Thinah Aqidah ini
merupakan salah satu wacana syiah yang tersembunyi dan termasuk salah satu
diantara aqidah yang harus sangat dirahasiakan khususnya kepada orang-orang
awam syiah. Karena seandainya mereka mengetahui akidah ini maka mereka akan
melakukan hal-hal yang sifatnya merusak dengan satu keyakinan bahwa balasannya
di akherat kelak akan ditanggung oleh orang lain. [Al Anwar Annu'maniyyah jilid
1 hal 295]
Pada awalnya memang
aqidah ini merupakan hal yang ditolak dikalangan cendekiawan syiah yang
terdahulu, seperti Murtadho dan Ibn Idris. Dikarenakan menurut pandangan mereka
- meskipun beberapa riwayat telah berhasil menyusup ke dalam buku-buku syiah -
akan tetapi hal itu merupakan hadits ahad (tunggal) yang menyelisihi Kitab dan
Sunnah dan juga Ijma", oleh karena itu wajib ditolak. [Al Anwar
Annu'maniyyah jilid 1 hal 293]
Akan tetapi sejalan
dengan waktu, khabar tentang hal ini semakin banyak sehingga berkata syeikh
mereka Ni'matullah Al Jazairi ( wafat 1112 H): "Sesungguhnya ulama-ulama
kami telah meriwayatkan tentang hal ini dengan sanad yang sangat banyak, maka
sudah tidak ada alasan lagi untuk menolaknya. Dan tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa status riwayatnya adalah ahad, akan tetapi sudah menjadi
khobar yang mutawatir (banyak jalan periwayatannya)[Al Anwar Annu'maniyyah
jilid 1 hal 293]. Al Jaza'iri mengatakan ini sebagai bantahan terhadap mereka
yang menolak mempercayai akidah ini.
Kemudian yang tampak
mempelopori aqidah ini adalah Syeikh mereka yang bernama Al Kulaini yang
menulis sebuah bab tersendiri dalam bukunya: "Bab Thinatul Mukmin wal
Kafir". Yang terangkum didalamnya tujuh hadits [Usulul Kafi , jilid 2 hal
2-6]. Kemudian hadits tentang ini semakin banyak sepeninggal Kulaini, hingga
Mulla Baqir Majlisi dalam Biharul Anwar mengutip 67 hadits tentang thinah dalam
bab yang berjudul "bab thinah dan perjanjian" [Biharul Anwar jilid 5
hal 225-276].
Barangkali anda ingin
sekali mengetahui lebih lanjut tentang akidah yang membuat seorang syiah
mempunyai berkeyakinan apabila mereka melakukan perbuatan dosa sekecil apapun
maka dosanya akan ditanggung oleh ahlussunnah, dan setiap amal saleh yang
dikerjakan ahlus sunnah maka pahalanya akan diberikan kepada orang syiah. Oleh
karena itu kalangan ulama syiah menyembunyikan hal ini dari orang awam syiah
karena satu kekhawatiran apabila hal ini diketahui maka akan banyak terjadi
kerusakan di muka bumi (karena kaum syiah akan merasa bebas berbuat apa
saja, selama dosanya akan ditanggung oleh ahlus sunnah).
Penjelasan terlengkap
mengenai akidah ini ada dalam kitab "Ilalu asysyara'i" karangan Ibnu
Babawaih Al Qummi yang memuat penjelasan ini dalam kitabnya sebanyak 5 halaman
sekaligus menjadikan bahasan ini sebagai penutup kitabnya [Ilalu Asysyara'i'
hal 606-610]. Sementara itu sebagian ulama syiah yang hidup pada saat ini
memuji penjelasan Ibnu Babawaih dan menyebutnya sebagai penutup yang baik bagi
kitabnya [Biharul Anwar jilid 5 hal 233 (Footnote).]
Ringkasan keyakinan
itu adalah bahwasanya kaum syiah diciptakan dari tanah liat* khusus dan orang
sunni dicptakan dari tanah liat yang lain. Maka terjadilah percampuran antara
keduanya. Jadi apabila terjadi kemaksiatan dikalangan syiah adalah dikarenakan
percampurannya dengan thinah sunni, dan apabila dijumpai kebaikan dan amanah
yang ada dikalangan sunni merupakan pengaruh dari thinah syiah. Maka nanti
dihari kiamat segala keburukan yang dilakukan oleh kaum syiah, akan
ditanggungkan kepada orang sunni, dan kebaikan kaum sunni akan diberikan kepada
kaum syiah.
{*thinah berarti tanah liat, Allah
menciptakan manusia dari tanah liat. Jadi tanah liat syiah dan tanah liat sunni
berbeda}
Barangkali bisa
disimpulkan sebab timbulnya keyakinan semacam ini adalah dikarenakan adanya
pertanyaan dan keluhan-keluhan yang dilontarkan kepada para pemuka mereka. Kaum
syiah mengeluhkan kaum mereka yang tenggelam dalam kemaksiatan dan dosa-dosa
besar dan juga adanya muamalah yang tidak baik yang terjadi di antara mereka
serta banyak kegelisahan dan kebimbangan yang tidak diketahui sebabnya. Akan
tetapi para ulama syiah berdalih bahwa hal ini disebabkan karena percampuran
antara thinah syiah dan thinah sunni pada penciptaan pertama.
Untuk itu marilah kita
lihat sebagaian di antara pertanyaan ini yang mengungkap apa yang sebenarnya
terjadi pada masyarakat syiah, Ibn Bawabaih meriwayatkan dengan sanadnya dari
ibn Ishaq Al Laitsi berkata:
"Saya bertanya kepada Abu Ja'far Muhammad ibn Ali Al Baqir Alaihis
salam: Wahai putra Rasulullah, beritahukan kepada kami tentang seorang mukmin
yang benar [maksudnya adalah orang penganut syiah], apabila dia sampai pada
puncak makrifah dan sempurna mungkinkah dia berzina?" Dia berkata:
"Tidak".
Saya berkata: "Mungkinkah minum khomer?" Dia berkata:
"Tidak". Saya bertanya: "Mungkinkah melakukan salah satu dari
dosa besar atau salah satu dari hal yang keji". Dia berkata
"Tidak".
Saya berkata: "Wahai putra Rasulullah sesungguhnya saya dapati
orang-orang syiah kita meminum khomer, melakukan perampokan dijalan dan menjadi
hantu di jalanan, berzina dan melakukan homosex, memakan riba, melakukan
perbuatan keji, meremehkan sholat , puasa dan zakat, memutuskan hubungan
sillaturrahmi dan banyak memperbuat dosa-dosa besar [inilah ciri-ciri
"pengikut ahlul bait"], bagaimana hal ini bisa terjadi pada
syiah dan sangat berbeda dengan keadan orang sunni?
Dia berkata: "Wahai Ibrahim adakah sesuatu yang lain yang masih
bergejolak dalam hatimu?"
Saya berkata: "Wahai putra Rasulullah! ada beberapa hal yang lebih
besar dari itu semua!
Dia berkata: "Apa itu wahai Abu Ishaq?"
Berkata: "Kemudian saya berkata: "Wahai putra Rasulullah, saya
dapati musuh-musuh kalian [maksudnya adalah penganut Ahlussunnah], justru
mereka banyak melakukan sholat, puasa dan mengeluarkan zakat. Mereka juga
begitu giat melakukan ibadah haji dan umrah, bersemangat melakukan jihad,
kebaikan, menyambung sillaturrahmi, memenuhi hak saudaranya, meringankan beban
derita mereka dengan harta, menjauhi minuman keras, zina dan homosex serta
segala perbuatan keji, bagaimana hal ini bisa terjadi pada mereka dan terjadi
sebaliknya pada syiah? Tolong jelaskan hal ini semua kepadaku dengan
sejelas-jelasnya. Sungguh hal ini telah banyak memakan fikiranku, membuat aku
tidak bisa tidur dan dadaku menjadi sempit. [Ilalusyara'i' hal 606-607 Biharul
Anwar jilid 5 hal 228-229].
Ini merupakan salah
satu pertanyaan kegelisahan yang mengungkap kebobrokan masyarakat syiah yang
penuh dengan kemaksiatan bila dibandingkan dengan kenyataan para salaf dan
ulama ahlussunnah dan sebagian besar mereka yang dihiasi dengan ketakwaan,
amanah dan kebaikan. Pertanyaan ini dijawab dengan jawaban "Aqidah
Thinah", yaitu bahwa segala kemaksiatan yang terjadi dikalangan syiah
bersumber dari kaum sunni sebaliknya kebaikan dan amal saleh yang dilakukan
kaum sunni adalah karena tanah liat "Milik Kaum Syiah".
Seorang penanya lain
bernama Ishaq Al Qummi bertanya pada Abu ja'far: "Wahai Abu Ja'far, saya
melihat seorang mukmin yang sependapat denganku [maksudnya bermazhab syiah],
dan mengakui wilayah ahlul bait, dan saya tidak mempunyai masalah dengannya,
selalu minum khomer, berzina, melakukan homosex [rupanya perbuatan-perbuatan di
atas sudah menjadi kebiasaan "pengikut ahlul bait" sejak jaman Imam
Abu Ja'far Muhammad Al Baqir], dan jika saya datang kepadanya untuk meminta
bantuan maka saya dapati dia murung mukanya, mencerminkan wajah kebencian dan
ketidaksenangan, lagi berlambat-lambat dalam membantu keperluanku, tapi
sebaliknya, aku melihat seorang nasibi [maksudnya adalah orang yg bermazhab
sunni] yang berbeda pendapat denganku bahkan tahu jika aku berbeda mazhab
dengannya, jika aku mendatanginya untuk meminta bantuan, aku dapati wajahnya
berseri-seri, nampak dari wajahnya kegembiraan, dan bersemangat dalam
membantuku, merasa gembira dengan membantuku. Dia banyak melakukan sholat,
puasa, sedekah dan mengeluarkan zakat, serta jika diberi amanah maka dia
menyampaikannya. [Ilalusysyara'i' hal 489-490, Biharul Anwar jilid 5 hal
246-247]
Penanya barusan lebih
banyak keluhannya tentang buruknya perlakuan antara penganut syiah, sifat tidak
amanat yang ada pada mereka sedangkan dia melihat kaum sunni yang notabene
adalah musuhnya ternyata lebih baik akhlaknya dari kaum syiah yang notabene
adalah temannya sendiri, lebih senang membantu keperluannya dan lebih baik amal
ibadahnya.
Seseorang lagi
mengeluh pada Abu Abdillah Ja'far Assodiq tentang perasaan gelisah yang tidak
diketahui sebabnya: dari Abu Bashir dia berkata: Saya masuk menemui Abu
Abdillah bersama seseorang dari teman kami (syiah) lalu aku berkata: Wahai Abu
Abdillah, saya selalu merasa gelisah dan sedih tanpa kuketahui sebabnya..
[Biharul Anwar jilid 5 hal 242 yang menyandarkan riwayat ini pada Ilalusyara'i'
hal 42]
Rupanya penyebab
kegelisahan ini adalah ajaran syiah yang tidak memiliki kejelasan dan penuh
kontradiksi, yang diyakini oleh syiah. Tetapi sang imam hanya menejelaskan
semua itu dengan akidah thinah ini.
Pertanyaan di atas dan
lainnya masih banyak [bisa anda lihat di buku Al Kafi dan Biharul Anwar dalam
bab thinah], mencerminkan betapa mereka membangun aqidah mereka, muamalah
mereka dan akhlak serta agama mereka. Akan tetapi para imam mereka dan pemuka
agama mereka berusaha mengelabui pertanyaan dan keluhan-keluhan ini dengan
berdalih pada satu aqidah yang mereka namakan dengan thinah. Untuk itu marilah
kita lihat jawaban para imam mereka.
Berkata Imam mereka:
"Wahai Ishaq (perowi berita ini) bukankah kamu mengetahui dari mana kamu
diciptakan? Saya berkata: "Demi Allah saya tidak tahu, kecuali kamu
memberitahukan hal itu kepadaku. Berkata: "Wahai Ishaq! Sesungguhnya Allah
Ta'ala ketika menyendiri dengan keesaann-Nya, Dia memulai sesuatu dengan tanpa
apapun, kemudian Dia mengalirkan air yang segar pada tanah yang baik selama
tujuh hari tujuh malam, kemudian memisahkan tanah itu dari air. Kemudian Allah
mengambil satu genggaman dari tanah yang bersih itu satu genggam tanah (thinah)
yang kemudian Dia jadikan Thinah kita, Thinah ahlul bait. Kemudian Dia ambil
dari bawahnya satu genggaman (thinah) dan menjadikannya menjadi thinah syiah.
Kalaulah Allah Ta'ala membiarkan thinah syiah tadi sebagaimana adanya, niscaya
tidak ada salah seorang diantara mereka yang berzina, minum khomer, mencuri,
homosex dan juga tidak akan melakukan seperti apa yang kamu sebutkan tadi. Akan
tetapi Allah Ta'ala mengalirkan air yang asin pada tanah yang terlaknat selama
7 hari, lalu memisahkan air dari tanah itu, lalu Dia mengambil segenggam dari
tanah itu, yaitu thinah yang terlaknat berwarna hitam dan berbau busuk, yaitu
thinah musuh kita. Dan kalaulah Allah Ta'ala membiarkan thinah ini sebagaimana
dia mengambilnya. Niscaya kamu tidak akan melihat mereka berakhlak seperti
manusia dan tidak akan bersyahadat, mereka tidak akan puasa, tidak akan sholat
dan juga tidak akan melakukan haji. Akan tetapi Allah Ta'ala mencampur kedua
air tadi, maka apabila kamu melihat dari saudara kamu perkataan yang tidak
baik, mereka melakukan zina, atau apapun seperti yang kamu sebutkan, mulai dari
minum khomer dan yang lainnya, hakekatnya hal itu bukan dari asli mereka dan
juga bukan dari iman mereka. Akan tetapi pada hakekatnya hal itu adalah
pengaruh dari kaum Nasibi (orang sunni) yang melakukan keburukan sebagaimana
yang kamu sebutkan. Adapun kebaikan-kebaikan yang dilakukan kalangan sunni,
mulai dari akhlak yang baik, sholat, puasa, shodaqah, atau haji pada
hakekatnya bukan merupakan asli mereka, akan tetapi merupakan pengaruh keimanan
yang mereka dapatkan.
Kemudian saya berkata:
"Lantas bagaimana nanti di hari akhir? Dia berkata kepadaku: "Wahai
Ishaq, adakah Allah akan mengumpulkan kebaikan dan keburukan dalam satu tempat?
Apabila datang hari kiamat maka Allah akan mengambil berkas keimanan dari
mereka kemudian dikembalikan kepada pemiliknya yang asli. Dan segala sesuatu
akan kembali pada unsurnya yang pertama... Kemudian saya bertanya: "Apakah
kebaikan mereka akan diambil dan dikembalikan kepada kita? Dan apakah keburukan
kita akan dikembalikan kepada mereka? Berkata: "Ya, demi Allah yang tidak
Ilah kecuali Dia [Ilalusyara'i' hal 490-491, Biharul Anwar jilid 5 hal
247-248].
Inilah
aqidah Thinah. Dan pada bagian akhir dituliskan: "Ambilah
pengertian ini bersamamu wahai Abu Ishaq, demi Allah sesungguhnya dia adalah
termasuk orang yang menyembunyikan rahasia kita. Dan pergilah dan jangan
diceritakan kepada siapapun kecuali seorang mukmin yang mustabshir [maksudnya
adalah orang syiah] karena jika kamu sebarkan kepada manusia artinya kamu akan
mendatangkan bencana bagi diri kamu sendiri, pada harta, keluarga dan anak kamu
sekalian" [Ilalusyara'i' hal 610, Biharul Anwar jilid 5 hal 233].
Maka hal ini
sebagaimana kita saksikan merupakan aqidah yang sangat rahasia, maka apakah
akan terlintas di benak pencetus aqidah ini bahwasanya akan terkuak di tangan
kaum sunni kemudian menyebarluaskannya pada khalayak sebagai sebuah
kebusukan...?
Bantahan terhadap keyakinan ini :
Ø Pertama, Riwayat yang saling bertentangan, sebagaimana
anda lihat dalam pertanyaan dan keluhan diatas, bahwasanya orang syiah adalah
kaum yang tenggalam dan kemaksiatan dan kemungkaran, mempunyai muamalah yang
buruk dan akhlak yang bejat, lantas bagaimana mungkin dia merupakan makhluk
yang diambilkan dari thinah yang bersih dan merupakan ciptaan yang paling suci?
Ø Kedua, Allah Ta'ala telah menciptakan manusia semuanya
berada pada fitrah Islam berfirman Allah Ta'ala:
"Maka hadapkanlah wajahmu pada din yang hanif ini, yang merupakan fitrah dari Allah yang telah diberikan kepada kepada manusia . Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah dan itulah agama yang lurus....." (Ar rum: 30)
Ø Ketiga, Dalam masalah thinah ini, syiah berarti telah
memakai faham bahwa manusia terikat atas apa yang dikerjakannya dengan sebuah
takdir, manusia tidak memiliki pilihan. Yang mana perbuatan manusia berdasarkan
thinah awalnya Padahal madzhab mereka menyatakan bahwa manusia mampu
menciptakan perbuatannya sendiri sebagaimana madzhab mu'tazilah.
Ø Keempat, riwayat-riwayat tentang thinah ini menyatakan
bahwa keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan kalangan syiah akan dibebankan
dosanya kepada kaum sunni dan kebaikan yang telah dikerjakan kamu muslimin
pahalanya akan diberikan kepada kaum syiah. Hal ini jelas sekali bertentangan
dengan keadilan Allah dan juga berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia.
Dan sangat berlawanan dengan ayat-ayat berikut:
Artinya : "Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. " (Al An'am: 164)
Artinya: "Setiap jiwa dengan apa yang telah dikerjakannya terikat." (Al Mudatsir: 38)
Artinya: "Barangsiapa yang beramal kebaikan seberat biji sawi maka Allah akan melihatnya, dan barangsiapa yang melakukan keburukan seberat biji sawi, maka Allah akan mengetahui." (Al Zalzalah: 7-8)
Artinya: "Pada hari ini akan dibalas setiap diri dengan apa yang telah diperbuatnya, tidak ada kezaliman pada hari itu." (Ghafir: 17)
Makalah ini menyatakan tentang kebusukan mereka, cukup menggambarkan bagaimana kerusakan aqidah mereka, madzhab syiah imamiyah. Sampai sekarang kaum syiah tidak malu untuk menyatakan tentang aqidah ini maka bisa didapati hal ini dalam buku mereka "Biharul Anwar" dan dalam "Al Anwar Nu'maniyah" yang dikomentari oleh pakar syiah yang menyatakan keridhoannya terhadap aqidah sesat ini.
Kita selalu menanti bantahan resmi dari hauzah ilmiyah di Qum maupun Najaf, bahwa syiah tidak meyakini keyakinan yang dijelaskan di atas. Karena hanya hauzah ilmiyah lah yang memiliki kredibilitas dan kapabalitas untuk membantahnya, bukannya orang-orang yang baru masuk syiah 7 atau 10 tahun yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar