Sejumlah orang mempublikasikan di internet (facebook)
WhatsApp dan lain-lain seputar balasan bagi setiap shalat, yang bunyinya seperti ini:
Ada Lima perkara, kita semua pasti inginkan serta
berusaha untuk mendapatkan nya.
1. Wajah yang menarik
2. duit yg byk
3. sehat dan kuat
4. anak-anak yang patuh dan sukses
5. Tidur nyenyak tanpa Obat penenang
Hal itu Mudah kita peroleh.. hanya butuh waktu 15 menit
saja.
Bagaimana caranya…
قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم
من ترك صلاة الفجر فليس في وجهه نور
1. Nabi bersabda : Barangsiapa yang tinggalkan shalat
Subuh, maka wajahnya tak akan ada cahaya
ومن ترك صلاة الظهر فليس في رزقه برگة
2. Barangsiapa yang Tinggalkan shalat Dzuhur niscaya Tak
ada keberkahan dalam rezekinya.
ومن ترك صلاة العصر فليس في جسمه قوة
3. Barangsiapa yang tinggalkan shalat asar niscaya tak
ada kekuatan dalam jasadnya.
ومن ترك صلاة المغرب فليس في أولاده ثمرة
4. Barangsiapa yang tinggalkan shalat Magrib niscaya tak
ada buah hasil yang boleh dipetik dari anak-anaknya.
ومن ترك صلاة العشاء فليس في نومه راحة’’’’
5. Barangsiapa yang tinggalkan shalat Isya’ tak ada
kenyamanan dalam tidur nya.
Tahu kenapa Kalimat La ilaha Illallaah tidak sampai
menggerakkan bibir jika di ucapkan
Sebab ini adalah Rahmat dari Allaah kpd kita supaya jika
maut menghampiri dengan mudah ia menyebutkan kalimat itu.
Mudah-mudahan tangan yang mengirim dan menyebarkan ini
kelak tidak sulit untuk melafadzkan kalimat La ilaha Illallaah
***
Berbondong-bondonglah orang-orang yang hanya bermodalkan
semangat saja dalam beragama, menyebarkan kesana-kemari dengan harapan
mendapatkan pahala dari perbuatannya itu.
Tapi apakah benar demikian adanya?....
Ternyata. Hadits tersebut PALSU karena tidak ditemukan di
dalam kitab-kitab hadits, apakah dalam hadits shahih ataupun hadits dha'if.
Menunjukkan bahwa ungkapan itu tidak ada asalnya dan sanadnya.
Ada seseorang yang mengarangnya dan menyebarkannya di
sebagian milist dan situs internet. Mereka mengira bahwa dengan hal itu dapat
memperingatkan manusia agar tidak meninggalkan shalat. Mereka tidak sadar,
bahwa dengan itu, mereka telah melakukan dosa yang besar. Bahkan sebagian ulama
berpendapat bahwa orang yang berdusta terhadap Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dengan sengaja adalah kafir.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ كَذَبَ
عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barangsiapa
berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.”
(HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)
Al-Amir Ash-Shan'ani rahimahullah berkata, "Jumhur
ulama berpendapat bahwa orang yang sengaja berdusta atas nama Nabi shallallahu
alaihi wa sallam adalah dosa besar. Hal itu diketahui dengan adanya ancaman
siksaan."
Al-Juwaini berkata, dosa besar itu adalah kufur. Hal itu
ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala,
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ
بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
”Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya?
Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.” (Qs. Yunus: 17)
Dalam ayat ini disamakan antara orang yang berdusta atas
Allah dengan mendustakannya, tidak diragukan lagi bahwa mendustakannya adalah
kekufuran. Sedangkan orang yang berdusta terhadap Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam adalah bagaikan orang yang berdusta terhadap Allah Ta'ala. Allah
mengingkari, dengan ungkapan pertanyaan pengingkaran, bahwa ada dosa dan
kezaliman yang lebih besar dari itu.
Karena orang yang berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya
dapat menghapus sebuah kewajiban, dan menghapus sebuah kewajiban adalah
kekufuran dan mendustakan syariat, dan ini adalah kufur. Karena berdusta dalam
syariat menunjukkan pelecehan terhadapnya secara otomatis. Wallahua'lam."
(Taudhihul Afkar, 2/88)
***
Dan tanda-tanda kepalsuannya nampak jelas, diantaranya:
● Barangsiapa yang tinggalkan sholat Magrib niscaya tak
ada buah/hasil yang boleh dipetik dari anak-anak nya.
» Maka kita katakan, Dosa apakah yang dipikul seorang
anak manakala orang tuanya meninggalkan sholat? Bukankah Allah berfirman: “Dan
seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’aam:
164).
» Komite Tetap Urusan Fatwa dan Riset Ilmiah Saudi Arabia
pernah ditanya tentang hadits tersebut dan hadits lain yang semisalnya, mereka
menjawab, “Hadits-hadits tersebut TIDAK ADA di dalam kitab-kitab (hadits) Ahlus
Sunnah. Dan setelah melakukan penelitian, kami tidak menemukan sumbernya. Oleh
karenanya, kita dilarang membagikan dan menyebarluaskannya (kepada kaum
muslimin, pent).” (Fatawa Lajnah Daimah III/259).
» Syaikh Sholih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhohullah
berkata: “Sepengetahuanku, hadits ini TIDAK ADA asal usulnya. Maka cukup bagi
kita dengan ancaman terhadap orang yang meninggalkan sholat sebagaimana yang
ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang Shohih.
Di antaranya adalah hadits Rasulullah shallallah alaihi
wasaalam,
بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة
"Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran
adalah meninggalkan meninggalkan shalat." (HR. Muslim)
العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها ـ أي الصلاة ـ فقد كفر
"Janji antara kita dengan mereka adalah
'Ash-Shalah', siapa yang meninggalkannya, sungguh dia telah kafir." (HR. Ahlussunan, dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam
shahih Targhib wa Tarhib, 564)
Sedangkan Allah Ta'ala berfirman terkait dengan
orang-orang durhaka.
مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ ، قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ المُصَلِّينَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat.” (Qs.
Al-Mudatsir: 42-43.)
Sebab pertama yang menyebabkan mereka masuk ke neraka saqor
adalah karena mereka meninggalkan shalat. Meninggalkan shalat merupakan
kekufuran dan keluar dari agama. Baik meninggalkannya karena menentang
kewajibannya atau meninggalkannya dalam keadaan mengakui kewajibannya. Kecuali
orang yang meninggalkannya karena lupa dan tertidur.
Adapun apa yang ditanyakan penanya, saya tidak mengetahui
asalnya, begitu pula terkait dengan selebaran yang dibagi-bagikan, di dalam
terdapat ungkapan, "Siapa meninggalkan shalat, maka dia dihukum dengan
lima belas hukuman." Itu tidak ada asalnya. (Nurun Aladdarb, 20 Muharam
1427)
Lalu beliau mengatakan, “Dengan demikian, kita dilarang
menyebarluaskan hadits ini, dan tidak boleh pula menisbatkannya kepada Nabi
shallallahu alaihi wasallam. Bahkan kita berkewajiban memperingatkan (kaum
muslimin) dari kepalsuannya, dan menerangkan kepada mereka bahwa hadits
tersebut tidak ada asal usulnya di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah.”
Wallahu a’lam bish-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar