Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِنَّهُ
لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sesungguhnya dia
(manusia) sangat berlebihan dalam kecintaannya kepada harta." (Qs. Al 'Adiyat: 8)
Itulah salah satu perangai manusia yang
Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam Al Qur'an, dan Maha Benar Allah dan
segala firmanNya. Memang, kalau kita memperhatikan pola hidup masyarakat dewasa
ini, ternyata kondisi mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang Allah subhanahu
wa ta’ala gambarkan dalam kitab-Nya yang suci. Harta seolah-olah sudah menjadi tolok
ukur tinggi dan rendahnya status sosial seseorang di masyarakat. Sehingga
tidaklah mengherankan jika kemudian harta menjadi 'buruan' yang senantiasa
diintai oleh para pemburunya, apapun yang terjadi yang penting bisa mendapatkan
'harta buruannya', walaupun dengan menghalalkan segala cara. Na'udzubillahi
min dzalik.
Kondisi seperti· ini diperparah dengan munculnya
sikap bakhil/kikir disebabkan kecintaan mereka yang sangat berlebihan terhadap
hartanya. Lebih memprihatinkan manakala sifat yang seperti ini ada pada kaum
muslimin yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu
alaihi wasalam. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan bahwa
berinfaq merupakan salah satu sifat orang-orang 'yang bertaqwa sebagaimana
firman-Nya:
الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ
"(Yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menginfaqkan sebagian
rizki yang Kami berikan kepada mereka." (Qs.
Al Baqarah: 3)
Seorang muslim sejati pasti menginginkan dirinya
meraih predikat taqwa. Sikap dermawan dan suka menginfaqkan harta kepada siapa saja
yang membutuhkan merupakan cermin dari jujurnya keimanan dan taqwa yang ada pada
seorang muslim. Dia sangat yakin akan janji-janji Allah subhanahu wa ta’ala dan
Rasul-Nya shalallahu alaihi wasalam terhadap orang yang melakukan amalan besar
ini, walaupun hal ini bertentangan dengan tabiat asal manusia yang gila harta.
Marilah kita merenungi dan mengaji
ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala dan hadits-hadits Nabi shalallahu alaihi
wasalam yang menjelaskan keutamaan infaq dan shadaqah (sedekah) serta bahayanya
sifat bakhil/kikir. Dengan suatu harapan agar Allah subhanahu wa ta’ala
membukakan pintu hati kita untuk berhias dengan sifat derma dan menjaganya dari
sifat bakhil/kikir.
DO'A MALAIKAT UNTUK SI
PENDERMA DAN SI KIKIR
Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ
إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ
مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
'Tidaklah ada satu hari pun
yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi harinya, kecuali ada dua malaikat yang
turun, berkata salah satu dari keduanya: Ya Allah berilah orang yang suka
menginfaqkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfaqkan tersebut), dan
berkata (malaikat) yang lain: Ya Allah, berilah orang yang kikir kebinasaan
(hartanya)." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Allah subhanahu wa ta’ala pun berjanji
akan mengganti orang yang berinfaq dengan ganti yang lebih baik, sebagaimana
dalam firman-Nya :
وَمَا
أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ
"Dan Apa saja yang kamu
infaqkan, niscaya Dia (Allah) akan menggantinya." (QS.
Saba': 39)
Demikian pula yang difirmankan-Nya dalam
hadits qudsi:
يَاابْنَ آدَمَ! أَنْفِقْ عَلَيْكَ
"Berinfaqlah wahai anak
Adam, niscaya engkau akan diberi balasan/gantinya." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim yang jujur keimanannya
akan segera membenarkan keterangan dari Allah dan rasul-Nya tersebut. Kemudian
mendorongnya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak berinfaq dan bershadaqah kepada
saudaranya yang membutuhkan.
Namun yang perlu diperhatikan disini
adalah pentingnya menjaga keikhiasan niat ketika beramal. Karena suatu amalan
ibadah apapun bentuknya, jika tidak diniatkan ikhlas semata-mata mengharapkan
ridha Allah subhanahu wa ta’ala maka amalan itu akan sia-sia.
Demikian pula berinfaq, yang merupakan
amalan besar dan mulia dalam Islam, harus ditunaikan dengan ikhlas semata-mata
mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Janganlah berinfaq dengan niatan
agar hartanya semakin bertambah banyak
setelah melihat keutamaan yang telah disebutkan di atas, terlebih lagi berinfaq
dengan niatan agar dinilai sebagai orang yang dermawan.
Karena keutamaan dan janji yang
disebutkan tadi tidaklah diraih kecuali oleh orang-orang yang ikhlas dalam
infaq/ shadaqahnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا
آتَيْتُم مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ
الْمُضْعِفُونَ
"Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mengharapkan wajah Allah (yakni
ikhlas), maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan." (QS. Ar Ruum: 39)
Sungguh indah permisalan yang Allah subhanahu
wa ta’ala sebutkan dalam Al Qur'an tentang orang-orang yang ikhlas dalam
menginfaqkan hartanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَثَلُ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَتَثْبِيتًا
مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ
أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Dan permisalan
orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena menecari keridhaan Allah dan
untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua
kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun
memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat." (QS. Al Baqarah: 265)
Para pembaca yang mulia, sehingga
sebanyak apapun harta yang diinfaqkan oleh seseorang karena ikhlash lillahi
ta'ala, justru akan semakin menambah barakah pada harta tersebut, tidak
berkurang sedikitpun. Sungguh benar apa yang disabdakan Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam: 'Tidaklah shadaqah
itu akan mengurangi harta." (HR. Muslim)
Benteng dari An Naar dan
Pendorong Menuju Al Jannah
Dan di antara keutamaan shadaqah adalah
bahwa ia menjadi salah satu sebab terlindunginya seseorang dari siksaan An Nar
(api neraka). Nabi bersabda:
“Takutlah kepada api neraka
walaupun dengan bershadaqah separuh buah kurma." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Pada suatu ketika Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam memberitakan bahwa ternyata penghuni An Nar itu kebanyakan
adalah para wanita. Tetapi beliau shalallahu alaihi wasalam adalah seorang yang
sangat belas kasih terhadap umatnya, tidak membiarkan umatnya menghadapi
masalah tanpa tahu jalan keluarnya, maka beliau shalallahu alaihi wasalam pun
bersabda:
“(Wahai sekalian wanita,
bershadaqahlah, karena sesungguhnya aku melihat kalian (para wanita) adalah
mayoritas dari penduduk An Nar." (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
memerintahkan mereka untuk banyak-banyak bershadaqah, walaupun mungkin ada di
antara mereka yang tidak memiliki kelebihan harta, beliau shalallahu alaihi
wasalam tetap memberikan dorongan untuk berinfaq, bershadaqah, dan memberikan
apa yang dimiliki kepada siapa saja yang membutuhkan. Beliau shalallahu alaihi
wasalam bersabda:
"Wahai para wanita
muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan untuk memberikan shadaqah
kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala,
sedikitpun tidak menyia-nyiakan amalan baik seseorang, walaupun amalan itu
kelihatannya sepele dan mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang, tetapi
ternyata sangat besar nilainya disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Al Jannah (surga) yang seluas langit dan
bumi juga telah disediakan untuk orang-orang dermawan yang dengan ikhlas
menginfaqkan hartanya karena Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shalallahu
alaihi wasalam bersabda:
''Ada empat puluh perangai
dan yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing untuk diperah susunya,
tidak ada satu orang pun yang mengamalkan perangai-perangai tersebut dengan
tujuan mengharap pahalanya dan membenarkan apa yang telah dijanjikannya kecuali
Allah akan masukkan dia (dengan amalannya tadi) ke dalam AI Jannah." (HR. Al Bukhari)
Diantara Amalan Terbaik dalam
Islam...
Pernah ada salah seorang shahabat yang
bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: ''Amalan apakah yang
paling baik dalam Islam?" Maka beliau shalallahu alaihi wasalam pun
menjawab: "Memberi makan (orang yang
membutuhkan), dan mengucapkan salam baik kepada orang yang engkau kenal maupun
yang tidak engkau kenal." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Amalan inipun jika dilakukan dengan
ikhlas semata-mata mengharapkan ganjaran dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka
orang yang mengamalkannya termasuk golongan orang-orang yang telah berbuat
kebajikan, yang dengan gamblang Allah subhanahu wa ta’ala gambarkan balasan
yang akan mereka dapatkan, sebagaimana dalam QS. Al Insan: 8-22 .
Sifat Kikir yang Membinasakan
Kembali kita mengingat do'a malaikat : “Ya
Allah berilah orang yang suka menginfaqkan hartanya berupa ganti (dari harta
yang diinfaqkan tersebut), dan berkata (malaikat) yang lain: Ya Allah, berilah
orang yang kikir kebinasaan (hartanya)." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Sungguh sifat inilah yang menjadi salah
satu sebab kebinasaan orang-orang terdahulu. Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam telah mengabarkan dalam sebuah sabdanya:
“Takutlah dari perbuatan
zhalim karena kezhaliman itu menyebabkan kegelapan pada hari kiamat, dan
takutlah dari perbuatan kikir, karena sesungguhnya kekikiran itu menyebabkan
kebinasaan orang-orang sebelum kalian, (kekikiran itu) telah mendorong mereka
untuk menumpahkan darah-darah mereka dan menghalalkan perkara-perkara yang
diharamkan atas mereka." (HR. Muslim)
Kebinasaan yang akan ditimpa oleh orang-orang
yang kikir tidak hanya di akhirat saja, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala
menyegerakan adzab bagi mereka di dunia. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam
bersabda:
"Tidaklah suatu kaum
mencegah dari memberikan zakat kecuali Allah akan menimpakan bala' kepada
mereka dengan paceklik." (HR. Ath Thabarani)
Kesulitan hidup, kesempitan karena
berbagai problem yang dihadapi juga
merupakan akibat dari sikap bakhil dan kikir Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَأَمَّا
مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْعُسْرَى
"Dan adapun orang yang
bakhil dan merasa dirinya tidak butuh kepada Allah, serta mendustakan keyakinan
yang benar berikut balasannya, maka akan Kami mudahkan baginya keadaan yang
sulit." (Qs. Al Lail: 8-10)
Sifat kikir juga mendatangkan kemurkaan Allah
subhanahu wa ta’ala. Tentunya kita masih ingat kisah tiga orang dari kalangan
Bani Israil yang diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan dikaruniakan
kepada mereka nikmat berupa kesembuhan dari penyakit dan harta (hewan temak)
yang semakin melimpah (berkembang biak). Dua dari tiga orang tersebut enggan
untuk memberikan harta yang dimilikinya kepada yang membutuhkan. Maka
akibatnya, tidak hanya Allah subhanahu wa ta’ala lenyapkan hartanya, tetapi Allah
subhanahu wa ta’ala juga murka kepada mereka.
Dan sebaliknya, seorang dari mereka dengan
sukarela. memberikan harta yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan
tersebut kepada yang membutuhkan, maka Allah subhanahu wa ta’ala kekalkan hartanya
dan Dia subhanahu wa ta’ala pun ridha kepadanya.
Itulah sifat kikir yang membinasakan.
Hendaknya setiap muslim benar-benar berhati-hati darinya, berusaha untuk
menghilangkannya jika sifat tersebut ada pada dirinya. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَمَن
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan barangsiapa yang
dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Qs. Al Hasyr: 9).
Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala
senantiasa melapangkan hati-hati kita untuk berinfaq/bershadaqah dengan penuh keikhlashan,
dan membersihkan hati-hati kita dari sifat-sifat bakhil / kikir yang
membinasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar