Selasa, 02 Juli 2019

Dosa-Dosa Isteri kepada Suami


Waspada, Kebahagiaan Dapat Hilang Karena Kesalahan !

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah berfirman,

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
 “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat : 49).

Perempuan adalah pasangan laki-laki. Dijadikannya perempuan sebagai pasangan laki-laki -dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah- adalah untuk suatu hikmah yang agung, sebagaimana Dia berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum : 21).

Namun, kecenderungan, ketentraman dan rasa kasih sayang terkadang pudar atau bahkan hilang kerena sebab tertentu. Dimungkinkan salah satu sebabnya adalah “dosa atau kesalahan”, baik kesalahan tersebut dilakukan oleh suami kepada istrinya ataupun sebaliknya istri kepada suaminya.

Di zaman kita sekarang, banyak kita saksikan peristiwa pudar atau hilangnya kebahagiaan yang ternyata sebabnya adalah kesalahan yang diperbuat oleh seorang istri kepada suaminya atau sebaliknya. Bahkan, kesalahan menjadi faktor utama hilangnya kebahagiaan sejak awal kehidupan manusia. Anda tentu tahu kisah bapak

dan ibunda kita Adam ‘alaihissalam dan Hawa istrinya yang dikeluarkan dari Surga, tempat yang penuh dengan kebahagiaan. Apa sebabnya? Kesalahan, itulah jawabnya. Dan, dari kisah itu pula kita dapat mengetahui bahwa “kesalahan“ sebagaimana dilakukan oleh seorang suami, juga dilakukan pula oleh seorang istri. Lalu, apa sajakah bentuk kesalahan istri kepada suami ? inilah bahasan utama kita kali ini.

Mudahan-mudahan bahasan ini dapat dijadikan sarana untuk saling menginstropeksi diri lalu memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan, sehingga kebahagiaan tidak tumbang diterpa angin dan badai problematika kehidupan.

Beberapa Bentuk Kesalahan Istri Kepada Suami

Di antara bentuk kesalahan istri kepada suami adalah sebagai berikut) :

1.     Berlebihan dalam Menuntut Kesempurnaan

Ada tipe istri yang tenggelam dalam khayalan dan berlebihan dalam menuntut kesempurnaan. Ia menduga bahwa pernikahan adalah surga Firdaus; tidak ada kesusahan, beban berat ataupun kesulitan. Ia membayangkan bahwa demikianlah seharusnya pernikahan; tidak ada tantangan, penghalang ataupun problematika. Ketika ia berbenturan dengan realita, ia tidak bisa menerima itu semua. Ia mengira dirinya telah salah dalam memilih pendamping hidup. Bahkan, bisa jadi ia cenderung kepada perceraian guna membebaskan diri dari berbagai ikatan-menurut persepsinya-.

2.     Kurang Memperhatikan Orang Tua Suami

Terkadang kondisi memaksa agar suami tinggal bersama kedua orangtuanya, atau kedua orang tua butuh tinggal satu rumah dengan suami. Sedangkan suami dituntut untuk berbakti kepada orang tua, dan juga berbuat baik kepada istri. Namun, sebagian istri tidak mau membantu suami mewujudkan sikap bakti tersebut.

Bahkan mungkin tidak cukup sampai disitu, istri justru melakukan tindakan yang menyakiti orangtua suami dengan berbagai bentuknya, seperti ; meninggikan suara di hadapan mereka, enggan melakukan perintahnya, kurang memperlihatkan sikap hormat, atau kurang memperhatikan perasaan. Meremehkan dan merendahkan mereka, sehingga menghina, berharap segera terbebas dari tinggal bersama mereka, atau bahkan merayu suami untuk mendurhakai orangtuanya. Mencari-cari kekeliruan, membesar-besarkan kesalahan, bahkan melakukan tuduhan secara dusta, dan lain sebagainya.

3.     Terlalu Apa Adanya, Kurang Mempercantik Diri di Hadapan Suami

Banyak istri yang kurang memperhatikan penampilan di hadapan suami; tidak mengenakan pakaian yang baik, tidak menjaga kebersihan badan, tidak memakai wangi-wangian untuk suami, tidak memperhatikan aroma yang disenangi suami. Bila menyambut suami ia menyambutnya dengan pakaian kusam dan rambut acak-acakan.

Namun, bila ia hendak keluar mengunjungi kerabat atau temannya, ia berubah 180 derajat. Ia tidak keluar kecuali dengan pakaian terindah dan wewangian terharum, sampai-sampai orang yang melihatnya menyangka dirinya tengah menyambut malam pengantin. Lihat saja, ada perhiasan gemerlapan, mata berhias celak dan lain sebagainya. Bagian suami dari semua itu hanyalah melihatnya ketika hendak keluar untuk beranjang sana.

4.     Banyak Berkeluh Kesah dan Kurang Berterima Kasih

Ada tipe istri yang suka berkeluh kesah, jarang memuji Allah dan berterima kasih kepada suaminya, kehilangan sifat merasa cukup, dan tidak puas terhadap kebaikan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Beberapa istri tipe ini mendapat perlakukan sangat baik dari suami, namun bila ia menjumpai satu kesalahan atau kealpaan suami, atau marah karena suatu sebab, ia melupakan perlakuan baik yang selama ini ia terima.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensinyalir hal ini dalam sabdanya, “Aku melihat Neraka dan aku melihat sebagian besar penduduknya adalah kaum wanita.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Mengapa, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Mereka mendurhakai suami dan mendurhakai kebaikan. Sekiranya seorang dari mereka engkau perlakukan dengan baik sepanjang masa, lalu ia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, ia akan berkata, aku tidak pernah melihat satu pun kebaikan darimu selama ini.” (HR. al-Bukhari, no. 29 dan Muslim, no. 907).

5.     Mengungkit-ungkit Kebaikan kepada Suami

Ada tipe istri yang melayani suami dan memperhatikan suami, juga memperhatikan kedua orang tuanya. Akan tetapi, ia memiliki sikap egois dan suka mengungkit-ungkit. Mengungkit-ungkit adalah sikap tercela. Seharusnya istri menjauhkan diri darinya. Bila mengungkit-ungkit adalah perangai yang tidak baik dilakukan oleh siapa pun, maka lebih tidak baik lagi bila itu dilakukan oleh seorang istri terhadap suaminya. Sikap mengungkit-ungkit akan menghancurkan amal kebaikan dan menjatuhkan harga diri. Allah Ta’ala melarang sikap mengungkit-ungkit ini di dalam firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) (Qs. Al-Baqarah : 264).

6.     Menyebarkan Problematika Rumah Tangga kepada Orang Lain

Ada tipe istri yang kurang pandai bersabar; sedikit saja ada konflik atau permasalahan dengan suami, ia memberitahukannya kepada ayah, ibu, saudara dan bahkan teman-teman perempuannya. Tindakan tersebut termasuk sikap kurang setia dan sikap tergesa-gesa yang tercela. Ia juga menjadi pertanda kebodohan, sebab sangat mungkin ia menjadi sebab runtuhnya mahligai pernikahan.

Seharusnya seorang istri berusaha dengan sungguh-sungguh agar tidak ada seorang pun yang menjadi pihak ketiga antara dirinya dan suami, siapapun orang itu. Maka, seorang istri yang cerdas tentu menyembunyikan apa yang terjadi antara dirinya dan suami, bahkan kepada orang tua sekalipun, apalagi kepada pihak-pihak yang lain. Terkecuali bila konflik telah menumpuk dan sulit dicari solusinya, maka ia meminta pendapat yang bijak sebagai solusi. Atau, penunjukkan perantara untuk mendamaikan suami istri telah menjadi solusi terakhir.

7.     Kurang Membantu Suami dalam Kebajikan dan Takwa

Ada tipe istri yang menjadi fitnah bagi suami, di mana ia menghalangi suami untuk mengupayakan nilai-nilai luhur. Jika suami hendak berinfak, ia menolaknya. Tidak ada keinginan dirinya dari suami, kecuali agar suami memuaskan segala kesenangannya dan memenuhi berbagai tuntutannya meski harus mengorbankan sebagian kewajiban suami.

Karenanya, tidak pantas bila seorang istri muslimah menjadi batu penghalang di jalan suami, menghalangi langkahnya untuk taat kepada Allah, bersegera dalam menunaikan kebaikan atau berlomba untuk menuju pintu kemuliaan. Bahkan, seharusnya ia membantu suami mewujudkan semua itu, sebagai pemenuhan perintah Allah Ta’ala,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).

8.     Membebani Suami dengan Banyak Tuntutan

Ada tipe istri yang senang membebani suami dengan banyak tuntutan, tanpa memperhatikan kondisi keuangannya. Semestinya istri memperhatikan kemampuan suami. Ia tidak boleh membebani suami dengan berbagai kesulitan. Tidak sepantasnya ia meneror suami dengan banyak tuntutan, terlebih untuk sesuatu yang tidak penting. Hal tersebut akan memberatkan dan menyakiti suami, sebab ia tidak mampu memenuhi permintaan istri.

9.     Bersikap Nuzuz terhadap Suami

Yaitu, menempatkan diri lebih tinggi dari suami, membatah perintahnya, keluar dari ketaatan kepadanya, tidak ridha terhadap posisi yang ditetapkan Allah untuknya. Ia tidak menerima kepemimpinan suami atasnya. Termasuk pula nuzuz yaitu, menolak ajakan suami untuk berhubungan intim (tanpa alasan syar’i), menjalin hubungan haram dengan laki-laki lain, memasukkan orang lain ke dalam rumah yang mana suami tidak suka bila orang itu masuk ke dalam rumahnya baik ketika suami ada maupun tidak ada, lalai dalam melayani suami, menghambur-hamburkan harta suami dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak pantas, menyakiti suami dengan perkataan buruk, mencelanya atau mencacinya, dan keluar rumah tanpa izin suami.

10.  Menaati Suami dalam Kemaksiatan kepada Allah

Sudah barang tentu menaati suami merupakan kewajiban seorang istri. Namun, tidak berarti seorang istri harus memberikan ketaatan mutlak kepada suami. Ia menaati seluruh perintah suami, meskipun dalam wilayah kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Melainkan ketaatan itu hanya untuk perkara ma’ruf. Kaedah dalam masalah ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

 َلَا طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam tindakan mendurhakai sang Khaliq (yaitu, Allah Aazza wa Jalla).” (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir).

11.  Lalai dalam Mendidik Anak-anak

Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Namun, peran ini seringkali dilalaikan. Di antara bentuk pelalaian terhadap pendidikan anak adalah seorang ibu rumah tangga (istri) yang bekerja di luar rumah dan menghabiskan sebagian besar waktunya jauh dari anak-anak dan suami, dengan tidak menyeimbangkan antara pekerjaannya dan tugasnya di rumah. Ini adalah sikap cerobah, terlebih bila ia sebenarnya tidak membutuhkan pekerjaan di luar rumah, atau bila dipastikan suami dan anak-anak akan terlantar sama sekali.

12.  Kurang Perhatian terhadap Kondisi dan Perasaan Suami

Ada tipe istri yang kurang memperhatikan kondisi dan perasaan suami. Acapkali ia mengejutkan suami dengan berita-berita buruk, atau banyak mengajukan permintaan ketika suami pulang kerja dalam puncak lelahnya. Terkadang suami sedang berbicara kepadanya, tetapi ia acuh dan bahkan memalingkan mukanya. Atau, ia sengaja memicu kemarahan suami dan menyulut emosinya. Yang dianjurkan olah agama adalah agar istri memperhatikan kondisi dan perasaan suami, agar sebisa mungkin ia menciptakan kegembiraan untuk suami dan menghilangkan keresahan serta kegelisahan dari dalam hatinya. Ia bergembira bersama kegembiraan suami, ia bersedih seiring kesedihannya.

13.  Menyebarluaskan Rahasia Tempat Tidur

Sebagaimana kaum laki-laki kerap melakukan kesalahan ini, begitupun dengan kaum perempuan. Diriwayatkan dari Asma’ binti Yazid, bahwasanya ia pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika kaum laki-laki dan kaum perempuan duduk di sisi beliau. Beliau bersabda, “Barangkali ada seorang laki-laki yang mengatakan apa yang dilakukan terhadap istrinya, dan barangkali ada seorang perempuan yang memberitahukan apa yang dikerjakan bersama suaminya?” Orang-orang terdiam tidak menjawab. Asma’ berkata, “Benar wahai Rasulullah, kaum perempuan itu mengatakannya dan kaum laki-laki itu juga mengatakannya. Beliau pun bersabda,

فَلاَ تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Janganlah kalian melakukannya, sebab perumpamaan tindakan itu seperti setan laki-laki yang bertemu setan perempuan di jalan, lalu setan laki-laki menggauli setan perempuan dan orang-orang melihatnya.” (HR. Ahmad).

14.  Menggugat Kepemimpinan Suami

Ada tipe istri yang menggugat kepemimpinan suami atas dirinya. Ia ingin sejajar dengan suami dalam segala aktivitasnya. Yang mungkin mendorong istri untuk bersikap demikian adalah kebanggaan akan harta, status sosial, kecantikan, kehormatan, atau tingkat pendidikan. Atau, ia terpengaruh propaganda yang menyerukan emansipasi wanita dan kebebasannya dari kekuasaan laki-laki, agar posisi wanita terhadap laki-laki layaknya lawan yang seimbang.

Itulah 14 poin kesalahan istri kepada suami yang ingin kami sebutkan. Maka, jika Anda –wahai para istri – tengah jatuh ke dalamnya atau pernah melakukannya, segeralah Anda tinggalkan, dan bertaubatlah kepada Allah ta’ala serta perbaikilah diri Anda. Anda sebagaimana halnya ibunda Anda Hawa, pernah melakukan kesalahan sebagaimana halnya bani Adam. Namun, ketahuilah bahwa sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat kepada Allah Ta’ala.

* Disarikan dengan sedikit gubahan oleh Amar Abdullah dari buku, “Min Akhtha’ az-Zaujat”, edisi terjemah, “26 Dosa Istri yang Meresahkan Hati Suami”, Kiswah Media, Solo, Cetakan IV, Juni 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar