@
Ruku'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah selesai
membaca surat dari Al Quran kemudian berhenti sejenak,
Kemudian mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir
seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian
rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan punggung dan
kepala lurus sejajar lantai). Berdasarkan beberapa hadits, salah satunya dari
Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai
setentang kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan
ketika mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku' …." (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Al Bukhari, Muslim dan Malik)
Cara Ruku'
Beliau meletakkan telapak tangannya pada lututnya,
Demikian beliau juga memerintahkan kepada para
shahabatnya. "Bahwasanya nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (ketika ruku')
meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Al Bukhari dan Abu Dawud)
Menekankan tangannya pada lututnya.
"Jika kamu ruku' maka letakkan kedua tanganmu pada
kedua lututmu dan bentangkanlah (luruskan) punggungmu serta tekankan tangan
untuk ruku'." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Abu Dawud)
Merenggangkan jari-jemarinya
"Beliau merenggangkan
jari-jarinya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Hakim dan dia
menshahihkannya, Adz Dzahabi dan At Thayalisi menyetujuinya)
Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya.
"Beliau bila ruku', meluruskan dan membentangkan
punggungnya sehingga bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut
tidak akan bergerak." (Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani,
'Abdullah bin Ahmad dan ibnu Majah)
Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak
tidak pula menunduk tetapi tengah-tengah antara kedua keadaan tersebut
"Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula
menundukkannya."(Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan
Bukhari)
"Sholat seseorang sempurna sebelum dia melakukan
ruku' dan sujud dengan meluruskan punggungnya." (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Abu 'Awwanah, Abu Dawud dan Sahmi dishahihkan oleh Ad-Daraquthni)
Thumaninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku' dengan tidak
sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata: "Kalau orang ini
mati dalam keadaan seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad [sholatnya
seperti gagak mematuk makanan] sebagaimana orang ruku' tidak sempurna dan
sujudnya cepat seperti burung lapar yang memakan satu, dua biji kurma yang
tidak mengenyangkan." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya'la, Al
Ajiri, Al Baihaqi, Adh Dhiya' dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah)
Memperlama Ruku'
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan
ruku', berdiri setelah ruku' dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir
sama lamanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan
Muslim)
Yang Dibaca Ketika Ruku'
Do'a yang dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
ada beberapa macam, semuanya pernah dibaca oleh beliau jadi kadang membaca ini
kadang yang lain.
سُبْحَانَ
رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
"Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung”.(Dibaca tiga
kali). [HR. Penyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad, lihat Shahih At-Tirmidzi
1/83.]
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.
“Maha Suci Engkau, ya Allah! Tuhanku, dan dengan pujiMu.
Ya Allah! Ampunilah dosaku.” [HR. Al-Bukhari 1/99 dan Muslim 1/350.]
سُبُّوْحٌ
قُدُّوْسٌ، رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ.
“Engkau, Tuhan Yang Maha Suci (dari kekurangan dan hal
yang tidak layak bagi kebesaranMu), Maha Agung, Tuhan malaikat dan Jibril.”
[HR. Muslim 1/353 dan Abu Dawud 1/230]
اَللَّهُمَّ
لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ
وَبَصَرِيْ وَمُخِّيْ وَعَظْمِيْ وَعَصَبِيْ وَمَا اسْتَقَلَّ بِهِ قَدَمِيْ.
“Ya Allah, untukMu aku ruku’. KepadaMu aku beriman,
kepadaMu aku menyerah. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, sarafku
dan apa yang berdiri di atas dua tapak kakiku, telah merunduk dengan khusyuk
kepadaMu.” [HR. Muslim 1/534, begitu juga empat imam hadis, kecuali Ibnu Majah]
سُبْحَانَ ذِي
الْجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ.
Maha Suci (Allah) Yang memiliki Keperkasaan, Kerajaan,
Kebesaran dan Keagungan. [HR. Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dan sanadnya
hasan.]
Yang Dilarang Ketika Ruku'
Larangan disini adalah larangan dari Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam bahwa sewaktu ruku' kita tidak boleh membaca Al
Quran. Berdasarkan hadits: "Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
melarang membaca Al Quran dalam ruku' dan sujud." (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah)
"Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al Quran
sewaktu ruku' dan sujud…" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan
Abu 'Awwanah)
@
Bangkit Dari Ruku' (I'tidal)
Cara i'tidal dari ruku'
Setelah ruku' dengan sempurna dan selesai membaca do'a,
maka kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal). Waktu bangkit tersebut membaca
(SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH) disertai dengan mengangkat kedua tangan
sebagaimana waktu takbiratul ihrom.
سَمِعَ اللهُ
لِمَنْ حَمِدَهُ.
“Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.”
[HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 2/282].
Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits, diantaranya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam sholat
mengangkat kedua tangannya sampai setentag kedua pundaknya, hal itu dilakukan
ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku'
sambil mengucapkan SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH…"(Hadits dikeluarkan oleh Al
Bukhari, Muslim dan Malik).
Yang Dibaca Ketika I'tidal dari Ruku'
Seperti ditunjuk hadits di atas ketika bangkit
(mengangkat kepala) dari ruku' itu membaca: (SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH)
Kemudian ketika sudah tegak dan selesai bacaan tersebut
disahut dengan bacaan:
رَبَّنَا
وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ.
“Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu
dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah.” [HR. Al-Bukhari
dalam Fathul Baari 2/284.]
Kadang ditambah dengan bacaan:
مِلْءَ
السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ
شَيْءٍ بَعْدُ.
أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا
قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا
أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ
الْجَدُّ.
(Aku memujiMu dengan) pujian sepenuh langit dan sepenuh
bumi, sepenuh apa yang di antara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki
setelah itu.
Wahai Tuhan yang layak dipuji dan diagungkan, Yang paling
berhak dikatakan oleh seorang hamba dan kami seluruhnya adalah hambaMu. Ya
Allah tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada
pula yang dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi
orang yang memilikinya (kecuali iman dan amal shalihnya), hanya dariMu kekayaan
itu. [HR. Muslim 1/346.]
Cara I'tidal
Adapun dalam tata cara i'tidal ulama berbeda pendapat
menjadi dua pendapat, pertama mengatakan sedekap dan yang kedua mengatakan
tidak bersedekap tapi melepaskannya. kedua duanya boleh dan sama-sama ada
dalilnya. Bagi yang hendak mengerjakan pendapat yang pertama tidak apa-apa dan
bagi siapa yang mengerjakan sesuai dengan pendapat kedua tidak mengapa.
Wallaahu a'lamu bishshawab.
Thumaninah dan Memperlama Dalam I'tidal
"Kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri
dengan tegak [sehingga tiap- tiap ruas tulang belakangmu kembali pata
tempatnya]." (dalam riwayat lain disebutkan: "Jika kamu berdiri
i'tidal, luruskanlah punggungmu dan tegakkanlah kepalamu sampai ruas tulang
punggungmu mapan ke tempatnya)." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al
Bukhari dan Muslim, dan riwayat lain oleh Ad Darimi, Al Hakim, As Syafi'i dan
Ahmad)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri terkadang
dikomentari oleh shahabat: "Dia telah lupa" [karena saking lamanya
berdiri]. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari, Muslim dan Ahmad)
@
Sujud
Sujud dilakukan setelah i'tidal thumaninah dan jawab
tasmi' (Rabbana Lakal Hamd...dst).
Cara Sujud
Dengan tanpa atau kadang-kadang dengan mengangkat kedua
tangan (setentang pundak atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun
condong kedepan menuju ke tempat sujud, dengan meletakkan kedua lutut terlebih
dahulu baru kemudian meletakkan kedua tangan pada tempat kepala diletakkan dan kemudian
meletakkan kepala kepala dengan menekankan hidung dan kening ke lantai (tangan
sejajar dengan pundak atau daun telinga).
Dari Wail bin Hujr, berkata, "Aku melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua
lututnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa'i,
Ibnu Majah dan Ad- Daarimy)
"Terkadang beliau mengangkat kedua tangannya ketika
hendak sujud." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An Nasa'i dan
Daraquthni)
"Terkadang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
meletakkan tangannya [dan membentangkan] serta merapatkan jari-jarinya dan
menghadapkannya ke arah kiblat." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu
Dawud, Al Hakim, Al-Baihaqi)
"Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan
bahunya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Tirmidzi)
"Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar
dengan daun telinganya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An Nasa'i)
Bentuk Sujud
Bersujud pada 7 anggota badan, yakni jidat/kening/dahi
dan hidung (1), dua telapak tangan (3), dua lutut (5) dan dua ujung kaki (7).
Hal ini berdasar hadits:
Dari Ibnu 'Abbas berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam berkata: "Aku diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain; Kami
diperintah untuk bersujud) dengan tujuh (7) anggota badan; yakni kening
sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua
lutut, jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan rambut
kepala." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Jama'ah)
Dilakukan dengan menekan
"Apabila kamu sujud, sujudlah dengan
menekan." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad)
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menekankan
kedua lututnya dan bagian depan telapak kaki ke tanah." (Hadits
dikeluarkan oleh Al Imam Al Baihaqi)
Kedua lengan/siku tidak ditempelkan pada lantai, tapi
diangkat dan dijauhkan dari sisi lambung.
Dari Abu Humaid As-Sa'diy, bahwasanya Nabi shalallau
'alaihi wasallam bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta
menjauhkan kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya ditaruh sebanding
dua bahu beliau." (Diriwayatkan oleh Al Imam At Tirmidzi)
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shalallau 'alaihi wasallam
bersabda:
"Luruskanlah kalian dalam sujud dan jangan kamu
menghamparkan kedua lengannya seperti anjing menghamparkan
kakinya." (Diriwayatkan oleh Al Jama'ah kecuali Al Imam An Nasai,
lafadhz ini bagi Al Imam Al Bukhari)
"Beliau mengangkat kedua lengannya dari lantai dan
menjauhkannya dari lambungnya sehingga warna putih ketiaknya terlihat dari
belakang" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim)
Menjauhkan perut/lambung dari kedua paha
Dari Abi Humaid tentang sifat sholat Rasulillah
shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Apabila dia sujud, beliau
merenggangkan antara dua pahanya (dengan) tidak menopang
perutnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Merapatkan jari-jemari
Dari Wail, bahwasanya Nabi shalallau 'alaihi wasallam
jika sujud maka merapatkan jari-jemarinya. (Diriwayatkan oleh Al Imam Al
Hakim)
Menegakkan telapak kaki dan saling merapatkan/menempelkan
antara dua tumit
Berkata Aisyah isteri Nabi shalallau 'alaihi wasallam:
"Aku kehilangan Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam padahal beliau tadi
tidur bersamaku, kemudian aku dapati beliau tengah sujud dengan merapatkan
kedua tumitnya (dan) menghadapkan ujung-ujung jarinya ke kiblat, aku
dengar…" (Diriwayatkan oleh Al Imam Al Hakim dan Ibnu Huzaimah)
Thumaninah dan sujud dengan lama
Sebagaimana rukun sholat yang lain mesti dikerjakan
dengan thumaninah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kalau bersujud
biasanya lama.
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan
ruku', berdiri setelah ruku' dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir
sama lamanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan
Muslim)
Sujud Langsung Pada Tanah atau Boleh Di Atas Alas
"Para shahabat sholat berjama'ah bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pada cuaca yang panas. Bila ada yang tidak sanggup
menekankan dahinya di atas tanah maka membentangkan kainnya kemudian sujud di
atasnya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)
Bacaan Sujud
Rasulullah membaca
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
“Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi (dari segala
kekurangan dan hal yang tidak layak). Dibaca tiga kali” [HR. Para penyusun
kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At-Tirmidzi 1/83.]
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.
“Maha Suci Engkau. Ya Allah, Tuhan kami, aku memujiMu. Ya
Allah, ampunilah dosaku.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ
وَالرُّوْحِ.
“Engkau Tuhan Yang Maha Suci, Maha Agung, Tuhan para
malaikat dan Jibril.” [HR. Muslim 1/533]
اَللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ،
وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ
سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.
Ya Allah, untukMulah aku bersujud, kepadaMulah aku
beriman, kepadaMu aku menyerahkan diri, wajahku bersujud kepada Tuhan yang
menciptakannya, yang membentuk rupanya, yang membelah (memberikan)
pendengarannya, penglihatannya, Maha Suci Allah sebaik baik Pencipta. [HR.
Muslim 1/534, begitu juga imam hadits yang lain]
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ.
Maha suci Tuhan yang memiliki Keperkasaan, Kerajaan,
Kebesaran dan Keagungan. [HR. Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dinyatakan shahih
oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/166.]
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ،
دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ وَسِرَّهُ.
“Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku yang kecil dan besar,
yang telah lewat dan yang akan datang, yang kulakukan dengan terang-terangan
dan yang tersembunyi.” [HR. Muslim 1/350.]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ
سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ
أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dengan
keridhaanMu (agar selamat) dari kebencianMu, dan dengan keselamatanMu (agar
terhindar) dari siksaanMu. Aku tidak membatasi pujian kepadaMu. Engkau (dengan
kebesaran dan keagunganMu) adalah sebagaimana pujianMu kepada diriMu.” [HR. Muslim
1/532.]
Bacaan Yang Dilarang Selama Sujud
"Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al Quran
sewaktu ruku' dan sujud…" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan
Abu 'Awwanah).
Bangun Dari Sujud Pertama.
Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka'at ada
dua sujud- maka kemudian bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam
bangun dari sujud ini disertai dengan takbir dan kadang mengangkat tangan
(Berdasar hadits dari Ahmad dan Al-Hakim).
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari
sujudnya seraya bertakbir" (Hadits dikeluarkan oleh Al Bukhari dan
Muslim)
@
Duduk Antara Dua Sujud
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada
roka'at pertama sampai terakhir. Ada dua macam tipe duduk antara dua sujud, duduk
iftirasy (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan
ditegakkan) dan duduk iq'a (duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan
duduk diatas tumit).
Hal ini berdasar hadits:Dari Aisyah berkata: "Dan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang
kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh
Ahmad dan Muslim)
Syaikh Al Albani berkata, duduknya syaithan adalah dua telapak kaki
ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan
menekan dilantai.
Dari Rifa'ah bin Rafi' -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu
'alaihi wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu
lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits
dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang duduk iq'a, yakni duduk dengan
menegakkan telapak dan tumit kedua kakinya. (Hadits dikeluarkan oleh
Muslim)
Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan ditegakkan dan jarinya
diarahkan ke kiblat:
Beliau menegakkan kaki kanannya (Al Bukhari)
Menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat (An Nasai)
Bacaannya
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ
اغْفِرْ لِيْ.
“Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku, wahai Tuhanku, ampunilah dosaku.” [HR.
Abu Dawud 1/231, lihat Shahih Ibnu Majah 1/148]
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَارْفَعْنِي.
“Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, tunjukkanlah aku (ke
jalan yang benar), cukupkanlah aku, selamatkan aku (tubuh sehat dan keluarga
terhindar dari musibah), berilah aku rezeki (yang halal) dan angkatlah
derajatku.” [HR. Ashhabus Sunan, kecuali An-Nasai. Lihat Shahih
Tirmidzi 1/90 dan Shahih Ibnu Majah 1/148.]
Dan tidak ada dalil ucapan WAFU'ANI
@
Menuju Rokaat Berikutnya
Pada masalah ini ada dua tempat/kondisi, yaitu :
1. Bangkit menuju roka'at berikut dari posisi sujud kedua
pada akhir roka'at pertama dan ketiga.
2. Bangkit dari posisi duduk tasyahhud awal pada roka'at
kedua.
Pertama
Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir
roka'at pertama dan ketiga) didahului dengan duduk istirahat atau tanpa duduk
istirahat, bangkit berdiri seraya bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Ketika
bangkit bisa dengan tangan bertumpu pada lantai atau bisa juga bertumpu pada
pahanya.
Tangan bertumpu pada satu pahanya
Dari Wail bin Hujr, "Maka tatkala Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersujud dia meletakkan kedua lututnya ke lantai sebelum meletakkan
kedua tangannya …..dan apabila bangkit dia bangkit atas kedua lututnya dengan
bertumpu pada satu paha." (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud)
Tangan bertumpu pada lantai (tempat sujud)
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertumpu pada
lantai ketika bangkit ke roka'at kedua. (Hadits dikeluarkan oleh
AlBukhari)
Disela duduk istirahat
Dari Malik bin Huwairits bahwasanya di malihat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam sholat, maka bila pada roka'at yang ganjil
tidaklah beliau bangkit sampai duduk terlebih dulu dengan
lurus." (Hadits dikeluarkan oleh Al Bukhari, Abu Dawud dan At-
Tirmidzi)
Kedua
Bangkit dari duduk tasyahhud awwal (dari roka'at kedua)
dengan mengangkat kedua tangan seraya bertakbir seperti pada takbiratul ihram.
Mengangkat tangan ketika takbir
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika bangkit dari
duduknya mengucapkan takbir, kemudian berdiri (Hadits dikeluarkan oleh Abu
Ya'la)
@
Duduk Tasyahhud Awwal dan Akhir
Tasyahhud awwal dan duduknya merupakan kewajiban dalam sholat
Tempat dilakukannya
Duduk tasyahhud awwal terdapat hanya pada sholat yang jumlah roka'atnya
sama dengan atau lebih dari dua (2), pada sholat wajib dilakukan pada roka'at
yang ke-2. Sedang duduk tasyahhud ahir dilakukan pada roka'at yang terakhir.
Masing-masing dilakukan setelah sujud yang kedua.
Cara duduk tasyahhud awwal dan tasyahhud akhir
Waktu tasyahhud awwal duduknya iftirasy (duduk diatas telapak kaki kiri)
sedang pada tasyahhud akhir duduknya tawaruk (duduk dengan kaki kiri dihamparkan
kesamping kanan dan duduk diatas lantai)
Pada masing-masing posisi kaki kanan ditegakkan.
Dari Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat sholat Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, dia berkata, "Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam duduk dalam dua roka'at (-tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki
kirinya dan bila duduk dalam roka'at yang akhir (-tasyahhud akhir) beliau
majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll)."
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Letak tangan ketika duduk
Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan sambil
berisyarat dan/atau menggerak-gerakkan jari telunjuk dan penglihatan ditujukan
kepadanya, sedang tangan kirinya ditaruh/terhampar di paha kiri
Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam bila
duduk di dalam shalat meletakkan dua tangannya pada dua lututnya dan mengangkat
telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya yang kiri diatas
lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al
Imam Muslim dan Nasa-i).
Berisyarat dengan telunjuk, bisa digerakkan bisa tidak
Selama melakukan duduk tasyahhud awwal maupun tasyahhud akhir, berisyarat
dengan telunjuk kanan, disunnahkan menggerak-gerakkannya. Kadang pada suatu
sholat digerakkan pada sholat lain boleh juga tidak digerak-gerakkan.
"Kemudian beliau duduk, maka beliau hamparkan kakinya yang kiri dan
menaruh tangannya yang kiri atas pahanya dan lututnya yang kiri dan ujung
sikunya diatas paha kanannya, kemudian beliau menggenggam jari-jarinya dan
membuat satu lingkaran kemudian mengangkat jari beliau maka aku lihat beliau
menggerak- gerakkannya berdo'a dengannya." (Hadits dikeluarkan oleh
Al Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa-i).
"Dari Abdullah Bin Zubair bahwasanya ia menyebutkan bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam berisyarat dengan jarinya ketika berdoa dan tidak
menggerakannya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud).
Mengangkat jari telunjuk dari awal tasyahud hingga akhir
Madzhab kebanyakan orang-orang Syafiiyyah menyatakan bahwa disunnahkan
berisyarat dengan jari telunjuk kemudian diangkat jari telunjuk tersebut ketika
mencapai kata hamzah dari kalimat Laa ilaaha illallah. Hal ini disebutkan oleh
Imam An Nawawy dalam Al-Majmu’ 3/434 dan dalam Minhaj Ath-Tholibin
hal.12.
Dan hal yang sama disebutkan oleh Imam Ash-Shon’any dalam Subulus
Salam 1/362 dan beliau tambahkan bahwa hal tersebut berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqy.
Namun tidak ada keraguan bahwa yang disyariatkan dalam hal ini adalah
mengangkat jari telunjuk dari awal tasyahud hingga akhir. Hal ini berdasarkan
hadits-hadits shohih yang sangat banyak jumlahnya yang telah tersebut
sebagiannya pada jawaban pertanyaan no.1 yang menjelaskan bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi wasallam ketika duduk tasyahud beliau menggenggam jari-jari
beliau lalu membuat lingkaran kemudian mengangkat telunjuknya, maka dzahir
hadits ini menunjukkan beliau mengangkat jari telunjuk dari awal tasyahud
sampai akhir.
Adapun bantahan terahadap madzhab orang-orang Syafiiyyah maka jawabannya
adalah sebagai berikut :
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqy itu adalah hadits Khafaf
bin Ima’ dan di dalam sanadnya ada seorang lelaki yang tidak
dikenal maka ini secara otomatis menyebabkan hadits ini lemah.
2. Hal yang telah disebutkan bahwa dzohir hadits-hadits yang shohih
menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wasallam mengangkat jari telunjuk
dari awal hingga ahir menyelisihi hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqy
tersebut sehingga ini semakin mempertegas lemahnya riwayat Al-Baihaqy tersebut.
3. Orang-orang Syafiiyyah sendiri tidak sepakat tentang sunnahnya
mengangkat jari telunjuk ketika mencapai huruf hamzah dari kalimat Laa Ilaaha
Illallah, karena Imam An-Nawawy dalam Al-Majmu’ 3/434 menukil dari Ar-Rafi’y
(salah seorang Imam besar dikalangan Syafiiyyah) yang menyatakan bahwa tempat
mengangkat jari telunjuk adalah pada seluruh tasyahud dari awal hingga akhir.
4. Hal yang disebutkan oleh orang Syafiiyyah ini tidak disebutkan di dalam
madzhab para ulama yang lain. Ini menunjukkan bahwa yang dipakai oleh para
ulama adalah mengangkat jari telunjuk pada seluruh tasyahud dari awal hingga
akhir.
Kesimpulan :
Jadi yang benar di dalam masalah ini adalah bahwa jari telunjuk disyariatkan untuk diangkat dari awal tasyahud hingga akhir dan tidak mengangkatnya nanti ketika mencapai huruf hamzah dari kalimat Laa Ilaaha Illallah.
Jadi yang benar di dalam masalah ini adalah bahwa jari telunjuk disyariatkan untuk diangkat dari awal tasyahud hingga akhir dan tidak mengangkatnya nanti ketika mencapai huruf hamzah dari kalimat Laa Ilaaha Illallah.
Membaca do'a At-Tahiyyaat dan As-Sholawaat
Do'a tahiyyat ini ada beberapa riwayat, untuk hendaklah dipilih yang kuat
dan lafadhznya belum ditambah-tambah. Salah satu contoh riwayat yang baik
adalah sebagai berikut:
Berkata Abdullah : beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :
sesungguhnya Allah itu As-salam maka apabila shalat hendaklah kalian itu
mengucapkan:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ،
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan
kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, wahai Nabi, begitu juga
rahmat dan berkahNya. Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada kita dan
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak disembah
selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.” [HR.
Al-Bukhari dalam Fathul Baari 1/13 dan Imam Muslim 1/301]
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ.
“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan
keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagai-mana Engkau telah
memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
dan Maha Agung.” [HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/408.]
Berdo'a berlindung dari empat (4) hal.
Hal ini dilakukan pada duduk tasyahhud akhir saja.
…..Apabila kamu telah selesai bertasyahhud akhir maka…(Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Agar tidak menyalahi riwayat -hadits Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam-
ini maka dalam tasyahhud awwal bacaannya berhenti sampai membaca sholawat pada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sedang ta'awudz (berlindung dari 4 hal) ini
dibaca hanya ketika tasyahhud akhir.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa
neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah
Almasih Dajjal.” [HR. Al-Bukhari 2/102 dan Muslim 1/412. Lafazh hadits ini
dalam riwayat Muslim]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ
الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur. Aku
berlindung kepadaMu dari fitnah Almasih Dajjal. Aku berlindung kepadaMu dari
fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari perbuatan dosa dan kerugian.” [HR. Al-Bukhari 1/202 dan Muslim
1/412]
Selanjutnya adalah berdo'a dengan do'a/permohonan lainnya.
…kemudian (supaya) dia memilih do'a yang dia kagumi/senangi… (Hadits
dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Al Bukhari)
@
Salam
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan
dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah membaca do'a minta perlindungan dari
4 fitnah atau tambahan do'a lainnya.
"Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan
penutupnya (yaitu sholat) adalah mengucapkan salam." (Hadits
dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al- Hakim dan Adz-Dzahabi)
Cara Salam
Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do'a
salam kemudian ke kiri.
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah
kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam
Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
Dari 'Alqomah bin Wail, dari bapaknya, ia berkata: Aku
sholat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke
sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa
Barakatuh." Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa
Rahmatullahi." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Macam-macam Bacaan Salam
Kadang-kadang beliau membaca:
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh--- As
Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
atau
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh--- As
Salamu'alaikum Wa Rahmatullah (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan
Ibnu Khuzaimah)
atau
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullah--- As Salamu'alaikum Wa
Rahmatullah (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)
atau
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullah--- As
Salamu'alaikum (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan An Nasai)
atau
As Salamu'alaikum dengan sedikit menoleh ke kanan tanpa
menoleh ke kiri (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Baihaqi dan Ath
Thabrani)
Gerak yang dilarang
Sering terlihat orang yang mengucapkan salam ketika
menoleh ke kanan dibarengai dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian
ketika menoleh ke kiri tangan kirinya di buka. Gerakan tangan ini dilarang oleh
shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti
gerakan ekor kuda yang lari terbirit-birit dikejar binatang buas? Bila
seseorang diantara kamu mengucapkan salam, hendaklah ia berpaling kepada
temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya." [Ketika mereka sholat
lagi bersama Rasullullah, mereka tidak melakukannya lagi]. (Pada riwayat lain
disebutkan: "Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya di atas
pahanya, kemudian ia mengucapkan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang
di sebelah kanan dan saudaranya di sebelah kiri). (Hadits dikeluarkan oleh
Al Imam Muslim, Abu 'Awanah, Ibnu Khuzaimah dan At-Thabrani).
Diantara gerakkan bid’ah yang dilakukan saat salam adalah
gerakkan yang dilakukan oleh orang syi’ah dengan menepukkan kedua tangannya di
atas paha tiga kali, sebagai pengganti salam dengan menoleh ke kanan dan ke
kiri. Hal seperti ini dilakukan oleh syi’ah Iran dan sekitarnya. Maksud dari
gerakan itu adalah melaknat malaikat Jibril karena mereka mengatakan Jibril
telah salah menyampaikan wahyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar