Juga Untukmu Wahai Para Istri…
A. PENGANTAR
Terasa tidak adil kalau ada sebuah
ketidak harmonisan dalam sebuah rumah tangga lalu kita limpahkan tanggung jawab
pada salah satunya saja, karena harus diakui minimalnya suami maupun istri
punya andil didalamnya.
Kisah yang saya sebutkan diawal
pembahasan pada edisi lalu tentang para ibu-ibu yang memakan daging suami
mereka sendiri dalam suasana obrolan mereka dengan lainnya tidak mesti hanya
kesalahan suami mereka, bahkan sangat mungkin si suami sudah berbuat yang benar
namun si istri lah yang tidak pernah mengerti dan memahami.
Maka pada edisi ini saya tujukan untaian
nasehat ini kepada para istri, semoga semuanya bisa menjalankan apa seharusnya
dia kerjakan, sehingga yang lainnya akan mendapatkan apa yang seharusnya di
dapatkan.
Wallohul Muwaffiq
B. TERIMA KODRATMU DAN
PAHAMILAH POSISIMU
Semoga Alloh merohmati orang yang bisa
menempatkan dirinya pada tempatnya yang tepat, saat sebagai suami dia
mengetahui bahwa dia adalah seorang suami yang wajib mempergauli istrinya
dengan baik, demikian juga tatkala dia sebagai istri, dia mengetahui hak dan
kewajiban serta tanggung jawabnya yang besar dengan benar.
Sangat miris hati ini tatkala ada
sebagian istri yang mengatakan :
“Enak ya jadi suami, setiap hari keluar
rumah, bisa berganti-ganti suasana, berbeda dengan istri yang setiap hari di
rumah dan hanya berkutat dengan dapur dan anak.”
Atau kalimat yang senada
Ketauhilah wahai ukhtil
muslimah !!!
Alloh Ta’ala dan Rosululloh telah
menempatkanmu pada posisi yang mulia. Perhatikanlah hadits berikut ini :
عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ
شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ
أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Dari Abdur Rohman bin Auf berkata :
Rosululloh bersabda : “Apabila seorang wanita sholat lima waktu, puasa
bulan Romadhon, menjaga farjinya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan
kepadanya : Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja engkau kehendaki.”
(HR. Ahmad 1664 dengan sanad hasan.
Lihat adabuz Zafaf oleh Syaikh Al Albani hal : 286)
Jalan menuju surga, tempat yang penuh
dengan ketenangan dan keindahan nan kekal dan abadi telah dibentangkan
dihadapanmu, yang salah satu jalanya adalah taat pada suami
Sadarilah olehmu bahwa dimanapun Alloh
dan Rosululloh menyebutkan tentang dirimu pasti menyebutkan tentang ketaatan
kepada suami. Terlalu banyak ayat dan hadts yang membicarakan tentang ini dan
saya kira engkau sudah megetahuinya.
Maka sadarlah, bahwa engkau adalah
seorang istri….
Sekali lagi engkau adalah seorang istri
yang seharusnya selalu taat kepada suamimu selagi dia tidak memerintahkan
kepada kemaksiatan….
C. PAHAMILAH SUAMIMU
- Seorang suami telah dikodratkan oleh Alloh untuk
menjadi kepala keluarga, dialah yang diberi kewajiban oleh Alloh dan Rosul
Nya untuk memberi nafkah kepada istri dan anaknya. Yang mana hal ini
berkonsekwensi wajib bagi dia untuk mencari pekerjaan, yang terkadang pada
zaman seperti sekarang ini tidak semua orang mendapatkan usaha yang sesuai
dengan bidangnya. Betapa banyak sarjana yang pekerjaanya di luar
keahliannya, apalagi lainnya !!!
- Sulitnya mencari pekerjaan dan capeknya bekerja
diluar rumah bagi sang suami akan terasa ringan kalau didukung secara
moril oleh si istri, beban dia akan menjadi sedikit ringan secara
psikologis kalau istrinya ikut mendukung dan senang dengan apa yang dia
kerjakan sekarang.
- Namun kalau kebalikannya? Cobaah bayangkan, kalau
suami sudah capek-capek cari pekerjaan, sudah sangat lelah diluar rumah
tiba-tiba sampai rumah ditumpuki lagi dengan sikap istrinya yang sangat
tidak mengenakkan.
Wahai saudariku ….
Yang harus engkau perhatikan juga, bahwa
sebuah pernikahan adalah mengumpulkan dua insan yang berbeda, berbeda dalam
jenis kelaminnya, berbeda dalam karakter dasarnya, berbeda dalam latar belakang
keluarganya, berbeda dalam latar belakang lingkungan dan pendidikannya, berbeda
dalam unsur-unsur yang mempengaruhi jiwa dan pikirannya, dan mungkin berbeda
dalam cara pandang dan cita-citanya serta perbedaan-perbedaan lainnya.
Akan sangat mustahi kalau
ditemukan sepasang suami istri yang benar-benar sama dalam segala
sesuatu.
- Siapakah contoh keluarga yang benar-benar kita
jadikan panutan ? bukankah keluarganya Rosululloh? Meskipun begitu,
apakah selamat dari berbagai macam perbedaan semacam ini ? Tidak
wahai saudariku.
Yang bisa dilakukan adalah saling
memamami dan menghargai, wahai suami pahamilah istrimu dan wahai istri
pahamilah suamimu.
Saat si suami harus keluar malam, saat
dia harus meningalkan rumah barang satu mingu atau dua minggu untuk sebuah
keperluan yang bermanfaat, maka sadarilah kalau memang itu adalah tugas dan
kewajibannya yang butuh dukungan dan kerelaan darimu.
Bukankah Rosululloh bersabda :
“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa
membuatmu senang saat engkau pandang, mentaatimu saat engkau perintahkan dan menjaga
dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.”
(HR. Thobroni dengan sanad shohih, Lihat
Shohihul Jami’ : 3299)
Begitu pula sebaliknya, saat si istri
harus ngambek, karena ada sesuatu yang membuatnya tidak senang, maka
wahai suami sadarilah bahwa itu adalah pembawaan fithroh wanita yang
tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, yang kalau engkau sikapi
dengan keras saat itu maka segera akan patah dan rusak.
Jangan pernah berpikir bahwa salah satu
dari suami maupun istri berfikir bahwa yang lainnya harus sama persis dengannya
kayak kertas foto copi, karena kalau itu yang engkau inginkan, maka
bukannya akan membuatmu senang namun akan semakin sensitif dengan segala
perbedaan.
D. TEGANYA KAU MAKAN
DAGING SUAMIMU SENDIRI
Suatu ketika Rosululloh berjalan-jalan
bersama Ummul Mu’minin Aisyah, Lalu Aisyah mengatakan : “Cukuplah bagimu bahwa
Shofiyah itu begini dan begitu (maksudnya bahwa dia itu pendek).”
Maka Rosululloh bersabda : “Engkau
barusan mengucapkan sebuah kalimat, seandainya dicelupkan ke lautan pasti akan
berubah warnanya.”
(HR. Bukhori Muslim)
Perhatikanlah ucapan ghibah yang
“tidak seberapa” ini yang dikatakan oleh Aisyah, wanita yang paling
dicintai oleh Rosululloh. Namun, beliau tetap mengatakan sebagaimana
di atas. Lalu, bagaimana kalau seandainya yang melakukan hal ini adalah seorang
istri untuk membongkar aib suaminya sendiri?
Kalau seandainya engkau membongkar aib
suamimu untuk mencari sebuah solusi, dengan cara menyampaikannya kepada
seseorang yang diperkirakan dapat membantunya menasehati si suami, atau menahan
kedlolimannya kalau memang dia begitu, maka itu adalah sesuatu yang sangat
baik, sebagaimana pernah dilakukan oleh Hindun Binti Utbah.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ
هِنْدَ بِنْتَ عُتْبَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ وَلَيْسَ
يُعْطِينِي مَا يَكْفِينِي وَوَلَدِي إِلَّا مَا أَخَذْتُ مِنْهُ وَهُوَ لَا يَعْلَمُ فَقَالَ خُذِي مَا يَكْفِيكِ
وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ
Dari Aisyah bahwasannya Hindun Binti Utbah
berkata : “Wahai Rosululloh, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang sangat
kikir, dia tidak memberikan kepadaku nafkah yang cukup bagiku dan bagi anakku
kecuali kalau saya mengambilnya tanpa sepengetahuan dirinya.”
Maka Rosululloh bersabda : “Ambillah
yang cukup untukmu dan anakmu dengan cara yang baik.” (HR. Bukhori : 5346,
Muslim : 1714)
Alloh Ta’ala menggambarkan bahwa orang
yang mengghibah orang lain adalah seperti memakan daging bangkainya,
perhatikanlah firman Aloh :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ
الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمُُ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا
أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ
أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ
Wahai orang-orang yang beriman jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian
diantara kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentunya kamu merasa
jijik dengannya. Dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al Hujurot : )
Kalau memang begitu tegakah engkau
memakan daging bangkai seseorang yang banyak berbuat kebaikan kepadamu ???
D. SUNGGUH! HAKNYA ATAS
DIRIMU SANGATLAH BESAR…
Bagi yang sedikit saja mengetahui
ayat-ayat Alloh dan Sunnah Rosululloh tentang hubungan suami istri, niscaya
akan mengetahui bahwa hak suami atas istrinya sangatlah besar. Saya sebutkan
beberapa diantaranya sebagai sebuah nasehat dan peringatan bagi semuanya karena
memang agama ini adalah sebuah nasehat sebagai sabda Rosululloh kita.
Alloh juga berfirman :
“Berilah peringatan, karena sebuah
peringatan itu akan bermanfaat bagi insan yang beriman.”
(QS. Adz Dzariyat : 55)
Di antara hak suamimu yang
seharusnya engkau tunaikan adalah :
1. Jagalah kehormatan dan harga dirinya, juga urusilah
anak-anak, rumah dan hartanya
Perhatikanlah firman Alloh :
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا
حَفِظَ اللهُ
“Wanita yang sholihat adalah yang taat
kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Alloh
telah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Rosululloh bersabda :
“Seorang wanita adalah pemimpin dirumah
suaminya dan bertangung jawab atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhori Muslim)
2. Berpenampilanlah yang
menyenangkan dihadapannya, senyumlah jangan masam muka, bersikap manislah dan
jangan menyebalkan
Rosululloh bersabda :
“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa
membuatmu senang saat engkau pandang, mentaatimu saat engkau perintahkan dan
menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.”
(HR. Thobroni dengan sanad shohih, Lihat
Shohihul Jami’ : 3299)
Berkata Syaikh Abdul Adhim al Badawi
:
“Sesuatu yang sangat mengherankan kalau
seorang istri tidak memperhatikan penampilannya dihadapan suaiminya, namun
kalau mau keluar dia sangat perhatian dengan penampilannya, sehingga benarlah
kalau ada yang mengatakan : “Kera kalau dirumah namun kijang kalau dijalanan 1.”
, Wahai hamba wanita Alloh, takutlah kalian kepada Alloh daam hak suamimu atas
dirimu.”
3. Jangan izinkan masuk
rumahmu seseorang yang dibenci suamimu
Rosululloh bersabda :
“Hak kalian (para suami) atas para istri
adalah tidak mengizinkan masuk rumah kalian orang-orang yang kalian benci.”
(Potongan khutbah haji wada’ Rosululloh
yang panjang)
4. Jangan bilang kepada
siapapun tentang sesuatu yang menjadi rahasia kalian berdua, terutama yang
berhubungan dengan urusan ranjang.
Perhatikanlah riwayat hadits berikut :
Dari Asma’ binti Yazid berkata :
“Banyak laki-laki dan wanita yang
duduk-duduk bersama Rosululloh, lalu Rosululloh bersabda : “Barangkali ada
seorang laki—laki yang menceritakan sesuatu yang dia lakukan dengan istrinya,
begitu juga istri barangkali ada yang menceritakan apa yang dia lakukan dengan
suminya.”
Saya berkata : “Wahai Rosululloh, demi Alloh,
baik suami maupun istri banyak yang melakukannya.”
Maka Rosululloh bersabda : “Janganah
kalian lakukan, permisalan orang semacam itu adalah semacam setan yang
bertemu dengan setan wanita dijalan lalu berhubungan badan padahal orang-orang
melihatnya.”
(HR. Ahmad 16/223 dengan sanad shohih,
lihat adabuz zafaf hal : 72)
5. Berusahalah untuk menjaga
kelanggengan bahtera rumah tangga, jangan sampai engkau minta cerai tanpa
sebuah sebab syar’i.
- Dari Tsauban berkata : “Rosululloh bersabda :
“Wanita manapun yang minta
cerai pada suaminya tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga.”
(HR. HR. Tirmidzi 1199, Abu Dawud : 2209
dengan sanad shohih, lihat Al Irwa’ : 2035)
- Rosululloh juga bersabda :
“Wanita yang mengajukan khulu’
(Menggugat cerai) adalah para wanita munafik.”
(HR. Tirmidzi : 1198, Ash Shohihah :
632)
Wahai wanita muslimah…!!!
Inilah hak-hak suamimu atas dirimu,
berusahalah untuk menjalankannya, maafkanlah semua kekurangan suamimu,
hargailah segala kelebihannya dan berterima kasihlah atas semua yang telah
dikerjakan untukmu. Insya Alloh bahtera rumah tanggamu akan berlayar dengan
tenang bersama hembusan sepoi-sepoinya angin laut.
Wahai para ibu…!!!
Ajarkanlah kepada putri-putri kalian
tentang hak dan kewajibannya atas suaminya kalau dia menikah kelak. Inilah
sunnahnya para wanita salafush sholih sebagaimana yang dilakukan oleh Umamah
binti Harits terhadap otrinya menjelang pernikahanya.
(Lihat Al Wajiz oleh Syaikh Abdul Adlim
Al Badawi hal : 30 dan seterusnya)
E. CUKUPLAH BAGIMU
GAMBARAN INI
Sebagai kalimat penutup, renungkanlah
beberaa kejadian pada zaman Rosululloh ini, semoga Alloh menunjukkan kita ‘tuk
meniti jalan yang diridloi Nya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ
الشَّامِ سَجَدَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا
هَذَا يَا مُعَاذُ قَالَ
أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ
لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ
ذَلِكَ بِكَ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ
يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ لَأَمَرْتُ
الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ
حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ
سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
*
Dari Abdulloh bin Abi Aufa berkata :
“Tatkala Mu’adz bin Jabal datang dari
Syam maka dia bersujud kepada Rosululloh.
Lalu Rosululloh bersabda : “Apa yang
barusan engkau lakukan ini wahai Mu’adz ?.
” Mu’adz menjawab : “Saya datang ke
negeri Syam dan saya lihat penduduknya sujud kepada pendeta tokoh mereka, maka
saya kepingin untuk melakukan hal itu terhadapmu.”
Maka Rosululloh bersabda : “Jangan lakukan itu, seandainya saya memerintahkan seseorang
untuk sujud kepada selain Alloh pasti saya perintahkan wanita untuk sujud pada
suaminya, Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan Nya, seorang wanita
tidak mungkin menunaikan hak Tuhannya selagi tidak mengerjakan hak suaminya,
seandainya suaminya memintanya padahal saat itu sedang berada di dapur maka
janganlah menolaknya.”
(Ibnu Majah 1853, dan Ahmad dengan
lafadz yang mirip 23950 dengan sanad shohih)
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ قَالَ كَانَ أَهْلُ بَيْتٍ مِنَ الْأَنْصَارِ
لَهُمْ جَمَلٌ يَسْنُونَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْجَمَلَ اسْتُصْعِبَ عَلَيْهِمْ فَمَنَعَهُمْ ظَهْرَهُ وَإِنَّ
الْأَنْصَارَ جَاءُوا إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا إِنَّهُ كَانَ لَنَا
جَمَلٌ نُسْنِي عَلَيْهِ
وَإِنَّهُ اسْتُصْعِبَ عَلَيْنَا وَمَنَعَنَا ظَهْرَهُ وَقَدْ عَطِشَ الزَّرْعُ وَالنَّخْلُ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ قُومُوا فَقَامُوا فَدَخَلَ الْحَائِطَ وَالْجَمَلُ
فِي نَاحِيَةٍ فَمَشَى
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ
فَقَالَتِ الْأَنْصَارُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّهُ قَدْ صَارَ مِثْلَ
الْكَلْبِ الْكَلِبِ وَإِنَّا
نَخَافُ عَلَيْكَ صَوْلَتَهُ فَقَالَ لَيْسَ عَلَيَّ مِنْهُ بَأْسٌ فَلَمَّا نَظَرَ الْجَمَلُ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَقْبَلَ نَحْوَهُ حَتَّى خَرَّ سَاجِدًا بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِنَاصِيَتِهِ أَذَلَّ مَا
كَانَتْ قَطُّ حَتَّى أَدْخَلَهُ فِي الْعَمَلِ فَقَالَ لَهُ أَصْحَابُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ بَهِيمَةٌ لَا
تَعْقِلُ تَسْجُدُ لَكَ وَنَحْنُ نَعْقِلُ
فَنَحْنُ أَحَقُّ أَنْ نَسْجُدَ لَكَ فَقَالَ لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ
يَسْجُدَ لِبَشَرٍ وَلَوْ صَلَحَ
لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ
أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى
مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةً تَنْبَجِسُ
بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ فَلَحَسَتْهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ
Dari Anas bin Malik berkata : “Para
keluarga dari kalangan sahabat anshor mempunyai unta untuk mengairi sawah
mereka. Namun, ada seekor unta yang tidak mau di tungangi. Lalu, mereka datang
kepada Rosululloh seraya berkata: “Kami mempunyai unta untu mengairi sawah
namun sekarang tidak mau ditunggani padahal tanaman sudah waktunya diairi.”
Maka, Rosululloh bersabda kepada para
sahabatnya: “Bangunlah!”
Akhirnya, mereka pun bangun lalu beliau
masuk kebun , dan saat itu unta tersebut sedang berada di pojok kebun.
Lalu, Rosululloh pun berjalan
mendekatinya.
Para sahabat anshor berkata: “Wahai
Rosululloh, unta itu sekarang sudah mirip dengan aning gola, kami takut
anda diserang olehnya.
Maka Rosululloh bersabda : “Dia tidak
akan membahayakanku.”
Dan tatkala unta tersebut melihata
kedatangan Rosululloh, maka diapun segera berjalan menuju Rosululloh lalu
bersujud dihadapannya, maka Rosululloh pun memegang ubun-ubunnya dan unta
itupun menjadi sangat jinak untuk bs digunakan bekerja.
Demi melihat kejadian itu, para sahabat
berkata : “Wahai Rosululloh, kalau binatang yang tidak berakal saja bersujud
kepadamu, maka kami yang berakal ini lebih pantas untuk bersujud kepadamu ?.”
Maka Rosululloh bersabda : “Tidak layak bagi seseorang untuk bersujud kepada manusia
lainnya, seandainya ada manusia yang layak untuk bersujud kepada lainnya
niscaya saya akan memerintahkan waniat untuk sujud kepada suaminya karena hak
suaminya yang sangat besar. Demi Alloh, Dzat yang jiwaku berada ditangan Nya,
seandainya seluruh badan si suami itu dari ujung rambut sampai ujung kaki terdapat
luka bernanah, lalu si istri itu mendatanginya dan menjilatinya maka dia beum
bisa menunaikan hak suaminya.”
(Ahmad 12203 dengan sanad sahih, Liha
shohihul Jami’ : 3148)
Adakah yang bisa engkau ambil pelajaran
dari hadits berharga ini ???
Wallohul A’lam wallohul Muwaffiq
menyimak Yi...
BalasHapusNyimak e ning kene ya...
BalasHapus