Sering kita menghadapi pertanyaan semacam
ini:
1.
Apakah benar hewan purbakala bernama dinosaurus itu ada?
2.
Apakah benar bahwa Allah Subhanahu Wata’ala pernah menciptakan mahluq
sejenis manusia (manusia purba) sebelum nabi Adam Alaihi Salam?
3.
Dan dahulu mana antara Nabi Adam Alaihi Salam dengan Dinosaurus?
Bagaimana kita menjelaskannya.
Pertama, Realita Ada dua
Diantara prinsip yang perlu kita pahami,
bahwa realita di alam ini ada dua:
·
Realita Syar’i
Itulah semua realita yang Allah sebutkan dalam al-Quran dan sunah nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam. Meskipun realita itu tidak bisa dibuktikan dengan indera
atau logika manusia.
Kita meyakini adanya surga, neraka, malaikat, terompet sangkakala, nikmat
kubur, adzab kubur, dan perkara ghaib lainnya. Kita mengakui itu ada dan itu
realita. Sekalipun indera kita tidak pernah menangkapnya, dan logika kita tidak
manjangkaunya. Tapi kita yakin itu semua ada dan bukan khayalan.
Mengapa kita mengakui itu sebagai realita, padahal kita tidak pernah
menginderanya? Karena kita percaya dan mengimani sumber berita yang
menceritakan semua hal ghaib tersebut.
·
Realita Kauni
Itulah semua realita dan kejadian yang ada di alam dunia ini. Baik telah
kita ketahui, maupun yang belum kita ketahui.
Kita meyakini adanya listrik sekalipun kita tidak pernah melihatnya. Tapi
kita percaya itu realita karena kita bisa merasakan pengaruhnya.
Kita meyakini ada gelombang radio, sehingga radio kita bisa berfungsi atau
hp kita bisa menangkap sinyalnya. Kita percaya itu realita karena kita bisa
merasakan pengaruhnya, sekalipun kita tidak pernah melihatnya.
Kedua, Antara Klaim & Realita
Bagian ini penting untuk anda bedakan.
Tidak semua klaim, berarti itu realita. Beberapa negara kafir membuat berbagai
klaim, untuk menunjukkan kepada dunia akan kehebatan teknologinya. Terlebih
ketika terjadi perang dingin antara blok timur dan barat.
Telah menjadi rahasia bersama, sekitar
tahun 1969 Amerika dengan sangat bangganya memproklamirkan bahwa Neil Amstrong
orang pertama yang berhasil mendarat di bulan. Namun ternyata semua bukti klaim
itu hanya dusta dan kebohongan. Artinya itu bukan realita, sehingga tidak
selayaknya diyakini.
Orang syiah mengklaim, mereka memiliki
mushaf Fatimah. Namun hingga saat ini, mereka sendiri tidak bisa menunjukkan
wujud mushaf Fatimah itu. Tidak berbeda dengan yang pertama, hanya kedustaan.
Orang nasrani mengklaim, yesus mengajarkan
ajaran trinitas. Namun sungguh aneh, hingga sekarang mereka tidak bisa
menunjukkan bukti adanya ajaran itu. Tidak berbeda dengan yang pertama dan
kedua, hanya kedustaan.
Ketiga, Antara Teori & Realita
Beberapa orang kesulitan membedakan antara
teori dan realita. Sehingga tidak jarang teori diyakini sebagai realita.
Padahal tidak semua teori sesuai realita. Teori bisa bertahan dan bisa
diruntuhkan. Dulu masyarakat meyakini kebenaran teori atom Dalton, namun ketika
Thomson datang, teori Dalton mulai ditinggalkan. Ketika datang teori atom
Rutherford, punya Thomson mulai ditinggalkan. Hingga ketika postulat Neils Bohr
datang, punya Rutherford ditinggalkan.
Bertahun-tahun kita dikibuli dengan teori
evolusi Darwin. Bahwa makhluk di alam semesta ini mengalami evolusi, menjalani
hidup secara bertahap hingga menuju titik sempurna. Hingga beberapa orang
meragukan, sejatinya manusia itu keturunan Adam ataukah si kera
Pithecanthropus?
Orang tidak sadar bahwa itu hanya teori.
Dan teori bukan realita. Sayangnya, teori picisan semacam ini dijadikan doktrin
untuk anak sekolah, dimasukkan di kurikulum sekolah menengah. Meskipun
jelas-jelas ini sangat bertentangan dengan akal sehat.
Termasuk dalam kasus ini adalah perdebatan
antara madzhab heliosentris dan geosentris. Keduanya hanyalah teori. Dan sekali
lagi, teori bukan realita.
Selama tidak ada bukti empiris, posisikan
teori sebagai teori, dan jangan diyakini hingga pada dataran realita.
Keempat, Beberapa Kaidah Penting Dalam Islam
Sebelum menginjak kajian tentang
dinosaurus, kami berharap agar anda memahami 3 pengantar di atas, dan beberapa
kaidah dalam islam yang bisa kami simpulkan berikut,
1.
Islam tidak menolak realita
Satu prinsip yang perlu kita tanamkan di benak kita baik-baik, islam tidak
menolak realita. Bagaimana mungkin islam menolak realita, sementara islam
datang menjelaskan realita. Terutama realita syar’i. Dulu orang musyrikin
jahiliyah pernah meyakini 3 hal, yang semua bertentangan dengan realita. Allah
bantah keyakinan ini dalam firman-Nya,
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ وَمَا جَعَلَ
أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ وَمَا جَعَلَ
أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ
يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam
rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu
sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak
kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja.
dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang
benar). (QS. Al-Ahzab: 4)
Anda bisa cari, tidak akan ada dalil dalam al-Quran maupun hadis Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan realita. ketika ada klaim
bahwa al-Quran bertentangan dengan ‘satu realita’, maka di sana ada 2
kemungkinan,
·
Realita itu hanyalah klaim dusta yang tidak pernah ada.
·
Realita itu hanyalah sebuah teori, namun masyarakat mengganggapnya realita.
2.
Islam melarang kita untuk menebak hal yang ghaib tanpa bukti
Islam tidak membebani manusia untuk menggali hal yang ghaib. Bahkan islam
melarang keras, manusia menebak-nebak hal yang ghaib. Dan ini termasuk
berbicara tanpa dasar ilmu. Karena semua indera kita akan dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra:
36)
Dan ini menjadi prinsip penting dalam menyampaikan berita, bicara dengan
bukti, atau diam.
3.
Islam menjelaskan segala hal yang dibutuhkan manusia untuk menggapai
kebahagiaan dalam hidupnya
Kita mengakui Allah Maha Kasih Sayang terhadap hamba-Nya. Salah satu wujud
kasih sayangnya, Allah turunkan wahyu kepada mereka untuk membimbing mereka
menuju kebahagiaan hidup yang sejatinya. Karena itu, segala informasi yang ada
dalam al-Quran dan sunah, sudah cukup untuk mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan itu, tanpa ada yang kurang. Tentu saja, ini jika mereka memahaminya
dan mengamalkannya dengan baik dan benar.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا
لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri. (QS. an-Nahl: 89).
Makna: ’menjelaskan segala sesuatu’
Dalam Tafsir Jalalin dinyatakan,
بيانا لّكُلّ شَىْء يحتاج إليه الناس
من أمر الشريعة
“Maknanya, menjelaskan segala sesuatu tentang masalah syariah yang
dibutuhkan manusia.” (Tafsir Jalalin, 4/489).
4.
Keyakinan yang bertentangan dengan islam adalah dusta
Semua keyakinan dan pernyataan yang bertentangan dengan informasi syariat,
bisa kita pastikan itu adalah dusta dan kebohongan.
Dulu orang musyrik meyakini ada beberapa kriteria onta yang tidak boleh
disembelih. Padahal Allah tidak pernah menetapkan hal itu. Allah sebut itu
dusta mereka atas nama Allah,
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا
سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah,
saaibah, washiilah dan haam. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat
kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al-Maidah: 103)
Keterangan:
“bahiirah, saaibah, washiilah dan haam” adalah kriteria-kriteria onta yang tidak boleh disembelih.
5.
Sebatas teori, belum tentu sejalan dengan islam.
Karena itu, dalil al-Quran dan sunah, selayaknya tidak dipaksakan untuk
memihak satu teori tertentu yang belum jelas kebenarannya. Karena sekali lagi,
teori hanya teori, yang itu bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Bisa jadi
sekarang dianggap benar, besok dianggap salah. Atau sekarang disalahkan, besok
dibenarkan.
Padahal dalil al-Quran dan sunah tidak pernah salah dan tidak akan salah
selamanya.
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ ( ) لَا
يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ
حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. ( ) Yang tidak datang
kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fushilat: 41 –
42).
Keberadaan Manusia Purba
(dikutip dari tulisan ust Ahmad Sarwat Lc)
Tanpa harus mengkonfrontir teori
manusia purba dengan Al-Quran, sebenarnya ilmu pengetahuan terbaru sudah
mematahkannya. Beberapa temuan terakhir justru menunjukkan bahwa teori tentang
manusia purba semakin jelas kebohongannya. Bukti-bukti ilmiyah yang dahulu
sering diajukan oleh kalangan evolusionis, satu per satu kini terbantahkan.
Semakin hari semakin terkuak fakta bahwa teori manusia purba adalah sebuah
kebohongan besar.
Selama ini kita
memang dicekoki teori manusia purba dalam kurikulum pendidikan. Para
evolusionis telah merekayasa skema khayalan dengan sangat fantastis. Bahkan
seringkali dilengkapi dengan ilustrasi yang nampak sangat realistis. Konyolnya,
semua itu masuk ke dalam kurikulum pendidikan di seluruh dunia, termasuk di
dunia Islam.
Mereka memasukkan Australopithecus, ras kera yang telah punah sebagai ras
‘nenek moyang manusia’. Padahal ada jurang besar dan tak berhubungan antara
kera dan manusia.
Adapun ras manusia
primitif menurut mereka, sebenarnya hanya variasi dari ras manusia modern,
namun dibesar-besarkan sebagai spicies yang berbeda. Faktanya, tidak ada urutan
kronologis seperti itu. Banyak yang hidup pada priode yang sama yang berarti
tidak ada evolusi, bahkan ada yang lebih tua dari jenis yang diklaim sebagai
nenek moyangnya.
Tatkala para
evolusionis tak juga menemukan satu fosilpun yang bisa mendukung teori mereka,
terpaksa mereka melakukan kebohongan. Contoh yang paling terkenal adalah manusia Piltdown yang
dibuat dengan memasangkan tulang rahang orang utan pada tengkorak manusia.
Fosil ini telah membohongi dunia ilmu pengetahuan selama 40 tahun.
Kisahnya pada
tahun 1912 seorang ahli palaentologi amatir bernama Charles Dawson mengklaim
bahwa dia telah menemukan sebuah tulang rahang dan fragmen tengkorak di sebuah
lubang dekat Piltdown, Inggris. Tulang itu mirip tulang rahang hewan namun gigi
dan tengkoraknya seperti milik manusia. Spesimen ini dinamakan Manusia Piltdown dan
diduga berumur 500.000 tahun.
Rekonstruksi
terhadap manusia Piltdown dilakukan dan setelah dipajang di berbagai mueium
sebagai bukti nyata evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun sejumlah
penafsiran dan gambar dibuat. Banyak artikel ilmiyah tentang manusia piltdown
ini, termasuk 500 tesis doktor tentangnya.
Namun pada tahun
1953, hasil pengujian secara menyeluruh terhadap fosil tersebut menunjukkan
kepalsuannya. Tengkorak tersebut berasal dari manusia yang hidup beberapa ribu
tahun yang lalu, sedangkan tulang rahangnya berasal dari bangkai kera yang baru
terkubur beberapa tahun. Gigi-giginya ditambahkan kemudian agar terlihat mirip
manusia lalu persendiannya disumpal. Setelah itu seluruh fosil diwarnai dengan
potasium dokromat agar tampak kuno.
Kalau kita
menyodorkan ayat Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Quran Al-Karim
dan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasalam tentang manusia pertama, besar
kemungkinan para hamba sahaya teori evolusi akan menentangnya. Mereka akan
mencari alibi dan dalih untuk membuat penafsiran ‘lain’ alias menentang
kebenaran yang ada di dalamnya.
Berapa banyak dari
umat Islam yang masih saja percaya bahwa ada manusia sebelum nabi Adam.
Fanatisme buta kepada teori evolusi telah membuat mereka menentang apa yang
telah Allah subhanahu wa ta’ala sampaikan dalam kitab suci.
Jadi jawaban yang
benar adalah bahwa manusia purba tidak pernah ada, sebab teori evolusi juga
tidak pernah terbukti. Ada sejuta kejanggalan yang memaksa teori evolusi
termasuk teori manusia purba harus dihapus dari kurikulum pendidikan sekolah. Tidak
pernah ada makhluk asli bumi yang mengalami proses evolusi, kecuali hanya ada
di film-film Holywood saja.
(Selesai kutipan)
Dinosaurus Dalam Islam?
Selanjutnya, kita beralih ke pembahasan
masalah Dinosaurus. Benarkah binatang ini pernah tinggal di bumi ini?
Pertama, yang perlu kita tegaskan, mengenai keberadaan makhluk ini hanyalah
sebuah teori. Mereka diprediksi hidup pada masa ratusan juta tahun yang lalu.
Para ahli paleontologi menemukan berbagai fosil yang kemudian dirangkai
seperti sedemikian rupa. Kemudian dipostulatkan layaknya binatang. Dan tentu
saja, ada banyak tambahan baik dari sisi anatomi, morfologi maupun fisiologi.
Terutama yang telah difilmkan.
Kita tidak tahu sampai kapan teori ini
bertahan dan dihargai masyarakat. Yang jelas, sikapi teori ini sebagai teori,
yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah.
Kedua, Tidak dijumpai adanya satu dalil, baik dalam al-Quran maupun sunah
yang menyebutkan jenis binatang ini. Karena itu, selayaknya kita tidak
memaksakan dalil al-Quran dan sunah untuk memihak teori tersebut.
Dalam Fatwa Islam pernah disinggung tentang
Dinosaurus. Jawaban pertama yang disampaikan,
وليس في نصوص الكتاب والسنة ما يثبت أو ينفي
وجود هذه المخلوقات، وفي القرآن الكريم ما فهم منه بعض العلماء : وجود مخلوقات على
الأرض قبل آدم عليه السلام
Tidak ada dalil tegas dari al-Quran maupun
sunah yang menetapkan adanya makhluk tersebut maupun yang meniadakan
keberadaan makhluk tersebut. Dalam al-Quran, terdapat ayat yang dipahami
sebagian ulama bahwa ada makhluk yang tinggal di bumi ini sebelum kehadiran
Nabi Adam ‘alaihis salam. (Fatwa Islam, no. 166097).
Ketiga, ayat yang mengisyaratkan adanya kehidupan sebelum Adam
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti)
di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Sisi pendalilan ayat:
Allah menyebut makhluk yang akan tinggal di
bumi itu sebagai ‘khalifah’. Khalifah artinya pengganti. Karena makhluk yang
akan tinggal di bumi ini adalah pengganti bagi makhluk sebelumnya.
Para Malaikat bertanya tentang hikmah diciptakannya manusia di bumi, “Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang membuat kerusakan di dalamnya dan saling menumpahkan darah?. mereka bertanya demikian, karena mereka telah mengetahui sebelumnya ada makhluk yang karakternya seperti itu.
Imam Ibnu Utsaimin menafsirkan ayat di atas,
قول الملائكة : ( أتجعل فيها من يفسد فيها
ويسفك الدماء ) يرجِّحُ أنهم خليفة لمن سبقهم ، وأنه كان على الأرض مخلوقات قبل
ذلك تسفك الدماء وتفسد فيها ، فسألت الملائكة ربها عزّ وجلّ : ( أتجعل فيها من
يفسد فيها ويسفك الدماء ) كما فعل من قبلهم
Pertanyaan para malaikat, ”Apakah Engkau
hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya..?”
memberikan kesimpulan lebih kuat bahwa manusia adalah pengganti bagi makhluk
sebelumnya di bumi. Dan sebelumnya ada makhluk di muka bumi ini, yang mereka
menumpahkan darah dan berbuat kerusakan. Sehingga malaikat bertanya, Apakah
Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya,
sebagaimana yang dilakukan makhluk sebelumnya. (Tafsir al-Quran al-Karim, Ibnu
Utsaimin, ayat: 30).
Satu pertanyaan, siapa yang tinggal di bumi
sebelum Adam?
Tentu jawabannya makhluk yang berakal,
sebagaimana manusia. Karena mereka mendapat beban untuk beribadah kepada Allah,
sehingga terwujudlah kemakmuran di bumi. Ibnu Katsir membawakan keterangan Ibnu
Abbas dalam tafsir itu,
أول من سكن الأرض الجنُّ، فأفسدوا فيها
وسفكوا فيها الدماء، وقتل بعضهم بعضا. قال: فبعث الله إليهم إبليس، فقتلهم إبليس
ومن معه حتى ألحقهم بجزائر البحور وأطراف الجبال. ثم خلق آدم وأسكنه إياها
Makhluk yang pertama tinggal di muka bumi
adalah golongan jin. Lalu mereka berbuat kerusakan (maksiat) dan saling
menumpahkan darah, satu sama lain saling membunuh. Kemudian Allah mengutus
Iblis, lalu Iblis dan tentaranya berhasil memerangi mereka, hingga mengejar
mereka ke ujung lautan dan puncak gunung. Kemudian Allah menciptakan Adam dan
menempatkannya di bumi. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/218).
Sebagai catatan, Iblis kala itu adalah
hamba yang baik, yang rajin beribadah kepada Allah, tidak sebagaimana jin
lainnya.
Jika kita memastikan ada makhluk sebelum
Adam, bukan berarti kita memastikan ada Dinosaurus ketika itu. Karena kita
tidak memiliki data jelas, apakah binatang yang hidup di zaman sebelum Adam
itu, apakah seperti dinosaurus yang dibayangkan orang sekarang, ataukah
bentuknya lain?. Kita tidak punya data tentang itu.
Keempat, andai dinosaurus itu benar-benar ada di masa silam, kita meyakini
bahwa al-Quran maupun sunah tidak menolaknya. Karena al-Quran dan sunah tidak
menolak kebenaran. Ini jika benar-benar ada yang namanya makhluk dinosaurus
itu.
Kelima, jika kita renungkan, tahu dan tidak
tahu dinosaurus, tidaklah menambah iman maupun mengurangi iman. Karena
al-Quran dan hadis tidak menyinggung hal ini. Andai kita meyakini
dinosaurus itu ada, tidaklah keyakinan ini akan mengantarkkan kita ke surga
atau membawa kita pada kebahagiaan, demikian pula sebaliknya.
Karena itulah, seperti yang telah
dipaparkan dalam pengantar, bahwa al-Quran dan sunah telah menjelaskan segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk bisa hidup bahagia. Akan lebih berharga
jika kita gunakan waktu ini untuk mengkaji hal yang manfaat, yang kita butuhkan
dalam keseharian kita.
Demikian,
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar