Kamis, 29 Oktober 2015

Enam Landasan Agung

Dibawah Naungan Al-Qur’an Dan As-Sunnah


Diantara perkara yang menakjubkan dan termasuk tanda-tanda sangat besar yang menunjukkan atas kemampuan Allah yang Maha Berkuasa lagi Maha Mengalahkan[1] adalah enam landasan yang Allah telah menjelaskannya dengan penjelasan yang sangat jelas[2] bagi orang awam melebihi apa yang disangka oleh orang-orang yang menyangka, namun setelah itu salah di dalam memahaminya kebanyakan dari orang-orang cerdik cendekiawan dan orang-orang yang berakal dari Bani Adam kecuali hanya jumlah yang sangat sedikit saja.

[1] Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dia-lah yang kamu hendak sembah. (QS Fushshilat:37)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Fushshilat:39)

[2] Dari Irbad bin Sariyah berkata:
فَقَالَ الْعِرْبَاضُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّا
Rasulullah memberikan mau’idzah (pengajaran) kepada kami dengan mau’idzah yang membuat bercucuran air mata dan menggetarkan hati, maka kami berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya ini adalah mau’idzah perpisahan maka dengan apa engkau berwasiat kepada kami?. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian diatas cahaya putih (yang sangat jelas dan terang) malamnya bagaikan siangnya, tidaklah orang bergeser darinya kecuali ia akan binasa. Dan barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin al-mahdiyin (yang mendapat petunjuk). [HR Abu Dawud 4607, Ahmad 127, Ibnu Majah 42-43, Ad-darimy 96, Tirmidzi 2676]


LANDASAN PERTAMA

Mengikhlaskan agama (ibadah) untuk Allah satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan penjelasan lawannya yaitu menyekutukan (menjadikan tandingan-tandingan bagi) Allah[3]. Serta mayoritas isi Al-Qur’an menjelaskan landasan ini dari sisi yang beraneka ragam dengan pembicaraan yang dipahami oleh orang-orang awam yang paling dungu sekalipun. Kemudian setelah terjadi apa yang terjadi (yakni kesyirikan) yang menimpa kebanyakan umat ini, syaithan pun menampakan kepada mereka “keikhlasan” dalam bentuk sikap penghinaan terhadap orang-orang shalih dan pengurangan terhadap hak-hak mereka[4]. Dan (syaithan) menampakkan kepada mereka kesyirikan dalam bentuk kecintaan kepada orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka[5].

[3] Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah:5)

[4]  Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitabnya Kasyfu-Syubhat: “Ketahuilah bahwa Allah dengan hikmahnya tidaklah mengutus seorang Nabi dengan membawa tauhid ini kecuali menjadikan musuh-musuh, sebagaimana firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al-An’am:112] 

Dan terkadang musuh-musuh tauhid mempunyai banyak ilmu, kitab-kitab dan hujah-hujah, sebagimana firman-Nya:
فَلَمَّا جَاءتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِندَهُم مِّنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (QS Al-Mu’min:83)

[5] Allah berfirman:
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (QS Nuh:23)

Ibnu Abbas berkata: “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Tatkala mereka meninggal dunia, syaithan membisikan kepada kaumnya agar mereka membangun patung-patung ditempat majelis mereka dan agar patung itu dinamakan sesuai nama-nama orang shalih tersebut. Orang-orang itupun menuruti dan ketika itu mereka masih belum menyembahnya. Setelah para pembangun patung-patung itu meninggal dunia dan beralih generasi, patung-patung itupun disembah.” [HR Bukhari 8/535, Fathul Baari]


LANDASAN KEDUA

Allah memerintahkan untuk bersatu dalam agama dan melarang dari perpecahan dalam agama[6]. Allah menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya hingga orang awampun memahaminya. Dan kita dilarang menjadi seperti orang-orang sebelum kita yang bercerai-berai sehingga mereka binasa[7]. Dan Allah menyebutkan (dalam Al-Qur’an) bahwa Dia memerintahkan kaum muslimin utnuk bersatu dalam agama dan melarang mereka dari perpecahan dalam agama. Dan ditambah lagi kejelasan hal itu dengan hadits-hadits yang datang dalam As-Sunnah dari hal-hal yang sangat-sangat menakjubkan tersebut. Kemudian perkara tersebut berubah hingga perpecahan dalam pokok agama atau cabang-cabangnya dianggap sebagai ilmu dan fiqih dalam agama. Dan hingga perkara persatuan dalam agama itu seakan-akan tidak ada yang menyerukannya kecuali orang zindiq atau majnun[8].


[6] Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS Ali Imran:103)

Rasulullah bersabda:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan agar kalian berpegang teguh dengan tali Allah seluruhnya serta tidak berpecah-belah.” [HR Muslim 1715, Al-Muwatha 2/990, Bukhari dalam Adabul Mufrad 442, Ahmad 8334-8718-8788, Ibnu Hibban 5720 dari Abu Hurairah]

[7] Allah berfirman:
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (QS Ali Imran: 105)

Allah juga berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ لَن يَضُرُّوكُمْ إِلاَّ أَذًى وَإِن يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأَدُبَارَ ثُمَّ لاَ يُنصَرُونَ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, Pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS Ali Imran: 110-112)

[8]  Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ وَهُوَ يَأْرِزُ بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ فِي جُحْرِهَا
“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing, ia berlindung diantara dua masjid sebagaimana seekor ular yang berlindung dalam lubangnya”. [HR muslim 2/76, Syarah An-Nawawi]

Rasulullah juga bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing, beruntunglah orang-orang yang dianggap asing.” [HR Muslm 2/175-176, Syarah An-Nawawi]

LANDASAN KETIGA

Sesungguhnya dari kesempurnaan persatuan (dalam agama) adalah mendengar dan taat terhadap siapa yang menjadi penguasa (pemimpin) bagi kita, walaupun dia berasal dari budak Habasyah[9]. Nabi menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang benar-benar melegakan dan tersebar (merata) melalui berbagai dari berbagai macam bentuk penjelasan, baik penjelasan secara syar’i atau penjelasan sesuai dengan kejadian yang ada. Kemudian setelah itu, landasan ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku dirinya punya ilmu, lalu bagaimana mereka akan mengamalkannya?


[9] Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa:59)

Rasulullah bersabda: “Wajib atas kalian untuk taat walaupun yang memerintah kalian adalah budak dari Habasyah.”

Rasulullah bersabda: “Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak.” [HR Abu Dawud 4607, Ahmad 127, Ibnu Majah 42-43, Ad Darimi 96, Tirmidzi 2676]

Rasulullah bersabda:
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
“Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat kepada penguasa dalam hal yang dia sukai atau yang dia benci, kecuali jika dia diperintahkan bermaksiat kepada Allah, Jika dia diperintahkan untuk suatu kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat kepadanya.” [HR Bukhari 13/121, Muslim 3/1468]

Rasulullah bersabda: “Akan ada sepeninggalku nanti para penguasa yang mereka itu tidak berpegang dengan petunjukku dan tidak mengikuti jalanku, dan akan ada diantara penguasa tersebut orang-orang yang berhati syaithan dan berjasad manusia.” Hudzaifah berkata,”Apa yang aku perbuat bila mendapatinya?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau mendengar dan mentaati penguasa tersebut walaupun punggungmu dan hartamu diambilnya, maka dengarlah dan taatilah dia.” [HR Muslim 1847]


LANDASAN KEEMPAT


Penjelasan tentang ilmu dan ulama, penjelasan tentang fiqih dan fuqaha (ahli fiqih) serta penjelasan tentang orang yang serupa dengan mereka tetapi bukan dari mereka. Dan sungguh Allah telah menjelaskan landasan ini dalam awal surat Al-Baqarah:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu” (QS Al-Baqarah:40)

Sampai firman-Nya sebelum penyebutan Ibrahim:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
“Wahai Bani Israil .....” (QS Al-Baqarah:47)

Dan ditambah lagi kejelasannya oleh keterangan As-Sunnah tentang hal ini dalan kalam yang sangat banyak yang jelas bagi orang awam yang sulit memahami sekalipun. Inipun kemudian menjadi hal yang sangat asing dan akhirnya ilmu dan fiqih dianggap sebagai bid’ah dan kesesatan, dan yang terbaik menurut mereka yaitu menyamarkan kebenaran dengan kebathilan. Akhirnya ilmu yang Allah wajibkan kepada makhluk-Nya dan Allah puji ilmu itu mereka anggap tidak ada yang berucap dengannya kecuali zindiq dan majnun[10]. Dan akhirnya orang yang mengingkari ilmu kebenaran, memusuhinya dan menulis tentang ilmu apa saja yang harus diwaspadai dan dijauhi dari ilmu kebenaran tersebut sebagai orang yang faqih lagi alim[11].


[10] Allah berfirman:
إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ قَالُوا مَا أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَا أَنزَلَ الرَّحْمن مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ تَكْذِبُونَ
“(yaitu) ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; Kemudian kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".” (QS Yasiin:14-15)

[11] Rasulullah bersabda: “Akan datang suatu masa yang penuh tipu daya, pada masa tersebut orang jujur dianggap pendusta sedangkan pendusta dianggap orang jujur, orang amanah dianggap pengkhianat sedangkan pengkhianat dianggap orang amanah. Dan pada saat itu ar-ruwaibidhah mulai berbicara. Lalu dikatakan: “Apakah ar-ruwaibidhah itu?” Rasulullah bersabda: “Orang dungu berbicara tentang urusan umat.” [HR Ibnu Majah 4036, Ahmad 2/291, Hakim 4/456-466,516]


LANDASAN KELIMA

Penjelasan Allah terhadap wali-wali Allah, membedakan antara mereka dan orang-orang yang menyerupai mereka[12] dari musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang fajir.

Cukuplah hal ini dengan ayat dari surat Ali Imraan, Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran:31)

Dan ayat dalam surat Al-Maidah, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya...” (QS Al-Maidah:54)

Dan ayat dalam surat Yunus, Allah berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus:62-63)

Kemudian perkaranya berubah dikalangan orang banyak yang mengaku punya ilmu, dan mengaku bahwa ia adalah orang-orang yang memberi hidayah kepada makhluk dan menjaga syariat, mereka menyatakan bahwa wali-wali Allah haruslah orang-orang yang tidak lagi mengikuti Rasul, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah maka bukan termasuk dari wali-wali Allah. Demikian pula harus orang-orang yang meninggalkan jihad, barang siapa yang ikut jihad maka bukan termasuk dari mereka. Disamping itu, juga harus orang yang meninggalkan iman dan takwa, barang siapa yang masih menjaga keimanan dan ketakwaannya, maka tidak termasuk dari mereka.

Wahai Rabb kami! Kami memohon kepada Engkau kesehatan dan keselamata, sesungguhnya Engkau Maha Mendengarkan Do’a.

[12] Allah berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS Al-Baqarah:165)


LANDASAN KEENAM

Membantah syubhat yang diletakkan oleh syaithan untuk meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan supaya mengikuti hawa nafsu dan berbagai pemikiran dan pendapat berbeda-beda dan beraneka ragam: Yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ada yang mengetahuinya kecuali seorang mujtahid mutlak, sedangkan mujtahid itu adalah seorang yang memiliki sifat demikian dan demikian, sifat-sifat yang mungkin saja tidak akan dijumpai secara persis pada Abu Bakar dan Umar. Apabila manusia tidak ada yang seperti itu, maka berpalinglah dari keduanya (yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah), wajib dan harus dan tidak boleh diragukan lagi. Dan siapa yang mencari petunjuk dari keduanya (Al-Qur’an dan As-Sunnah), kalau bukan zindiq maka ia seorang majnun dikarenakan sangat berat dan sulit memahami keduanya. Subhanallah wa bihamdih...! Betapa banyak Allah telah terangkan secara syar’i atau keterangan sesuai kejadian yang ada, ciptaan maupun perintahnya dalam menolak syubhat yang terlaknat ini dari sisi yang sangat banyak dan bantahan tersebut mencapai batasan darurat yang sangat umum. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau mengetahuinya:
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلاَلاً فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ وَسَوَاء عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَن بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka Karena itu mereka tertengadah. Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu Hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (QS Yasiin:7-11)


Akhirnya segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Washallallahu’ala nabiyyina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallama tasliman katsiran ila yaumiddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar