Bahwasanya orang-orang orientalis dan
orang-orang syiah berusaha untuk merusak aqidah umat Islam. Mereka mencela,
menuduh pengkhianat, bahkan kafir terhadap para Sahabat - murid-murid
Rasululllah shallallahu waalaihi wa sallam.
Mereka membungkus kejahatan mereka dengan kata-kata yang indah, dengan memberikan tinjauan-tinjauan politik, ekonomi, sosial budaya terhadap Sejarah Islam, tetapi pada ujungnya mereka mencela para Sahabat.
Mencela para Sahabat dengan tuduhan pendusta, pengkhianat, bahkan kafir berarti juga menuduh dakwah Rasulullah gagal. Mencela para Sahabat berarti juga mencela Rasulullah. Misalkan, jika dikatakan bahwa teman-teman akrabnya si Fulan itu: tukang mabok, pencopet, perampok, suka pergi ke tempat pelacuran, apa yang kalian simpulkan tentang si Fulan. Tentu kalian akan mengatakan bahwa si Fulan kurang lebih sama dengan teman-temannya itu.
Lewat pintu inilah (mencela para Sahabat Nabi) orang-orang orientalis dan syiah berusaha merusak aqidah umat Islam. Syiah itu seperti serigala berbulu domba, mereka mengaku sebagai umat Islam, tetapi mereka sesungguhnya akan menikam aqidah kalian-wahai saudaraku, hati-hatilah !
Syi’ah dan Penghinaan Mereka Terhadap Sahabat Nabi.
Wujud kebencian kaum
Syi'ah Rafidhah telah tertuang di dalam lembaran-lembaran tulisan ulama mereka
seiring dengan bergantinya generasi dan kurun waktu. Dalam kitab Syarh Nahjil
Balaghah 20/22, Ibnu Abil Hadid mengatakan: "Para shahabat adalah satu
kaum yang mendapat kebaikan dan kejelekan sebagaimana manusia lainnya.
Barangsiapa di antara mereka yang berbuat kejelekan maka kami cela, sedangkan
yang berbuat kebaikan kami puji. Mereka tidak memiliki keutamaan yang besar
dibandingkan kaum muslimin yang lainnya kecuali hanya sekedar pernah melihat
Rasulullah. Tidak lebih daripada itu. Bahkan bisa jadi, dosa mereka lebih besar
daripada dosa selain mereka."
Dalam kitab ar-Raudhah min al-Kafi (hal 245) disebutkan,
((Dari Hanan, dari bapaknya, dari Abu Ja’far ‘alaihis
salam, ia berkata, “Sesungguhnya
para manusia telah murtad sesudah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kecuali hanya tiga orang.” Lantas aku bertanya: “Siapakah tiga orang itu?” Dia
menjawab: “Al-Miqdad bin
al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifary dan Salman al-Farisy.”)).
Ash-Shafy dalam tafsirnya (jilid V, hal
28) berkata, ((Dari Abdurrahman bin Katsir, dari Abu Abdillah, dalam firman
Allah (yang artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu
jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan
memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. Muhammad: 25). Dia berkata, “fulan dan fulan”, yang dia
maksud adalah Abu Bakar dan Umar)).
Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam
kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah
(jilid I, hal 53), “Telah diriwayatkan dalam berita-berita khusus bahwa tatkala
Abu Bakar sholat di belakang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dia menggantungkan berhala di lehernya, dan
sujudnya adalah untuk berhala itu”. Na’udzubillah
dari kedustaan ini!
Dengarlah salah seorang syaikh orang
Syi’ah yang tanpa tedeng aling-aling melaknat Ash Shiddiq, “Para ulama Syi’ah
telah bersaksi bahwa ada riwayat-riwayat valid yang kevalidannya melahirkan
dalil-dalil atas si penjahat Abu Bakar, hal tersebut karena adanya dia di
masjid dan kembalinya dia dari pasukan pertama. Kedua melanggar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga tidak sholatnya dia bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Semoga Allah melaknat Abu Bakar! Dengarlah wahai
siapa yang berkata, Tidak boleh melaknat. Semoga Allah melaknat Abu Bakar!,
semoga Allah melaknat Abu Bakar!, semoga Allah melaknat Abu Bakar! Dan semoga
Allah melaknat Umar dan para pembangkang lainnya! Semoga Allah melaknat siapa
saja yang tidak rela dengan dilaknatnya mereka! Kebencian-kebencian umat ini…”.
Dengan busuknya Ni’matullah al-Jazary
berkata dalam kitabnya al-Anwar
an-Nu’maniyah (jilid I, hal 63), “Konon Umar terkena penyakit di
duburnya dan tidak bisa disembuhkan kecuali dengan air mani para lelaki”.
Berkata Zainudin al-Bayadhy dalam
kitabnya ash-Shirath al-Mustaqim
ila Mustahiq at-Taqdim (jilid III, hal 129), “Sebenarnya Umar itu
telah menyembunyikan kekufuran dan memperlihatkan keislaman”.
Dalam kitab al-Anwar an-Nu’maniyah milik Ni’matullah
al-Jazairy (jilid I, hal 81) disebutkan, “Telah disebutkan dalam
riwayat-riwayat khusus bahwasanya syaitan dibelenggu dengan 70 belenggu dari
besi jahanam lantas digiring ke padang mahsyar, tiba-tiba sesampainya di sana
dia melihat seseorang di depannya yang ditarik oleh malaikat azab dan di
lehernya terdapat 120 belenggu dari belenggu-belenggu jahanam, dengan
terheran-heran syaitan itu mendekat lantas bertanya, “Apa yang dikerjakan orang yang amat malang
ini hingga siksaannya jauh lebih berat dariku? Padahal aku telah menyesatkan
para makhluk hingga aku masukkan mereka ke dalam pintu-pintu kebinasaan.”
Maka berkatalah Umar (Maksudnya makhluk malang yang dibelenggu dengan 120
rantai neraka jahanam adalah amirul mu’minin Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu! Qaatalahumulloh!
-pen) kepada si syaitan, “Tidak
ada yang kukerjakan melainkan hanya merampas kekhilafahan Ali bin Abi Thalib.””.
Di antara yang dituduhkan gerombolan
orang-orang Rafidhah terhadap amirul mukminin Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu; apa yang
disebutkan oleh Zainuddin al-Bayadhy dalam kitabnya ash-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq at-Taqdim
(jilid III, hal 30), “Pada suatu saat di zaman Utsman didatangkan seorang
perempuan untuk dihukum hadd, lantas oleh Utsman perempuan tersebut dizinai
terlebih dahulu baru kemudian diperintahkan untuk dirajam”.
Belum puas Rafidhah dengan tuduhan keji
ini, bahkan dalam kitab yang sama dan halaman yang sama disebutkan bahwa Utsman
itu termasuk orang-orang yang dipermainkan (para laki-laki) dan bertingkah laku
seperti perempuan, serta suka main rebana.
Dengarlah bagaimana Hasan ash-Shaffar
berbangga karena Rafidhah-lah yang telah membunuh Utsman radhiallahu ‘anhu,
((Sesungguhnya Syiah-lah yang telah membunuh Utsman, semoga Allah memberikan
pahala yang baik buat mereka)).
Al-Majlisy dalam kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid XXX, hal
237) berkata, “Kisah-kisah yang menerangkan kekafiran Abu Bakar dan Umar,
penyelewengan mereka, serta pahala orang yang melaknat dan berlepas diri dari
mereka dan dari bid’ah-bid’ah mereka amat sangat banyak untuk disebutkan dalam
satu jilid atau dalam buku yang berjilid-jilid lainnya”.
Muhammad al-’Ayasyi dalam tafsirnya
(jilid III, hal 20) surat an-Nahl:
وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
“Dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan.” (QS. An Nahl: 90)
Al-’Ayasyi berkata: Al- Fahsyaa (perbuatan keji)
yaitu yang pertama (maksudnya Abu Bakr), al-Munkar
(kemungkaran) yaitu yang kedua (maksudnya Umar al-Faruq), al-Baghy (permusuhan) yaitu
yang ketiga (maksudnya: Utsman bin Affan).
Semoga Allah meridhai seluruh shahabat.
Bahkan al-Majlisy dalam (jilid XXX, hal
235) menukil dari Tafsir al-Qummy
dalam firman Allah ta’ala,
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
“Katakanlah: aku berlindung dari Rabb al
Falaq.”
Al-Falaq adalah kawah di Jahanam,
seluruh penghuni neraka memohon perlindungan kepada Allah darinya karena saking
panasnya, lantas kawah itu minta izin untuk bernafas, maka diizinkanlah,
akibatnya terbakarlah neraka jahanam. Dan di dalam kawah tersebut ada sebuah
peti yang mana penghuni kawah tersebut memohon perlindungan kepada Allah
darinya karena saking panasnya. Peti itulah yang dinamakan Tabut. Di dalam
Tabut itu ada enam orang terdahulu dan enam orang yang hidup setelah zaman
mereka. Adapun enam orang yang hidup setelah zaman mereka adalah: nomor
pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nomor pertama maksudnya Abu Bakar, yang
kedua maksudnya Umar, yang ketiga Utsman dan yang keempat Mu’awiyah radhiallahu ‘anhum.
Al-Majlisy berkata dalam (jilid XXX, hal
237), “Keterangan tentang dua orang Arab badui yang pertama dan kedua -yakni
Abu Bakar dan Umar-, yang tak pernah beriman kepada Allah sekejap mata pun”. Wa la haula wa la quwwata illa billah!
Belum cukup Rafidhah sampai sini, bahkan
mereka melampaui batas hingga ‘menyerang’ Ummahatul
Mukminin. Berkata Ja’far Murtadho dalam bukunya Hadits al-Ifk (hal 17), “Sesungguhnya
kami meyakini, sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pakar
pemikiran dan penelitian, bahwa isteri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pun berpeluang untuk kafir sebagaimana istri Nuh
dan istri Luth”, dan yang dimaksud istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah
‘Aisyah. Hasyim al-Bahrany berkata dalam tafsirnya al-Burhan (jilid IV, hal 358) surat at-Tahrim, “Berkata
Syarafuddin an-Najafy, “Diriwayatkan dari Abu Abdillah ‘alaihis salam bahwa dia
berkata dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلاً لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth
perumpamaan bagi orang-orang kafir.” (QS. At Tahrim: 10) Perumpamaan
ini Allah buat untuk Aisyah dan Hafshah, karena keduanya demo terhadap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan membuka rahasianya”.
Ali bin Ibrahim al-Qummy berkata,
“Lantas Allah membuat perumpamaan untuk ‘Aisyah dan Hafshah dan berkata, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth
perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua
orang hamba-hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat.” Demi
Allah yang dimaksud dengan berkhianat tidak lain hanyalah berzina (na’udzubillah). Niscaya akan
dilakukan hukum had atas fulanah (yang dia maksud adalah ‘Aisyah) atas apa yang
dikerjakannya di jalan Bashrah. Dikisahkan bahwa fulan (yang dia maksud
Thalhah) mencintai ‘Aisyah. Tatkala ‘Aisyah akan safar ke Bashrah, berkatalah
Thalhah, “Kamu itu tidak boleh
safar kecuali dengan mahram.” Lantas Aisyah mengawinkan dirinya
dengan fulan, dalam suatu naskah disebutkan dengan Thalhah”.
Berkata Muhammad al-’Ayasyi dalam
tafsirnya (jilid XXXII, hal 286) surat Ali Imran, dari Abdush Shamad bin Basyar
dari Abi Abdillah radhiallahu
‘anhu ia berkata, “Tahukah kalian Nabi itu meninggal atau dibunuh?
Sesungguhnya Allah berfirman,
أَفَإِنْ
مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
“Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad).” (QS. Ali Imran: 144).
Sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah diracuni sebelum wafatnya, dan mereka
berdualah yang meracuninya (yakni ‘Aisyah dan Hafshah)! Sesungguhnya dua
perempuan tersebut dan bapak mereka adalah sejahat-jahat ciptaan Allah! Wa la haula wa la quwwata illa billah!
Belum cukup al-Majlisy sampai di situ,
bahkan dia berkata dalam kitabnya Bihar
al-Anwar (jilid XXXII, hal 286), “Dari Salim bin Makram dari
bapaknya ia berkata, Aku mendengar Abu Ja’far ‘alaihis salam berkata di dalam firman Allah,
مَثَلُ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ
اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil
perlindungan-perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah, dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba.” (QS. Al Ankabut: 41). Laba-laba itu adalah al-Humaira (Aisyah-pen).
Kenapa dimisalkan dengan laba-laba? karena dia adalah binatang yang lemah dan
membuat sarang yang lemah; begitu pula al-Humaira (yakni Aisyah), dia itu
binatang yang lemah, lemah kedudukan dan akal serta agamanya. Hal itu
menjadikan pendapatnya lemah dan akalnya yang tolol, hingga melakukan
pelanggaran dan permusuhan terhadap Tuhannya. Persis dengan sarang laba-laba
yang lemah!”
Muhammad Baqir
Al-Majlisi di dalam kitab Haqqul Yaqin hal. 519 berkata: "Aqidah kami
dalam hal kebencian adalah membenci empat berhala yaitu Abu Bakar, 'Umar,
'Utsman, Mu'awiyah dan empat wanita yaitu 'Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam
serta seluruh orang yang mengikuti mereka. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk
Allah di muka bumi ini. Tidaklah sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya dan para
imam (menurut keyakinan mereka) kecuali setelah membenci musuh-musuh
tadi."
Al-Mulla Kazhim di dalam kitab Ajma'ul Fadha'ih hal. 157 meriwayatkan dari Abu Hamzah Ats-Tsumali -berdusta atas nama Ali Zainal Abidin rahimahullah- bahwa beliau berkata: "Barangsiapa yang melaknat Al-Jibt (yaitu Abu Bakar) dan Ath-Thaghut (yaitu 'Umar) dengan sekali laknatan maka Allah catat baginya 70 juta kebaikan dan Dia hapus sejuta kejelekan. Allah angkat dia setinggi 70 juta derajat. Barangsiapa sore harinya melaknat keduanya dengan sekali laknatan maka baginya (pahala) seperti itu."
Bahkan di dalam kitab wirid mereka Miftahul Jinan hal. 114 disebutkan wirid Shanamai Quraisy (dua berhala Quraisy yaitu Abu Bakar dan 'Umar), di antara lafazhnya berbunyi:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا
وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا
"Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Laknatilah dua berhala Quraisy, dua syaithan, dua thaghut dan kedua anak perempuan mereka ('Aisyah dan Hafshah)."
Para ulama Syi'ah Rafidhah telah menukilkan ijma' mereka tentang kafirnya para shahabat, di antaranya Al-Mufid bin Muhammad An-Nu'man di dalam kitab Awa'ilul Maqalat hal. 45, dia berkata: "Imamiyyah (Syi'ah Rafidhah), Zaidiyyah dan Khawarij bersepakat bahwa orang-orang yang melanggar perjanjian dan menyeleweng, dari penduduk Bashrah dan Syam (para shahabat -menurut anggapan mereka- pent) adalah orang-orang kafir, sesat dan terlaknat karena memerangi Amirul Mukminin (Ali -pent). Mereka itu kekal di Jahannam."
Perhatikanlah kata-kata keji mereka! Dengan berbekal kedustaan dan kebencian, mereka berupaya meruntuhkan pondasi-pondasi Islam yang kokoh. Setelah Al-Qur`an mereka usik keabsahannya, maka kini giliran manusia-manusia terbaik umat ini dari para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mereka lecehkan dan kafirkan. Lalu Islam apa yang ada pada mereka?
Konspirasi Jahat di
balik Pelecehan Mereka terhadap Para Shahabat
Ternyata di balik pelecehan mereka terhadap para shahabat, ada konspirasi jahat yang terselubung yaitu mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, menggugurkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sekaligus agama Islam.
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata: "Mereka itu adalah suatu kaum yang sebenarnya berambisi untuk mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam namun ternyata tidak mampu. Maka akhirnya mereka mencela para shahabatnya sampai kemudian dikatakan bahwa beliau adalah orang jahat, karena kalau memang beliau orang baik, niscaya para shahabatnya adalah orang-orang baik pula."
Al-Imam Abu Zur'ah rahimahullah berkata: "Bila engkau melihat seseorang merendahkan kedudukan seorang shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah Zindiq (munafiq). Sebab, Sunnah Rasul dan Al-Qur`an adalah kebenaran di sisi kita. Sedangkan yang menyampaikan Al-Qur`an dan As-Sunnah tadi kepada kita adalah para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka (Syi'ah Rafidhah) mencela para saksi kita dengan tujuan untuk menggugurkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Justru mereka inilah yang lebih pantas untuk dicela. Merekalah orang-orang zindiq."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Celaan terhadap mereka (para shahabat) adalah celaan terhadap agama ini."
Keutamaan Para Sahabat Nabi.
1. Para Sahabat Adalah Sebaik-baik Umat.
Allah taala
menyatakan bahwa para sahabat merupakan sebaik-baik umat, Allah taala
berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللّهِ
Kalian
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.(Ali-Imran:110)
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda:
خير الناس قرني
ثم الذين
يلونهم ثم
الذين يلونهم
Sebaik-baik
manusia adalah pada generasiku (sahabat), kemudian setelahnya (tabiin) kemudian
setelahnya (tabiut tabiin) (HR. Bukhari
& Muslim dan lainnya)
Apabila ada orang sesat yang menuduh para sahabat nabi sebagai sejahat-jahat umat-sebagai pengkhianat, siapa yang akan kalian benarkan, apakah ucapan Allah dan Rasul-Nya atau orang-orang sesat tersebut wahai orang-orang yang berakal ?
2.
Persaksian Al-Quran Bahwa Para Sahabat Beriman Dengan
Sebenar-benarnya.
Sungguh,
Allah taala telah bersaksi bahwa para sahabat Nabi, baik dari Muhajirin maupun
Anshar bahwa mereka adalah mumin yang haqiqi. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ
آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ
وَّنَصَرُواْ أُولَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ
كَرِيمٌ
Dan
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfaal:74)
3.
Para Sahabat Telah Diridhai Oleh Allah Ta’ala.
Allah telah
meridhai para sahabat, dan menjanjikan begi mereka Sorga, Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ
الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم
بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
Dan
orang-orang yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah:100)
4.
Kekafiran Merupakan Hal Yang Sangat Jauh Bagi Para Sahabat.
Allah telah membimbing para Sahabat untuk mencintai keimanan dan membenci kekafiran, Allah berfirman:
وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Tetapi Allah
menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Al-Hujurat:7)
Adalah sangat menggelikan mendengar gonggongan serigala-serigala berbulu domba, yang mereka menuduh para Sahabat kemudian murtad sepeninggal Rasulullah. Padahal Allah telah menjadikan para Sahabat mencintai keimanan dan membenci kekafiran, Allah juga telah menjanjikan Surga bagi Muhajirin dan Anshar. Apakah mungkin Allah menjanjikan sorga kepada orang-orang yang murtad ?. Berita gembira bahwa para sahabat akan memperoleh sorga membuktikan bahwa para sahabat terbebas dari kemunafikan.
5.
Allah Telah Menjadikan Sahabat Sebagai Khalifah Dan
Bukti-buktinya.
Sungguh,
Allah telah berjanji akan menjadikan khalifah (penguasa) bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم
Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa (An-Nur:55).
Pada masa kekhalifahan khulafaur Rasyidin wilayah umat Islam meluas sampai ke Persia, Bashra, Damaskus, Mesir, Rumawi, Konstantinopel (sekarang Ankara Turki), Maroko, Cyprus, Cina, Iraq, Khurasan, Ahwaz dan negeri-negeri lainnya.
Kenyataan sejarah ini sebagai bukti bahwa para Sahabat merupakan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.
6.
Para Sahabat Tidak Mengubah Sedikitpun Dien dan Syariat
Allah juga
menjamin bahwa para Sahabat tidak akan merubah sedikitpun dien (agama) dan
syariat yang mereka terima dari Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, Allah
berfirman:
مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن
قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Di antara
orang-orang mumin itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan
kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur.Dan di antara mereka ada
(pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya) (Al-Ahzab:23)
7.
Sahabat Bukan Munafiq dan Munafiq Bukan Sahabat.
Munafiq pada
masa Rasulullah tidaklah banyak dan mereka jelas ciri-cirinya. Kaum Mukminin
mengetahui orang-orang munafiq dari Al-Quran, Al-Quran menerangkan bahwa bahwa
kaum munafiq akan mengatakan demikian-demikian. Allah juga telah menyingkap
keadaan munafiqin. Dalil tentang hal ini akan terlalu banyak untuk disebutkan
disini.
Definisi Sahabat Nabi adalah orang yang bertemu Nabi dalam keadaan iman dan meninggal dalam keadaan iman.
8.
Para Sahabat Bukanlah Malaikat Dan Bukan Pula Nabi, Sehingga
Tidak Maksum.
Para Sahabat
itu bukanlah malaikat dan bukan pula Nabi, sehingga tidak terbebas dari
kesalahan, namun Allah telah menjanjikan ampunan bagi mereka. Sehingga tidak
pantas bagi kita mengorek-ngorek kesalahan-kesalahan mereka, misalnya dengan
membahas perselisihan diantara mereka dan kemudian sebagian sahabat dicela.
Sahabat itu mujtahidin, sehingga bila ijtihadnya keliru mereka mendapat satu pahala dan jika benar mendapat 2 pahala.
Allah taala berfirman :
تِلْكَ أُمَّةٌ
قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا
كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang
diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta
pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan (Al-Baqarah:141)
Para Sahabat telah pergi dengan membawa keridhaan Rabb, dijanjikan sorga, diampuni kesalahannya dan keutamaan-keutamaan lainnya. Pantaskah kita mengorek-ngorek kesalahan mereka ?. Beramalah untuk bekal kalian menghadap Rabbul Alamin !
9. Hukum Orang Yang Mencaci Para Sahabat
Dengan Menuduhnya Kafir, Murtad dan Fasiq Semuanya atau Sebagiannya.
Tidak ada umat Muhammad shallallaahu
’alaihi wasallam yang dipuji dan diberikan keridlaan secara khusus selain para
shahabat radliyallaahu ’anhum. Allah pun menyebut sebab keutamaan para shahabat
melalui firman-Nya :
مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ
فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ
فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ
بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersamanya (yaitu para shahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih-sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridlaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu besarlah ia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih
di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Fath : 29)
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam
telah bersabda :
لاَ
تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ
مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
"Kalian jangan mencela para
shahabatku, kalian jangan mencela para shahabatku ! Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang diantara kalian menyedekahkan
emas sebesar Gunung Uhud niscaya tidak akan menyamai satu mudd (shadaqah) salah
seorang dari mereka atau bahkan setengahnya muddnya” (HR. Bukhari no. 3470
– tartib maktabah sahab –, Muslim no. 2540, Tirmidzi no. 3861, Abu Dawud no.
4658, Ibnu Majah no. 161, dan Ahmad no. 11534).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah menerangkan: Adapun orang yang melampaui masalah itu,
hingga menyangka bahwa para sahabat itu murtad sepeninggal Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam kecuali hanya beberapa orang saja yang tidak sampai
sepuluh orang, atau menganggap para Sahabat pada umumnya fasiq, maka yang
demikian itu tidak diragukan kekafirannya, karena dengan demikian dia telah
mengkufuri banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan karidhaan dan pujian Allah
kepada mereka. Bahkan barangsiapa yang meragukan kekafirannya, berarti dia kafir
dengan kafir yang sebenar-benarnya kafir... kemudian beliau menyatakan: Dan
kekafiran yang demikian ini adalah perkara yang sudah diketahui dengan pasti
dari agama Islam. (As-Sharimul Maslul)
Bahkan para imam besar Ahlus-Sunnah seperti Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan yang lainnya telah mengkafirkannya kaum Syi’ah atas orang-orang yang membenci para Sahabat berdasarkan Surat Al-Fath ayat 29 yang menerangkan keadaan para Sahabat: Agar Allah menjengkelkan orang-orang kafir dengan keadaan mereka seperti itu. Al-Hafidh Ibnu Katsir menukil perkataan Imam Malik yang juga disepakati oleh Imam Syafii dan lainnya tentang kekafiran Syi’ah Rafidlah yang membenci para shahabat, dimana beliau (Imam Malik) mengatakan :
لأنهم يغيظونهم ومن
غاظ الصحابة
رضي الله
عنهم فهو
كافر لهذه
الاَية
“Karena mereka membenci para shahabat,
dan barangsiapa membenci para shahabat, maka ia telah kafir berdasarkan ayat
ini (yaitu QS. Al-Fath : 29)” [lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Fath : 29).
Hukuman bagi Orang-orang yang Mencela Para Shahabat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah di dalam kitab Ash-Sharimul Maslul 'ala Syatimir Rasul memberikan rincian tentang hukum orang yang mencela para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bisa diringkas sebagai berikut:
1.
Bila orang tersebut mencela para shahabat dengan celaan
yang tidak sampai menjatuhkan keadilan dan agama mereka seperti: mensifati para
shahabat dengan kebakhilan, penakut, dangkal ilmunya dan selain itu maka dia
tidak dihukumi sebagai orang yang murtad atau kafir. Hanya saja orang ini
dihukum ta'zir (hukuman dera atau penjara yang dilaksanakan oleh pemerintah
kaum muslimin setelah dimintai taubat dan diberi penjelasan -pent).
2.
Adapun orang yang mencela para shahabat karena keyakinan
bahwa mereka telah murtad atau sesat sepeninggal Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam maka tidak ragu lagi bahwa orang tersebut kafir (setelah memenuhi
kriteria syari'at untuk dikafirkan -pent).
3.
Demikian juga seseorang yang ragu terhadap kafirnya orang
jenis kedua maka dia kafir.
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada
Rasulullah, keluarga, dan para Sahabatnya.
Allahu taala alam. Akhiru dawana wal hamdulillahirabbil alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar