Shalat malam termasuk sunnah yang sangat
dianjurkan. Ia termasuk ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍآخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa
berada di dalam taman-taman (Surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil
apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum
itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur
di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.” [Adz-Dzaariyaat: 15-19]
Dari Abu Malik al-Asy'ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرْفًا يُرَى ظَاهِرُهَـا مِنْ
بَاطِنِهَا وَبَاطِنِهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أَعَدَّهَا اللهُ تَعَالَى لِمَنْ
أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَلاَنَ الْكَلاَمَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ.
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat kamar-kamar
yang bagian luarnya terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat dari luar.
Allah Ta’ala menyediakannya bagi orang yang suka memberi makan, melunakkan
perkataan, senantiasa berpuasa, dan shalat malam pada saat manusia tidur."
[Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 2123)].
Semakin Dianjurkan Pada Bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan shalat malam pada bulan
Ramadhan tanpa memberi perintah yang mewajibkan. Lalu beliau bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa shalat malam pada bulan
Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya
diampunilah dosa-dosanya yang telah lampau.” [Shahiih Muslim (I/523 no. 759 (174))], Shahiih
al-Bukhari (Fat-hul Baari) (IV/250 no. 2009), secara marfu'. Sunan Abi Dawud
(‘Aunul Ma’buud) (IV/245 no. 1358), Sunan at-Tirmidzi (II/151 no. 805), Sunan
an-Nasa-i (IV/156).
Bilangan Raka’atnya
Paling sedikit satu raka’at. Dan paling banyak
sebelas raka’at. Sebagaimana telah disebutkan dalam perkataan ‘Aisyah Radhiyallahu
anhuma, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah shalat lebih
dari sebelas raka’at, baik pada bulan Ramadhan ataupun di luar Ramadhan.”
Disyari'atkan Melakukannya Secara Berjama'ah Pada Bulan Ramadhan
حدثنا الحسن بن
بشر: حدثنا المعافى، عن عثمان بن الأسود، عن ابن أبي مليكة قال: أوتر معاوية
بعد العشاء بركعة، وعنده مولى لابن عباس، فأتى ابن عباس، فقال: دعه فإنه صحب رسول
الله صلى الله عليه وسلم.
Bercerita
kepada kami Al Hasan bin Bisyr, bercerita kepada kami Al Ma’afi, dari Utsman
bin Al Aswad, dari Ibnu Abi Malikah, dia berkata: “Muawiyah
melakukan shalat witir setelah isya dengan satu rakaat, dan di sisinya ada
pelayan Ibnu Abbas, lalu dia (pelayan) mendatangi Ibnu Abbas, lalu Ibnu Abbas
berkata: “Biarkan dia, karena dia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari No. 3553)
حدثنا ابن أبي
مريم: حدثنا نافع بن عمر: حدثني ابن أبي مليكة: قيل لابن عباس: هل لك في أمير
المؤمنين معاوية، فإنه ما أوتر إلا بواحدة؟ قال: أصاب، إنه فقيه.
Bercerita
kepada kami Ibnu Abi Maryam, bercerita kepada kami Nafi’ bin Umar, bercerita
kepada saya Ibnu Abi Malikah: “Dikatakan kepada Ibnu Abbas: Apa pendapat anda
tentang Amirul Mu’minin Muawiyah, bahwa dia tidaklah melakukan witir melainkan
satu rakaat? “ Ibnu Abbas menjawab: “Dia benar, dia adalah seorang yang faqih
(faham agama).” (HR. Bukhari No. 3554)
Disyari'atkan Melakukannya Secara Berjama'ah Pada Bulan Ramadhan
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, “Pada suatu malam, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di masjid. Lalu orang-orang shalat dengan shalat beliau. Pada malam berikutnya beliau shalat lagi dan orang-orang kian bertambah banyak. Mereka kemudian berkumpul pada malam ketiga atau keempat, namun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak keluar menemui mereka. Ketika pagi tiba, beliau bersabda:
قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ، وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ
الْخُرُوْجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّي خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ.
‘Aku melihat apa yang kalian perbuat.
Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian. Hanya saja aku takut
jika shalat tersebut diwajibkan atas kalian.’
Saat itu pada bulan Ramadhan.” [Shahiih Muslim (I/524 no. 761)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/10 no. 1129), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/247 no. 1360).
Dari ‘Abdurrahman al-Qari, ia berkata, “Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku keluar bersama 'Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu menuju masjid. Ternyata orang-orang terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada seorang laki-laki yang shalat sendirian, dan ada pula yang shalat dengan diikuti oleh beberapa orang. Lalu ‘Umar berkata, “Aku berpendapat, seandainya kukumpulkan mereka di bawah satu qari' (imam), tentulah akan lebih baik. Kemudian dia membulatkan tekadnya dan mengumpulkan mereka di bawah Ubay bin Ka'b. Pada suatu malam yang lain aku keluar bersamanya sedangkan orang-orang tengah shalat bersama imam mereka. ‘Umar berkata, ‘Ini adalah sebaik-baik bid’ah (perkara yang baru). Namun, orang-orang yang tidur pada saat ini lebih baik daripada yang sedang shalat’ -maksudnya, melaksanakan shalat di akhir malam lebih baik- karena saat itu orang-orang mengerjakannya di awal malam." [Mukhtashar Shahiih al-Bukhari (no. 986)], Muwaththa' al-Imam Malik (hal. 85 no. 247), Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (IV/250 no. 2010).
Disunnahkan Agar Seseorang Shalat dengan Isterinya (Keluarga) di Luar Bulan Ramadhan
Dari Abu Sa’id, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ
فَصَلَّيَـا -أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا- كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ
اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ.
“Jika seorang laki-laki membangunkan
isterinya di malam hari, lalu keduanya shalat -atau shalat dua raka’at secara
berjama’ah-, niscaya Allah mencatat keduanya sebagai para hamba laki-laki dan
perempuan yang banyak mengingat Allah." [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1098)], Sunan Abi
Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/194 no. 1295), Sunan Ibni Majah (I/423 no. 1335).
Mengqadha Shalat Malam
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu, jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat malam karena sakit atau sebab lain, maka beliau shalat dua belas raka’at pada siang harinya.” [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 4756)], Shahiih Muslim (I/515 no. 746 (140)).
Dari ‘Umar bin al-Khaththab, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَـامَ عَنْ حِزْبِهِ مِنَ اللَّيْلِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ
مِنْهُ فَقَرَأَهُ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الظُّهْرِ كُتِبَ لَهُ
كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيْلِ.
“Barangsiapa tertidur sehingga tidak
membaca wirid (shalat)nya di malam hari atau sebagian darinya, lalu membaca
(melaksanakan)nya pada waktu antara shalat Shubuh dan shalat Zhuhur, maka
dicatat sebagaimana ia membacanya di malam hari." [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1104)], Shahiih
Muslim (I/515 no. 747), Sunan at-Tirmidzi (II/47 no. 578), Sunan Abi Dawud
(‘Aunul Ma’buud) (IV/197 no. 1299), Sunan an-Nasa-i (III/259), Sunan Ibni Majah
(I/426 no. 1343).
Dimakruhkan Meninggalkan Shalat Malam
Bagi yang Telah Terbiasa Mengerjakannya
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku:
يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ، كَانَ
يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ.
"Wahai 'Abdullah, janganlah engkau
seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, sekarang dia
meninggal-kan shalat malam." [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (III/37 no. 1152)], Shahiih Muslim
(II/814 no. 1159 (185)).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar