Senin, 06 Maret 2017

Hadits Palsu: Ukasyah Mencambuk Punggung Rasulullah.

Sekarang ini lagi ramai orang mensharing kisah menjelang wafatnya Rasulullah, lalu seorang sahabat  yang bernama ‘Ukasyah berniat mengqishash Rasulullah dengan cambukan. Begitu bersemangatnya para “pendekar copy paste dan forward” mensharing kesana-kemari, walaupun kisah itu tidak disertai sanad dan rujukan.

Apakah kisah sahabat 'Ukasyah dibawah ini dimana ia  meminta untuk mengqishash Nabi shalallahu 'alaihi wasallam shahih ?

Bunyi kisah tersebut adalah seperti ini :

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah sahalallahu alaihi wasallam  sebelum meninggal.

Rasulullah shalalahu 'alaihi wasallam  telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai sahabat-sahabat ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala itu adalah satu-satunya Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah."

Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  bersabda: "Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam  bersabda: "Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata: "Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita: "Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata: "Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah. Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: "Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Hasan dan Husen.

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata: "Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi: "Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.

Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya, Ukasyah berkata:

"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah dengan senyum berkata: "Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja kita menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT...

***


Diriwayatkan dalam ‘Majma Az-Zawaid Wa Mamba’ul Fawaid’ tentang firman Allah Taala,
‏إذا جاء نصر الله والفتح ورأيت الناس يدخلون في دين الله أفواجاً فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان تواباً‏
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. an-Nasr: 1-3.)  Dia (pengarang kitab tersebut) berkata, ‘Ketika turun ayat tersebut kepada Muhamad shallallahu alaihi wa sallam , beliau berkata, “Wahai Jibril, jiwaku telah diberitakan kematiannya.’ Maka Jibril alaihissalam berkata, “Akhirat lebih baik bagimu daripada permulaan (dunia), dan Dia akan memberimu yang membuatmu ridha.” Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk menyeru, “Ashshalaaatu Jaami’ah” (seruan untuk shalat berjamaah). Dst…..

Kisah diatas terdapat didalam hadits yang panjang dengan redaksi yang berbeda. Akan tetapi terdapat juga kisah 'Ukasyah tersebut yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 3/58, lalu darinya diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Aulia, 4/74, melalui jalurnya juga diriwyatkan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at, 1/295.

Dia berkata, ‘Telah menyampaikan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Barra, telah menyampaikan kepada kami Abdulmunim bin Idris bin Sinan, dari bapaknya dari Wahab bin Munabih, dari Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma.

Al-Haitsami berkata setelah menyampaikan hadits ini (8/605),
رواه الطبراني وفيه عبد المنعم بن إدريس وهو كذاب وضاع
“Diriwayatkan oleh Thabrani, di dalam (sanad)nya terdapat Abdulmunim bin Idris, dia dikenal sebagai pendusta dan pemalsu hadits.”

Ibnu Al-Jauzi berkata dalam kitab Almaudhuat (1/301),
هذا حديث موضوع محال كافأ الله من وضعه وقبح من يشين الشريعة بمثل هذا التخليط البارد والكلام الذى لا يليق بالرسول صلى الله عليه وسلم ولا بالصحابة، والمتهم به عبد المنعم بن إدريس.
“Ini adalah hadits maudhu (palsu) dan teranulir, semoga Allah membalas dan menistakan orang yang memalsukannya dan merendahkan syariat dengan mencampuradukkan masalah ini serta pembicaraan yang tidak pantas bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan juga terhadap sahabatnya.

Sang tertuduh pendusta dalam sanad hadits ini adalah Abdulmunim bin Idris, berkata Ahmad tentangnya, ‘Dia pernah berdusta terhadap Wahab.’ Yahya berkata, ‘Pendusta busuk.’ Ibnu Madini dan Abu Daud berkata, ‘Tidak tsiqah.’ Ibnu Hibban berkata, ‘Tidak halal berdalil dengannya.’ Daruquthni berkata, ‘Dia dan bapaknya diabaikan.’

Dalam kitab Almaudhu’at oleh As-Suyuthi dalam Alla’aali’ Almudhu’ah (1/257)
موضوع آفته عبد المنعم
Hadits Palsu. Penyakitnya (pengarang hadits ini) ialah Abdul Mun'im bin Idris.

Demikian pula disebutkan oleh Ibnu Iraq dalam Tanzih Asy-Syariah (1/330) serta oleh Asy-Syaukani dalam kitab Alfawaid Almajmuah, hal. 324..

Hadits dusta ini mengandung beberapa perkara;

[1] Di dalamnya terdapat kisah wafatnya shallallahu alaihi wa sallam dan izinnya malaikat maut terhadapnya. Di dalamnya diuraikan secara terperinci peristiwa besar tersebut. Sebagaimana diketahui di kalangan ulama bahwa kisah wafatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam banyak riwayat bersumber dari riwayat palsu yang dibuat-buat para pendusta lalu disebarluaskan masyarakat tanpa diteliti lagi.

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Albidayah Wannihayah (5/256), “Al Wakidi dan lainnya menyebutkan riwayat yang banyak, di dalamnya terdapat keanehan yang sangat. Sebagian besarnya tidak kami kutip karena sanadnya dhaif, isinya asing, khususnya riwayat yang sering dikutip oleh para penutur cerita di masa lalu dan lainnya. Banyak di antaranya yang maudhu (palsu), tidak ada kata lain. Hadits-hadits shahih dan hasan yang diriwatkan dalam kitab-kitab terkenal sudah cukup untuk dipakai ketimbang riwayat-riwayat dusta dan yang tidak diketahui sanadnya, wallahu a’lam.”

Tidak shahih adanya riwayat bahwa malaikat maut minta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mencabut ruhnya, baik hadits atau khabar. Semua riwayat yang disampaikan dalam masalah ini, antara munkar dan maudhu (palsu).

[2] Kisah permintaan Ukasyah untuk diqishash dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, terdapat riwayat yang menyerupainya dari jalur yang shahih, akan tetapi dalam riwayat yang shahih tersebut, bahwa yang meminta qishash adalah Usaid bin Hudhair radhiallahu anhu, dan tidak ada kaitannya dengan menjelang wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Usaid bin Hudhair ia berkata :
بَيْنَمَا هُوَ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ وَكَانَ فِيهِ مِزَاحٌ بَيْنَا يُضْحِكُهُمْ فَطَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَاصِرَتِهِ بِعُودٍ فَقَالَ: أَصْبِرْنِي فَقَالَ: «اصْطَبِرْ» قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ قَمِيصًا وَلَيْسَ عَلَيَّ قَمِيصٌ، «فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَمِيصِهِ، فَاحْتَضَنَهُ وَجَعَلَ يُقَبِّلُ كَشْحَهُ»، قَالَ إِنَّمَا أَرَدْتُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
Seorang lelaki dari kalangan Anshar mengatakan bahwa ketika ia sedang berbincang  dengan sekumpulan orang -kemudian terdapat sesuatu yang lucu- yang membuat mereka tertawa, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menusukkan kayu pada lambungnya, lalu ia berkata, Apakah aku membalas mu ? Beliau menjawab : “balaslah”. Ia berkata, "Sesungguhnya engkau memakai baju, sedang aku tidak memakai baju. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengangkat bajunya, lalu ia (Usaid) memeluk beliau dan mencium badannya seraya berkata, "Sesungguhnya hanya ini yang aku inginkan wahai Rasulullah.
(HR Abu Dawud : 5224, Al-Baihaqi, Al-Kubro 7/102, At-Thabrani Al-Kabir 1/205, Al-Hakim Al-Mustadrak : 3/327, Dishahihkan syaikh Al-Albani di kitab shahih sunan Abu Dawud)  Wallahu a’lam.

Hadits ini sanadnya shahih, dinyatakan shahih oleh Hakim, demikian pula oleh Adz-Dzahabi. Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud.

Dijelaskan dalam kitab Aunul Ma’bud, 14/90;

( فطعنه النبي صلى الله عليه و سلم )
maknanya beliau memukulnya dengan maksud bercanda.

 ( فقال )
Dia berkata. Maksudnya yang berkata adalah Usaid.

 ( أصبرني )
Maksudnya adalah beri saya kesempatan membalas setimpal dengan memukul pinggang engkau sebagaimana engkau memukul pinggang saya.

 ( اصطبر )
Silakan lakukan pembalasan setimpal tersebut (qishash).

 ( فاحتضنه )
Lalu dia memeluknya. Maksudnya memeluk pinggangnya, yaitu bagian tubuh antara di bawah ketiak dan perut.

 ( وجعل يقبل كشحه )
Dia mencium bagian antara pusar dan tulang iga yang paling pendek yang terletak di samping.

 ( قال إنما أردت هذا )
Dia berkata, inilah yang aku inginkan. Maksudnya adalah, yang saya inginkan dengan perkataan saya meminta untuk melakukan pembalasan setimpal, semata-mata hanyalah agar dapat menciumnya. Hakikatnya dia tidak ingin lakukan pembalasan.

[3] Dalam hadits ini terdapat kalimat-kalimat yang sangat munkar.

Di antaranya, “Sesungguhnya saya adalah orang yang Tuhan Azza wa Jalla shalat kepada (jenazah) saya dari atas Arasy. Apakah Allah shalat jenazah untuk manusia? Ini merupakan kedustaan yang sangat keji dari para pendusta.

Di antaranya adalah ucapannya, “Ketika ruh sampai di kedua lutut, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aaah”, ketika ruh sampai di pusar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merintih, “Betapa menderitanya.” Ketika ruh sampai di dada, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyeru, “Wahai Jibril, betapa pedih pahitnya kematian.”

Kemunkarannya adalah bahwa dalam riwayat ini menunjukkan kegundahan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ketakutannya menghadapi kematian. Hal ini tidak mungkin.

Di antaranya adalah, “Kami bertakbir dengan takbirnya Jibril alaihissalam, lalu kami shalat atas (jenazah) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan shalat Jibril alaihissalam.” Tidak diketahui bahwa malaikat shalat bersama kaum muslimin dan menjadi imam mereka. Ini hanyalah kemunkaran yang disampikan oleh para perawi yang tertuduh dusta.

Maka, berhentilah menyebarkan kisah palsu ini. Cintailah Nabi sallallahu alaihi wasallam dengan kita menjaga nama beliau dan hadits beliau dari para pendusta.

Wallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar