Keberkahan Kalimat
Istirja’
Kalimat istirja’
adalah kalimat inaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun…
Allah ajarkan
kalimat ini agar dibaca oleh kaum muslimin yang sedang mengalami musibah. Dan
itulah ciri orang yang penyabar.
Allah berfirman,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ,.الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” (QS. al-Baqarah: 154 – 155)
Sebagian ulama
menegaskan bahwa kalimat ini tidak diberikan kepada para nabi sebelum nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti yang dinyatakan ulama tabi’in,
muridnya Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, yaitu Imam Said bin Jubair. Beliau
mengatakan,
لم تعط هذه الكلمات نبيا قبل نبينا، ولو عرفها يعقوب لما
قال: يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ
Kalimat ini belum
pernah diberikan kepada seorang nabi-pun sebelum nabi kita (Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam). Andaikan sudah diketahui Ya’qub, tentu beliau tidak akan
mengucapkan, “Duhai duka citaku terhadap Yusuf”. (Tafsir al-Qurthubi, 2/176).
Ketika Ya’qub
mendapatkan kabar hilangnya Yusuf, beliau tidak mengucapkan, innaa lillaahi wa
inna ilaihi raaji’uun, tapi beliau mengucapkan, Yaa asafaa ‘alaa Yusuf… (Duhai
duka citaku terhadap Yusuf).
Kandungan Kalimat
Istirja’
Seperti apa
kandungan maknanya? Kita simak keterangan al-Qurthubi.
Imam al-Qurthubi
menjelaskan,
قوله تعالى: قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون. جعل
الله تعالى هذه الكلمات ملجأ لذوي المصائب، وعصمة للممتحنين، لما جمعت من المعاني
المباركة
Firman Allah
Ta’ala, ‘Mereka mengucapkan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’
Allah jadikan
kalimat ini sebagai sandaran bagi orang yang tertimpa musibah, dan perlindungan
(bacaan) bagi mereka yang sedang menjalani ujian. Karena kalimat ini mengandung
banyak makna yang berkah.
Kemudian
al-Qurthubi melanjutkan,
فإن قوله: إنا لله توحيد وإقرار بالعبودية والملك. وقوله:
وإنا إليه راجعون إقرار بالهلك على أنفسنا والبعث من قبورنا، واليقين أن رجوع
الأمر كله إليه كما هو له
Kalimat, ‘Inna
lillahi’ adalah tauhid dan pengakuan terhadap ubudiyah (status kita sebagai
hamba) dan kekuasaan Allah. Sedangkan kalimat, ‘Wa inna ilaihi raaji’uun’
adalah pengakuan bahwa kita akan binasa, dan akan dibangkitkan dari alam kubur
kita, serta keyakinan bahwa semua urusan kembali kepada-Nya, sebagaimana semua
ini milik-Nya. (Tafsir al-Qurthubi, 2/176)
Keutamaan Kalimat
Istirja’
Dalam hadis dari
Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, beliau pernah mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا
أَمَرَهُ اللَّهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156] ،
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا
أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Apabila ada seorang
muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah
perintahkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku,
dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan
memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik. (HR. Muslim 918)
Di surat
al-Baqarah, Allah memberikan janji bahwa orang yang sabar dan mengucapkan
istirja’ mereka akan mendapatkan shalawat, rahmat, dan hidayah.
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 157).
Umar bin Khatab
mengatakan,
نعم العدلان ونعم العلاوة: الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا
إنا لله وإنا إليه راجعون* أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون
“Sebaik-baik 2
balasan dan sebaik-baik tambahan, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Yang beliau maksud
dengan sebaik-sebaik 2 balasan adalah
shalawat dan rahmat. Sedangkan sebaik-baik tambahan adalah hidayah.
(Tafsir al-Qurthubi, 2/177),
Demikian, Allahu
a’lam.
terima kasih atas pencerahannya
BalasHapus