).
Komentar:
Ini pendapat yang lemah. Karena zakat
fitrah sebabnya adalah puasa ramadhan dan hari raya. Sebagaimana keterangan
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ
مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yang puasa dari segala
tindakan sia-sia dan ucapan jorok, dan bekal makanan bagi orang miskin. (HR. Abu Daud 1611 dan dihasankan
al-Albani).
Dan fungsi ini, membersihkan orang puasa
dari kesalahan selama puasa, serta bekal makanan bagi orang miskin ketika hari
raya, tidak akan terwujud jika zakat itu ditunaikan jauh sebelum ramadhan.
Ketiga, zakat fitri boleh ditunaikan sejak awal
ramadhan
Zakat fitrah boleh ditunaikan di awal
ramadhan, namun dianjurkan untuk ditunaikan sebelum berangkat shalat id.
Ini merupakan pendapat mayoritas ulama
Syafiiyah. An-Nawawi mengatakan,
ويجوز
تقديم الفطرة من أول رمضان لانها تجب بسببين بصوم رمضان والفطر منه فإذا وجد
أحدهما جاز تقديمها علي الآخر كزكاة المال بعد ملك النصاب وقبل الحول
“Boleh mendahulukan pembayaran zakat
fitrah dari awal ramadhan. Karena zakat fitrah merupakan kewajiban dengan dua
sebab: puasa ramadhan dan idul fitri. Jika salah satu dari dua sebab ini sudah
ada, boleh didahulukan zakat fitrah. Sebagaimana zakat mal, boleh dibayar setelah
nishab, meskipun belum haul.”
Selanjutnya an-Nawawi menegaskan,
والمستحب
أن تخرج قبل صلاة العيد
Dan dianjurkan untuk membayar zakat
fitrah sebelum shalat id. (al-Majmu’, 6/126).
Kemudian beliau menyebutan keteranan
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan sahabat untuk membayar zakat fitrah sebelum shalat id.
Keempat, zakat fitrah boleh ditunaikan sehari
atau dua hari sebelum id
Ini merupakan pendapat Malikiyah dan
Hambali.
Dan pendapat terakhir ini yang paling
mendekati kebenaran. Dengan beberapa alasan berikut,
Pertama, nama ‘zakat fitri’adalah penamaan berdasarkan
waktu. Artinya, zakat yang dikeluarkan di waktu fitri. Seperti kata shalat
dzuhur, berarti shalat yang dikerjakan di waktu dzuhur.
Sehingga adanya waktu fitri, merupakan
sebab disyariatkannya zakat fitri. Dan waktu fitri dimulai ketika masuk malam
idul fitri.
Sebagaimana diriwayatkan dari Al
Juzajani, ia berkata, telah menceritakan pada kami Yazid bin Harun, ia berkata,
telah mengabarkan pada kami Abu Ma’syar, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu memerintahkan pada
hari Idul Fithri (kata Yazid) di mana beliau bersabda,
أَغْنَوْهُمْ
عَنْ الطَّوَافِ فِي هَذَا الْيَوْمِ
“Cukupilah mereka (fakir miskin) dari
meminta-minta pada hari ini (Idul Fithri).” (HR. Ad Daruquthniy dalam sunannya dan
Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro).
Perintah mencukupi fakir miskin di sini
bermakna wajib. Jika zakat fithri tersebut diajukan jauh-jauh hari, maka tentu
maksud untuk mencukupi orang miskin pada hari raya Idul Fithri tidak terpenuhi.
Karena sebab wajibnya zakat fithri karena adanya Idul Fithri. Itulah mengapa
zakat fithri disandarkan pada kata fithri.
Ibnu Qudamah mengatakan,
سبب وجوبها
الفطر ، بدليل إضافتها إليه ، والمقصود منها الإغناء في وقت مخصوص ، فلم يجز
تقديمها قبل الوقت
Sebab wajibnya zakat fitri adalah
masuknya waktu fitri. Dengan dalil, penamaannya ‘Zakat fitri’. Dan tujuannya
adalah al-Ighna’ (mencukupi kebutuhan orang tidak mampu) di waktu hari raya.
Sehingga tidak boleh didahulukan sebelum waktunya. (al-Mughni, 2/676).
Kedua, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan para sahabat agar menunaikan zakat fitrah sebelum shalat.
Ibnu Umar menceritakan,
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ،
أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى ،
وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى
قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewajibkan zakat fitri satu sha’ kurma, atau gandum, bagi seluruh kaum
muslimin, baik budak atau orang merdeka, lelaki atau wanita, anak-anak maupun
orang dewasa. Beliau perintahkan untuk ditunaikan sebelum masyarakat keluar
menuju lapangan. (HR. Bukhari 1503 dan Muslim 2329).
Ketiga, berdasarkan keterangan di atas, pada
asalnya zakat fitrah hanya ditunaikan ketika masuk tanggal 1 syawal. Namun
mengingat ada riwayat dari para sahabat bahwa mereka telah mengumpulkan zakat 2
hari sebelum idul fitri, ini menjadi pengecualian bahwa zakat boleh dibayarkan
di waktu itu.
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma
menceritakan,
وَكَانُوا
يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ
Para sahabat membayar zakat fitri sehari
atau dua hari sebelum hari raya. (HR. Bukhari 1511).
Karena itu, dalam rangka kehati-hatian,
kita tidak membayar zakat fitrah kecuali mendekati syawal. Sehingga kita bisa
memastikan telah bayar zakat fitrah tepat waktu.
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar