Dzul
Kifli termasuk sosok yang tidak banyak diceritakan dalam al-Quran maupun hadis.
Namanya disebutkan dalam al-Quran, namun siapakah beliau, tidak kita jumpai
keterangan detail tentangnya.
Nama
Dzul Kifli Allah sebutkan 2 kali dalam al-Quran,
[1]
Firman Allah di surat al-Anbiya: 85,
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ
كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ismail,
Idris, dan Dzul Kifli, semua adalah orang-orang yang sabar.
[2] Firman
Allah di surat Shad: 48,
وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا
الْكِفْلِ وَكُلٌّ مِنَ الْأَخْيَارِ
Ingatlah
akan Ismail, Ilyasa’ dan Dzul Kifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling
baik.
Para
ahli tafsir berbeda pendapat terkait status Dzul Kifli, apakah beliau seorang
nabi ataukah orang soleh yang bukan nabi. Mayoritas mereka diam
Al-Hafidz
Ibnu Katsir pernah menyebutkan perbedaan itu, ketika beliau menyinggung ayat di
atas,
الظاهر من ذكره في القرآن العظيم بالثناء عليه
مقرونا مع هؤلاء السادة الأنبياء أنه نبي عليه من ربه الصلاة والسلام وهذا هو
المشهور. وقد زعم آخرون أنه لم يكن نبيا وإنما كان رجلا صالحا وحكما مقسطا عادلا *
وتوقف ابن جرير في ذلك فالله أعلم
Yang
lebih mendekati, penyebutan beliau dalam al-Quran dengan bentuk pujian yang
disandingkan bersama para nabi, menunjukkan bahwa Dzul Kifli adalah nabi
– ‘alahis shalatu was salam – dan inilah pendapat yang
masyhur. Ada sebagian ulama lain yang menyatakan bahwa beliau bukan nabi, namun
orang soleh dan hakim yang adil. Sementara Ibnu Jarir tidak mengambil pendapat
apapun. Allahu a’lam (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/259).
Kita
simak penjelasan ahli tafsir yang lain,
Abu
Hayan al-Andalusi mengatakan,
قَالَ الْأَكْثَرُونَ: هُوَ نَبِيٌّ
Mayoritas
ulama mengatakan, “Dzul Kifli adalah seorang nabi.” (al-Bahr al-Muhith,7/460)
Sementara
diantara ulama yang berpendapat bahwa Dzul Kifli bukan nabi adalah Mujahid.
Diriwayatkan dari Mujahid,
أنه لم يكن نبيا وإنما كان رجلا صالحا وكان قد
تكفل لبني قومه أن يكفيه امرهم ويقتضي بينهم بالعدل فسمى ذا الكفل
Dia
bukan seorang nabi, tapi orang soleh. Beliau mendapat tugas untuk menangani
urusan kaumnya dan mengadili perkara mereka dengan adil. Karena itu, beliau
dinamakan Dzul Kifli. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/259).
Kisah tentang Dzul Kifli
Ada
satu hadis yang bercerita tentang beliau. Namum hadis ini lemah, sehingga
ditolak keabsahannya.
Dari
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dulu
Kifli adalah orang yang tidak menghindari dosa. Suatu ketika datang seorang
wanita, lalu Kifli memberinya 60 dinar, dengan syarat wanita ini mau berzina
dengannya. Ketika hendak melakukan hubungan intim, tiba-tiba wanita ini
bergetar dan menangis.
“Mengapa
kamu menangis? Apakah aku memaksamu?” tanya Kifli.
“Tidak,
namun perbuatan ini sama sekali tidak pernah aku lakukan. Aku terpaksa
melakukannya hanya karena butuh.” Jawab si wanita..
“Kamu
melakukan ini karena terpaksa? Silahkan pergi dan bawa semua uang itu.” Kata
Kifli.
Lalu
Kifli berjanji,
لَا وَاللَّهِ لَا أَعْصِي اللَّهَ بَعْدَهَا
أَبَدًا
“Demi
Allah, saya tidak akan bermaksiat lagi setelah kejadian ini.”
Ternyata
beliau meninggal di malam harinya, dan di pagi harinya, tertulis di depan
pintu, “Sesungguhnya Allah telah mengampuni Kifli.” (HR.
Ahmad 4747, at-Turmudzi 2496 dan didhaifkan al-Albani).
Al-Hafidz
Ibnu Katsir mengatakan,
أَمَّا الْحَدِيثُ الَّذِي رَوَاهُ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ … – فذكر هذا الحديث – فَهُوَ حَدِيثٌ غَرِيبٌ جِدًّا، وَفِي إِسْنَادِهِ
نَظَرٌ. وَإِنْ كَانَ مَحْفُوظًا فَلَيْسَ هُوَ ذَا الْكِفْلِ . وَإِنَّمَا لَفْظُ
الْحَدِيثِ ” الْكِفْلُ ” مِنْ غَيْرِ إِضَافَةٍ ؛ فَهُوَ رَجُلٌ آخَرُ غَيْرُ
الْمَذْكُورِ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Adapun
hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad – beliau sebutkan hadisnya – adalah hadis
aneh sekali. Dalam sanadnya meragukan. Jika hadis ini bisa dipertanggung
jawabkan, maka itu bukan Dzul Kifli. Karena yang tertera di hadis “Kifli” tanpa
kata Dzul. Berarti dia orang lain, bukan seperti yang disebutkan dalam
al-Quran. Allahu a’lam. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/519).
Demikian, Allahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar