Wahai Para Suami! Apakah Kau Kira
Istrimu Lebih Baik daripada Istri-Istri Nabi?
A. PENGANTAR
Kalau selama ini kehidupan rumah tangga
dinamakan dengan sebuah bahtera itu mungkin ada benarnya, karena dalam sebuah
keluarga tidak akan ada yang selamat dari adanya riak-riak kecil gelombang
lautan yang dihembuskan angin sepoi-sepoi sampai adanya sebuah badai yang
dasyat. Bersatunya dua insan yang punya karakteristik, latar belakang,
pendidikan, mental dan lainya yang mungkin serba berbeda akan banyak
menimbulkan banyak gesekan. Dari sinilah maka sebuah pertengkaran kecil,
perseteruan unik dalam keluarga sudah dianggap sebagai bumbu pelengkap
kelezatan hidup dalam kebersamaan.
Namun, kalau hal itu tidak diatasi dan
disikapi dengan bagus dan arif, maka yang namanya pertengkaran kecil itu akan
menjadi sebuah bumerang yang terkadang bisa mengkandaskan bahtera itu sebelum
sampai pada cita-cita impian bersama.
Sangat miris hati ini saat mendengar
bahwa para ibu-ibu banyak yang memakan daging suami mereka sendiri. Banyak
suasana ngobrol yang seharusnya bisa diisi dengan hal-hal yang lebih
bermanfaat, malah menjadi lainnya. Terdorong untuk menasehati sesama muslim
karena memang agama ini adalah nasehat, maka hati inipun tergerak untuk
menggugah dan tangan inipun mulailah menorehkan untaian kata-kata ini.
Pada awalnya saya agak bingung dari
siapa saya harus memulai, apakah dari suami ataukah istri, karena saya yakin
masalah ini tidak bisa dibebankan pada salah satu saja, namun karena saya
adalah laki-laki yang juga suami, maka lebih baiknya kalau saya mulai dari
jenisku sendiri para kaum suami.
Bacalah, resapilah lalu renungkanlah
mudah-mudahan ini bisa menjadi setitik obat bagi sebuah luka dan semoga rumah tangga
menjadi penuh dengan berkah baik saat senang maupun susah, baik saat lapang
maupun sempit.
B. PAHAMILAH KARAKTER ISTRIMU
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa
Muhammad seorang Rosul nan mulia telah menghabarkan kepada kita kaum laki-laki
tentang siapa sebenarnya seseorang yang selalu mendampingi kita dalam kehidupan
kita sehari-hari, dalam sebuah gambaran yang sangat indah beliau pernah
bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ : وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ
شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ
ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh
bersabda : “Berwasiatlah kalian yang baik kepada kaum wanita, karena mereka
tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang
paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya,
namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya bengkok, oleh karena
itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori 5168, Muslim :
1468)
Tahukah engkau bagaimana sebuah tulang
rusuk yang bengkok, tulang rusuk dimana-mana itu keras dan kaku, maka butuh
cara tertentu untuk bisa meluruskannya, kalau engkau meluruskanya dengan keras
dan secara langsung, tidak diragukan lagi bahwa tulang itu akan segera patah ?
kalau sekedar patahnya tulang tidaklah mengapa, namun kalau patahnya sebuah
keluarga , maka apakah maknanya ?
Namun bukan berarti itu membuat sang
suami harus menyerah beralaskan dengan bengkoknya tulang rusuk, karena
Rosululloh pun menandaskan bahwa kalau engkau biarkan maka dia akan selamanya
bengkok. Lalu bagaimana solusinya ?
Perhatikanlah hadits berikut :
Dari Samuroh bin Jundub berkata :
“Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya wanita itu tercipta dari tulang rusuk,
maka jika engkau meluruskannya niscaya engkau akan mematahkanya, oleh karena
itu ambillah sikap mudaroh , niscaya engkau akan bisa hidup dengannya.” (HR.
Ibnu Hibban : 1308 dengan sanad yang shohih)
Berkata Al Hafidl Ibnu Hajar, “Al
Mudaroh” adalah bersikap basa-basi dan lunak.
Beliau juga berkata : “Hadits ini
menunjukkan akan diperintahkan bersikap mudaroh kepada wanita untuk mengambil
hati dan menggait simpatinya. Hadits ini juga menunjukan bahwa cara
bersikap dengan wanita harus banyak memaafkan dan bersabar akan
kebengkokannya. Dan barang siapa yang menginginkan untuk meluruskannya
niscaya dia tidak akan bisa hidup bersama mereka, padahal tidak mungkin
ada seorang pun laki-laki yang bisa hidup tanpa wanita, disini seakan-akan
Rosululloh bersabda bahwasannya hidup senang bersama seorang istri tidak
mungkin bisa dicapai kecuali harus dengan bersabar atas kekurangannya.”
(Lihat Fathul Bari 9/254 dengan sedikit perubahan)
·
Sikap mudaroh yang dituntunkan oleh
Rosululloh ini mempunyai konsekwensi berikut ini :
- Bukankah seorang mulim itu lembut tutur kata dan
sikapnya ?
- Bertuturlah yang lembut kepada istrimu! Kaum
laki-laki saja senang dengan kelembutan kata dan ucapan, apalagi wanita
yang memang diciptakan dengan segala kelemahlembutannya ?
- Bukankah Rosululloh adalah suri tauladan bagi kita
semua. Camkanlah hadits berikut ini !
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَاحِشًا وَلَا لَعَّانًا وَلَا سَبَّابًا
Dari Anas bim Malik berkata : “Rosululloh itu bukan
orang keji ucapannya, juga bukan orang yang suka melaknat dan mencela.”
(HR. Bukhori : 6046)
Dari sinilah, Rosululloh juga bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا
رَضِيَ مِنْهَا
Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh bersabda : “Janganlah
seorang laki-laki mu’min mencela seorang wanita mu’minah, karena jika dia tidak
suka salah satu perangainya maka dia akan ridlo dengan perangainnya yang lain.”
(HR. Muslim : 1469, Ahmad : 8163)
Alangkah bagusnya apa yang dikatakan oleh Hasan Al Bashri
:
“Nikahkanlah anakmu dengan orang yang agamanya bagus,
karena jika dia mencintainya maka dia akan memuliakannya sedangkan jika tidak
mencintainya maka tidak akan mendholiminya.”
Lihatlah bagaimana Rosululloh bersikap lembut kepada
istri-istrinya, meskipun dalam suasana yang melelahkan, dalam
sebuah perjalanan.
Dari Aisyah berkata : “Saya keluar bersama Rosululloh
dalam sebuah berjalanan, dan saat itu saya masih kecil belum gemuk, maka beliau
berkata kepada para sahabat lainnya : “Berangkatlah kalian terlebih dahulu,
kemudian beliau berkata kepadaku : “Kemarilah, ayo kita lomba lari.” Maka saya
pun meladeni lomba bersama beliau dan saya bisa mendahului beliau, sehingga
tatkala saya sudah menjadi gemuk, sayapun keluar lagi bersama Rosululloh dalam
sebuah perjalanan, lalu beliau berkata kepada para sahabatnya : “Majulah kalian
terlebih dahulu, kemudian beliau berkata kepadaku : “Kemarilah kita lomba lari
lagi.” Namun kali ini beliau mendahuluiku. Maka Rosululloh tertawa seraya
berkata : “Ini sebagai balasan kekalahan yang dahulu.” (HR. Ahmad 6/264,
Abu Dawud : 2578, Ibnu Majah : 1979)
·
Sikap lembutnya Rosululloh sampai pada tingatan beliau
membiarkan Aisyah untuk bermain dengan boneka-boneka mainannya.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا
قَالَتْ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ أَوْ
خَيْبَرَ وَفِي سَهْوَتِهَا سِتْرٌ فَهَبَّتْ رِيحٌ فَكَشَفَتْ نَاحِيَةَ
السِّتْرِ عَنْ بَنَاتٍ
لِعَائِشَةَ لُعَبٍ فَقَالَ مَا هَذَا يَا عَائِشَةُ قَالَتْ بَنَاتِي وَرَأَى بَيْنَهُنَّ فَرَسًا لَهُ
جَنَاحَانِ مِنْ رِقَاعٍ فَقَالَ مَا هَذَا
الَّذِي أَرَى وَسْطَهُنَّ قَالَتْ فَرَسٌ قَالَ وَمَا هَذَا الَّذِي
عَلَيْهِ قَالَتْ جَنَاحَانِ
قَالَ فَرَسٌ لَهُ جَنَاحَانِ قَالَتْ أَمَا سَمِعْتَ أَنَّ لِسُلَيْمَانَ خَيْلًا لَهَا أَجْنِحَةٌ
قَالَتْ فَضَحِكَ حَتَّى رَأَيْتُ نَوَاجِذَهُ
*
Dari Aisyah berkata : “Rosululloh datang dari perang Tabuk
atau Khoibar dan saat itu di kamarku ada kain penutup, lalu berhembuslah angin
dan membuka bagian yang tertutupi berupa boneka-boneka kecil milik Aisyah, maka
Rosululloh bersabda : “Apa ini wahai Aisyah ? Aisyah menjawab : “Boneka-boneka
milikku.” Lalu Rosululloh melihat diantaranya ada kuda yang punya dua sayap
yang terbuat dari kulit, maka Rosululloh bersabda : “Apa yang berada
ditengah-tengah itu ? Aisyah menjawab : “Kuda.” “Lalu apa itu ? Tanya
Rosululloh selanjutnya. Aisyah menimpali : “Dua sayap.” Maka Rosululloh
bertanya lagi : “Emangnya ada kuda yang punya dua sayap ?.” Maka Aisyah
menjawab : “Tidakkah engkau mendengar bahwa bahwa Nabi Sulaiman punya kuda yang
punya banyak sayap ? maka Rosululloh pun tertawa sampai nampak gigi geraham
beliau.”
(H.R. Abu Dawud 4932)
Lihatlah wahai saudaraku bagaimana, Rosululloh bersikap
dengan seorang istri, penuh dengan kelembutan, senda gurau, rileks dan
lainnya.
·
Tidak sampai disitu saja, bahkan Rosululloh memanggil
teman-teman Aisyah untuk bermain boneka bersama.
Dari Ummul mu’minin Aisyah berkata : “Saya bermain
boneka berbentuk anak wanita disisi Rosululloh, dan saya juga mempunyai
teman-teman wanita yang bermain bersamaku, dan jika Rosululloh masuk maka
mereka bersembunyi lalu Rosululloh mengutus mereka untuk bersamaku lalu
merekapun bermain lagi denganku.”
C. APAKAH ISTRIMU LEBIH BAIK DARIPADA
UMMAHATUL MUKMININ?
Saya sangat heran kepada sebagian ikhwan yang tatkala sebelum menikah
dia membayangkan bahwa kalau nantinya dia sudah menikah dengan seorang
akhwat yang banyak belajar agama, maka hidupnya hanya akan berisi
ketentraman dan keindahan tanpa adanya pertengkaran , keributan dan lainnya.
Ada yang sering mereka katakan,
“Bukankah para akhwat itu tahu bahwa seorang istri yang sholihat adalah kalau
dilihat oleh suami maka akan menyenangkannya, kalau diperintah oleh suami maka
akan mentaatinya, kalau ditinggal pergi oleh suami maka dia akan menjaga diri
dan hartanya, sebagaimana dalam sebuah hadits dari Rosululloh ?
Untuk ikhwan semacam itu saya katakan,
“Apakah istri anda lebih bagus daripada para wanita sahabat
bahkan lebih bagus dari pada para ummahatul mu’minin?”
“Apakah kehidupan Rosululloh lepas dari
permasalahan rumah tangga?”
“Lihatlah bukankah telah terjadi perceraian
dikalangan para sahabat?
“Bukankah sampai terjadi khulu’
(tuntutan cerai dari pihak istri ) di zaman Rosululloh?”
“Bukankah Rosululloh pernah bertengkar
dengan istrinya selama sebulan penuh?
“Dan bukankah Rosululloh pernah menceraikan
Hafshoh binti Umar meskipun kemudian beliau merujuknya kembali ?
·
Wallohi, seseorang yang menginginkan kehidupan kayak
begitu, saya khawatir kekecewaan dia akan menjadi sangat besar dan luka dia
akan menjadi sangat lebar.
Perhatikanlah, ya akhi riwayat
berikut ini :
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya Abu
Bakr datang minta izin untuk bertemu dengan Rosululloh , dan beliau menemukan
para sahabat sedang duduk-duduk dipintu rumah beliau, mereka tidak diizinkan
masuk, namun Abu Bakr diizinkan masuk, ternyata beliau menemukan Rosululloh
sedang duduk terdiam dan disekitar beliau ada istri-istrinya, lalu Umar pun
datang dan beliau diizinkan masuk dan Rosululloh pun masih duduk terdiam, Abu
Bakr berkata : “Wallohi saya akan membuat Rosululloh tertawa.” maka beliau
berkata : “Wahai Rosululloh, Apa pendapatmu sendainya putrinya Khorijah (istri
Abu Bakr) minta nafkah kepadaku, namun saya malah bangkit dan menohok lehernya
? maka Rosululloh pun tertawa seraya berkata : “Sebagaimana engkau lihat, semua
istriku minta tambahan nafkah kepadaku.” Maka Umar pun bangkit dan menohok
leher Hafshoh , begitu pula Abu Bakr dengan Aisyah, keduanya berkata : “Mengapa
kalian minta kepada Rosululloh yang tidak beliau punyai ? maka keduanya
menjawab : “Wallohi, kami tidak minta yang tidak beliau punyai.” Lalu
Rosululloh memisahkan diri dengan mereka selama satu bulan, kemudian turunlah
firman Alloh :
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ
قُل لأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ
أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلاً {28} وَإِن كُنتُنَّ
تُرِدْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ
وَالدَّارَ اْلأَخِرَةَ فَإِنَّ اللهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيم
Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan
perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah [1213] dan aku
ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki
(keredhaan) Alloh dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka
sesungguhnya Alloh menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala
yang besar.” (QS. Al Ahzab : 28,29 )
Maka Rosululloh memulainya dengan Aisyah
: “Saya kepingin menyampaikan kepadamu sebuah perkara, jangan tergesa-gesa
memutuskan sebelum engkau minta pendapat kedua orang tuamu.” Aisyah berkata :
“Apa itu Wahai Rosululloh.” Maka Rosululloh membaca ayat ini , lalu Aisyah
berkata : “Apakah mengenai engkau saya harus minta pendapat kedua orang tuaku,
bahkan saya pilih Alloh, Rosul Nya dan kampung akhirat, tapi saya mohon kepada
njenengan agar jangan bilang pada satupun istrimu dengan jawabanku ini.” maka
Rosululloh menjawab : “Tidak ada seorangun diantara mereka yang bertanya
mengenai ini kecuali akan aku jawab, karena saya tidak diutus oleh Alloh untuk
menyulitkan namun Alloh mengutusku untuk mengajar dan membuat kemudahan.”
(HR. Muslim : 1478)
Lihatlah Fathimah binti Rosululloh, kesayangan
Rosululloh dan penghulu wanita ahli surga. Namun, lihatlah kasus
ini:
عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ قَالَ مَا كَانَ لِعَلِيٍّ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ
مِنْ أَبِي تُرَابٍ وَإِنْ كَانَ لَيَفْرَحُ بِهِ إِذَا
دُعِيَ بِهَا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام فَلَمْ
يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ
أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ فَقَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ
فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ
عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ
رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ فَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ
عَنْهُ وَهُوَ يَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَاب
Dari Sahl bin Sa’d berkata : “Nama yang
paling dicintai Ali bin Abi Tholib adalah Abu Turob (Bapak tanah) dan dia
sangat senang kalau dipanggil dengan nama itu. Karena suatu ketika Rosululloh
datang ke rumah Fathimah namun beliau tidak menemukan Ali dirumah, lalu
Rosululloh bertaya : “Dimana sepupumu (Ali) ? Fathimah menjawab : “Kami sedang
ada masalah, lalu dia marah kepadaku, kemudian dia keluar dan tidak tidur siang
dirumah.” Maka Rosululloh berkata pada seseorang : “Carilah, dimana dia ? Maka
orang itupun datang seraya berkata : “Wahai Rosululloh , Ali tidur di masjid.”
Maka Rosululloh pun datang dan saat itu baju beliau terjatuh ketanah, maka
beliau pun kena tanah, maka Rosululloh mengusapnya dan mengatakan : “Bangun
wahai Abu Turob, bangun wahai Abu Turob.”
(HR. Bukhori : 6280, Muslim : 2409)
Ini cuma dua kasus dari sekian banyak
yang ada, yang terjadi pada zaman yang mulia dan dilakoni oleh orang-orang
mulia, apakah engkau bisa mengambil pelajaran darinya?
C. BELUM TENTU ITU KEWAJIBAN MEREKA
Masak, nyapu rumah, cuci piring, cuci
ompol anak sudah menjadi kelaziman umum bahwa itu tugas istri, saya tidak
hendak membahas masalah ini, karena ada tempatnya tersendiri insya Alloh, yang
disitu insya Alloh anda akan mengetahui bahwa para ulama’ berselisih tajam
apakah semua itu tugas istri ataukah suami, namun anggaplah kita ambil pendapat
yang mengatakan bahwa itu semua adalah tugas istri dirumah, namun apakah dengan
begitu maka berarti seorang suami lepas tangan seraya berkata :
“Itukan tugas dan tanggung jawabmu,
tugasmu adalah tugasmu dan tugasku adalah tugasku.” kemudia dengan alasan
semacam itu, maka selama suami berada dirumah sepulang kerja atau hari libur
maka seakan-akan itu adalah waktu istirahat total yang tidak boleh diganggu ?
Wallohi, tidak wahai saudaraku !!! Lihatlah panutan kita Rosululloh, orang yang sangat
sibuk ngurusi dakwah sekaligus ngurusi ummat , bagaimanakah beliau dalam
rumahnya ?
Aisyah menceritakan kepada kita apa yang
beliau kerjakan :
Ibrohim bin Aswad berkatanya kepada
Aisyah : “Apakah yang dikerjakan oleh Rosululloh saat bersama keluarganya?
Aisyah menjawab : “Beliau mengerjakan pekerjaan keluarganya, lalu
apabila tiba waktu sholat beliau keluar rumah untuk sholat.”
(HR. Bukhori : 6039)
Bukankah Rosululloh juga pernah menjahit
bajunya sendiri …?
Bukankah para sahabat Rosululloh juga
melakukan hal yang sama … ?
·
Akhil Aziz, mengaji, ta’lim, kerja kantor dan lainnya
adalah sebuah kewajiban, namun ngurusi keluarga juga sebuah kewajiban,
orang yang bijak adalah orang yang bisa menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya.
Lihatlah hadits Handlolah berikut ini :
عَنْ حَنْظَلَةَ
الْأُسَيِّدِيِّ قَالَ وَكَانَ مِنْ
كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقِيَنِي
أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ
أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ
قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى
كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ
فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ
هَذَا فَانْطَلَقْتُ أَنَا
وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ نَافَقَ
حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا ذَاكَ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ
عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ
عِنْدِكَ عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ
وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى
مَا تَكُونُونَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي
طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
*
Dari Handlolah Al Usayyidi
(beliau adalah salah satu penulis wahyu Rosululloh ) berkata : “Abu Bakr
bertemu denganku lalu berkata: “Bagaimana khabarmu wahai Handlolah?
Saya menjawab : “Handlolah telah
munafiq.”
Berkata Abu Bakr : “Subhanalloh, apa
yang barusan engkau katakan tadi?.”
Saya menjawab : “Kalau kita sedang
bersama Rosululloh, lalu beliau mengingatkan kita akan neraka dan surga
seakan-akan kita melihatnya secara langsung, namun apabila kita pulang kita
tersibukan dengan istri, anak dan pekerjaan, maka banyak yang kita lupakan.”
Maka Abu Bakr berkata : “Wallohi, saya
pun demikian.”
Maka saya dan Abu Bakr datang menemui
Rosululloh , lalu saya berkata : “Wahai Rosululloh , Handlolah telah munafiq ?
Rosululloh bertanya : “Emangnya kenapa ?”
Saya jawab : “Wahai Rosululloh, Kalau
kami sedang bersamamu , engkau ingatkan kami akan neraka dan surga maka
seakan–akan kami melihatnya secara langsung, namun apabila kita pulang lalu
kami tersibukkan dengan istri, anak, dan pekerjaan maka kami banyak lupa.”
Maka Rosululloh bersabda :
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan
Nya, seandainya kalian tetap seperti saat kalian bersamaku, niscaya para
malaikat akan menyalami kalian saat ditempat tidur maupun di jalanan. Akan
tetapi wahai Handlolah, sekali tempo, sekali tempo (tiga kali).”
(HR. Muslim 2750)
Kalau beribadah terus menerus, puasa
terus menerus, sholat terus menerus dengan meninggalkan keluarganya saja
dilarang oleh Rosululloh, lalu bagaimana dengan lainnya ?
Ummul mu’minin Aisyah menceritakan kepada kita tentang kisah antara Utsman
bin Madh’un dengan istrinya, beliau berkata :
“Datang kepadaku Khuwailah binti
Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin Al Auqoshi as Sulmiyah, dan dia itu
adalah istrinya Utsman bin Madh’un, lalu Rosululloh melihat lusuhnya
penampilah Khuwailah. Maka beliau bertaya : “Wahai Aisyah, alangkah
lusuhnya penampilan Khuwailah.”
Maka saya menjawab : “Wahai Rosululloh ,
dia itu bagaikan seorang wanita tak bersuami, karena suaminya selalu
berpuasa pada waktu siang dan selalu sholat pada waktu malam, maka dia itu
seakan-akan tidak punya suami. Oleh karena itu dia biarkan dirinya dan tidak
diurus.”
Maka Rosululloh mengirim utusan memangil
Utsman bin Madh’un. Dia pun datang.
Maka, Rosululloh bertanya: “Wahai Utsman
, apakah engkau membenci sunnahku?
Dia mejawab : Demi Alloh, tidak wahai
Rosululloh, bahkan sunnahhmu lah yang saya cari.”
Maka, Rosululloh bersabda : “Namun saya
tidur dan sholat, puasa dan berbuka. Saya juga menikah dengan wanita.
Takutlah engkau kepada Alloh wahai Utsman, karena keluargamu mempunyai hak
yang harus engkau penuhi, tamumu pun mempunyai hak yang harus engkau penuhi
dan dirimu juga mempnyai hak yang harus engkau tunaikan, maka puasa dan
berbukalah, sholat dan tidurlah.”
(HR. Ahmad : 26839 dengan sanad shohih)
D. HARGAI DAN JANGAN CARI-CARI
KESALAHAN!
Saat Rosululloh pulang dari masjid, lalu
datang ke rumah Aisyah dan bertanya :
“Wahai Aisyah, apakah ada makanan ?
Maka, Aisyah menjawab :“Tidak ada makanan apa-apa wahai Rosululloh, maka
Rosululloh bersabda : “Kalau begitu saya puasa.” (HR. Muslim : 1451)
Terkadang banyak masalah kecil yang
bisa memicu permasalahan suami istri. Makanan misalnya, mungkin seorang istri
sudah capek-capek masak sambil momong anak, namun tatkala suami datang dan
mencicipi makanan, lalu dengan enteng dia mengatakan,
“Masakannya nggak enak”,
” Masak masak sayur rasanya begini”,
atau kata yang senada…
Tentu akan sangat menyakitkan.
Kenapakah kita tidak berusaha meniru
jejak Rosululloh?
عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ
فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ
بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ
*
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya
Rosululloh minta lauk pada keluarganya, namun mereka mengatakan : “Kita tidak
punya apa-apa kecuali cuka.” Maka Rosululloh pun tetap memintanya dan beliau
makan dengannya, seraya berkata : “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik
lauk adalah cuka.”
(HR. Muslim : 2052)
Apakah benar bahwa cuka adalah
sebaik-baik lauk? Tentu semua orang mengatakan tidak, karena daging, keju dan
lainya jauh lebih baik, namun kenapa Rosululloh mengatakan hal itu pada
istrinya?
Di antara yang bisa ditangkap adalah
untuk menyenangkan , menghargai dan tidak melukai hatinya,
bukankah beliau yang mengajarkan untuk tidak mencela makanan?
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
*
Dari Abu Huroiroh berkata :
“Rosululloh sama sekali tidak pernah
mencela makanan, jika beliau senang maka beliau makan, namun jika tidak maka
beliau tinggalkan.” (HR. Bukhori :5409 , Muslim : 2046)
Rosululloh juga mengajarkan kepada kita
kalau pulang dari perjalanan agar jangan pulang mendadak tapi harus terlebih
dahulu memberitahukan akan kedatangannya.
Dari Jabir bin Abdillah berkata :
“Rosululloh bersabda : “Apabila salah
seorang diantara kalian pergi lama, maka janganlah dia pulang mendadak pada
waktu malam.”
(HR. Bukhori : 5244)
·
Ada apakah gerangan (maksud hadits di atas -ed)? Jawabnya,
supaya tidak membuka jalan bagi suami untuk mencari-cari kesalahan si istri,
atau mungkin agar suami tidak melihat istrinya dalam keadaan yang tidak
menyenangkan.
E. DALAM KISAH MEREKA TERDAPAT SEBUAH
PELAJARAN
·
Syaikh Mahmud Mahdi al Istanbuli dalam Tuhfatus Arus menceritakan sebuah
kisah yang sangat menarik
Ada seorang laki-laki yang datang keada
Amirul Mu’minin Umar bin Khothob dan berkata : “Saya sudah tidak lagi mencintai
istriku“.
Maka, Umar berkata : “Sesungguhnya
sebuah rumah tangga itu tidak cukup dibangun berdasarkan cinta saja.”
Engkau benar wahai Amirul Mu’minin,
memang tidak selamanya dengan cinta, namun ada pengorbanan, terdapat pengabdian
serta ditemukan perjuangan.
·
Imam Ibnul Jauzi
dalam Shoidul Khothir menyebutkan sebuah judul yang unik dan
menarik : “Bagaimana engkau bersikap pada istri yang tidak engkau cintai.” Ada
banyak kisah yang beliau ceritakan , namun saya petik beberapa diantaranya :
Ada seseorang yang bertanya kepada Abu
Utsman An Naisaburi : “Apakah amal perbuatanmu yang paling engkau harapkan
pahalanya? Dia menjawab : “Dahulu saat saya masih remaja, keluargaku sangat
bersemangat menikahkanku namun saya menolak, kemudian datanglah kepadaku
seorang wanita dan berkata, “Wahai Abu Utsman , saya mencintaimu, dan saya
mohon atas nama Alloh agar engkau menikahiku.
Berkata Abu Utsman, “Lalu sayapun
mendatangi bapaknya, ternyata dia itu orang fakir, lalu dia menikahkan aku dan
dia sangat gembira. Lalu saat istriku masuk menemuiku ternyata dia itu WANITA
YANG “SANGAT JELEK” namun cara pergaulannya kepadaku membuatku tidak bisa
keluar. Maka, saya pun tetap berada di tempat dan saya tidak menampakkan
kebencian padanya, meskipun sebenarnya hatiku seperti berada di atas
tungku api karena memendam kebencian padanya. Saya tetap melakukan itu
semua selama lima belas tahun sehingga dia meninggal dunia. Oleh karena itu,
tidak ada amal perbuatan yang paling saya harapkan pahalanya melainkan saat
aku menjaga perasaan hatinya.”
F. AKHIR KALAM
Tiada kata yang paling pantas untuk ku
tutup nasehat ini kecuali sabda Rosululloh :
أكمل المؤمنين إيمانا
أحسنهم خلقا و خياركم خياركم لنسائكم
“Orang mu’min yang paling sempurna
keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik di
antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
(HR. Ahmad 2/472 dari Abu Huroiroh
dengan sanad shohih)
Wallohul Muwaffiq Wallohu A’lam
Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu
Yusuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar