Terkadang
dalam kita merenungi sesuatu, tiba-tiba muncul sebuah lintasan pikiran atau
semacam bisikan yang mencela Allah dan RasulNya. Semisal
“kenapa Allah menciptakan siksaan yang begitu kejam di neraka, kalau begitu
Allah jahat”, atau “Kita sama-sama makhluk Allah, kenapa ada yang Allah
takdirkan masuk neraka dan ada yang masuk surga, kalau begitu Allah tidak adil”
atau “Kenapa Rasulullah beristri banyak sekali, kalau begitu Rasulullah berat
sebelah terhadap kaumnya yang perempuan” atau yang semisal itu dan banyak lagi.
Sedangkan kita tahu, bahwa Allah mengetahui apa yang ada didalam hati dan
pikiran kita.
يَعْلَمُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang
kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala
isi hati. (at-Taghaabun: 4)
وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ
اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ
وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui
(yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? (al-Mulk: 13-14)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ
مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf: 16)
Dosakah kita dengan apa yang terlintas
dipikiran kita? Akankah Allah mengahzab kita karena bisikan-bisikan dalam hati
sering muncul? ini was was syaithon atau apa?
Dan tentu kita akan merasa ketakutan bahwa
kita telah melakukan kekufuran. Bagaimana cara menghilangkannya?.
Ketahuilah,
Ketika iblis di usir oleh Allah, dia
bersumpah akan menggoda manusia dari segala arah.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ( ) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ
وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ
أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari
jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).(QS. Al-A’raf: 16 – 17)
Tak ketinggalan, godaan dalam bentuk
bisikan hati untuk mengucapkan kalimat kekufuran. Ini tidak hanya terjadi pada
mukmin yang awam, bahkan semacam ini terjadi pada diri para sahabat.
Syaikhul Islam mengatakan,
وكثيرا ما تعرض للمؤمن شعبة من شعب النفاق ثم
يتوب الله عليه . وقد يرد على قلبه بعض ما يوجب النفاق ويدفعه الله عنه . والمؤمن
يبتلى بوساوس الشيطان وبوساوس الكفر التي يضيق بها صدره
Seringkali muncul dalam diri orang mukmin,
salah satu diantara cabang kemunafikan, kemudian dia bertaubat kepada Allah. Terkadang
terlintas dalam hati orang mukmin, kalimat kemunafikan, dan Allah
menghilangkannya darinya. Orang mukmin diuji dengan was-was setan, bisikan
kekufuran yang membuat sempit hatinya.
Kemudian Syaikhul Islam menyebutkan riwayat
dari para sahabat,
كما قال الصحابة : يا رسول الله إن أحدنا
ليجد في نفسه ما لئن يخر من السماء إلى الأرض أحب إليه من أن يتكلم به فقال « ذلك
صريح الإيمان »
Sebagaimana yang diutarakan para sahabat,
‘Wahai Rasulullah, kami terkadang menjumpai lintasan pikiran pada diri kami,
andaikan kami dijatuhkan dari langit, lebih kami sukai dari pada mengungkapkan
lintasan pikiran itu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar,
“Itu bukti adanya iman.” (HR. Muslim 132, Abu Daud 5111, dan yang lainnya).
أي حصول هذا الوسواس مع هذه الكراهة العظيمة
، ودفعه عن القلب ، وهو من صريح الإيمان
“Maksudnya, munculnya bisikan semacam ini,
padahal para sahabat sangat membencinya, dan berusaha menghilangkannya dari
hati mereka, merupakan bukti adanya iman.
[Kitab Al-Iman 238, dinukil dari
Kitab Tauhid Dr. Sholeh Fauzan, hlm. 25].
Ulama Sepakat, ini Bukan Kekufuran
An-Nawawi dalam karyanya, Al-Azkar,
mengatakan,
الخواطر وحديث النفس إذا لم يستقر ويستمر
عليه صاحبه فمعفو عنه باتفاق العلماء، لأنه لا اختيار له في وقوعه ولا طريق له إلى
الانفكاك عنه
Lintasan pikiran dan bisikan hati, jika
tidak mengendap dan tidak keterusan berada dalam diri pelakunya, hukumnya
dimaafkan, dengan sepakat ulama. Karena munculnya kejadian ini di luar
pilihan darinya. Sementara tidak ada celah baginya untuk menghindarinya.
An-Nawawi melanjutkan,
وهذا هو المراد بما ثبتَ في الصحيح عن رسول
الله (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: ” إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما
حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ “. قال العلماء:
المراد به الخواطر التي لا تستقرّ.
Inilah makna dari hadis shahih, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما حَدَّثَتْ
بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ
Sesungguhnya Allah mengampuni untuk umatku
terhadap apa yang terlintas dalam hatinya, selama tidak diucapkan atau
dikerjakan. (HR. Muslim 127).
Para ulama mengatakan, ‘Maksud hadis adalah
lintasan pikiran yang tidak menetap dalam hati.
An-Nawawi melanjutkan,
قالوا: وسواءٌ كان ذلك الخاطِرُ غِيبة أو
كفراً أو غيرَه، فمن خطرَ له الكفرُ مجرّد خَطَرٍ من غير تعمّدٍ لتحصيله، ثم صَرفه
في الحال، فليس بكافر، ولا شئ عليه.
Para ulama mengatakan, baik bisikan itu
berupa ghibah, atau kekufuran, atau yang lainnya. Siapa yang terlintas dalam
hatinya kekufuran, dan hanya sebatas lintasan tanpa sengaja muncul, kemudian
segera dia hilangkan, maka dia tidak kafir, dan tidak bersalah sedikitpun.
[Al-Azkar An-Nawawi, hlm. 345].
Apa Yang Harus Dilakukan Jika Mengalami
Lintasan Kekufuran?
Pertama, jangan sampai diucapkan atau
dipraktekkan
Demikialah sikap sahabat, sebagaimana
diceritakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
pernah datang beberapa orang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mereka mengatakan,
إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ
أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِه، قَالَ: «وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟» قَالُوا: نَعَمْ،
قَالَ: «ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ»
‘Kami menjumpai dalam diri kami lintasan
yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau bertanya kepada
mereka, “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” ‘’Itu bukti adanya iman.” (HR. Muslim 132).
An-Nawawi menjelaskan,
معناه: استعظامكم الكلام به هو صريح الإيمان،
فإن استعظام هذا وشدة الخوف منه ومن النطق به، فضلاً عن اعتقاده إنما يكون لمن
استكمل الإيمان استكمالاً محققاً وانتفت عنه الريبة والشكوك
Makna hadis, kalian merasa berat untuk
mengucapkannya merupakan bukti adanya iman. Karena dia merasa berat mengucapkan
kalimat semacam ini, disertai perasaan sangat takut untuk mengucapkannya.
Lebih-lebih dia dia yakini. Sikap semacam ini hanya ada pada orang yang imannya
kokoh dan teruji, sehingga hilang darinya segala keraguan dan bimbang. (Syarh
Shahih Muslim, 2/154).
Kedua, segera minta perlindungan kepada
Allah dari godaan setan (baca ta’awudz)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ
خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا
بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan mendatangi kalian dan membisikkan:
‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?’ sampai akhirnya dia
membisikkan, ‘Siapa yang menciptakan Tuhanmu?’ jika sudah demikian, segeralah
minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti (tidak memikirkannya). (HR. Bukhari 3276 dan Muslim 134) .
Ketiga, jangan digubris
Barangkali inilah senjata paling ampuh
untuk melawan was-was setan. Tidak mempedulikannya dan tidak menggubrisnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ:
مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟
فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan mendatangi kalian dan membisikkan:
‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?’ sampai akhirnya dia
membisikkan, ‘Siapa yang menciptakan Tuhanmu?’ jika sudah demikian, segeralah
minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti (tidak memikirkannya). (HR. Bukhari 3276 dan Muslim 134) .
Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan,
أي عن الاسترسال معه في ذلك، بل يلجأ إلى
الله في دفعه ويعلم أنه يريد إفساد دينه وعقله بهذه الوسوسة، فينبغي أن يجتهد في
دفعها بالاشتغال بغيرها
“Maksudnya, berhenti tidak terus menerus
memikirkan lintasan pikiran itu. Namun dia pasrahkan kepada Allah untuk
menghilangkannya. Dan dia sadari bahwa setan hendak merusak agama dan
pikirannya dengan bisikan semacam ini. sehingga selayaknya dia berusaha
menghilangkannya dengan menyibukkan diri memikirkan yang lainnya. (Fathul Bari,
6/340)
An-Nawawi juga memberikan penjelasan yang
semakna,
معناه الإعراض عن هذا الخاطر الباطل
والالتجاء إلى الله تعالى في إذهابه
Maknanya, berpaling, tidak gubris dengan
lintasan pikiran yang batil ini, dan pasrah kepada Allah untuk
menghilangkannya.
Selanjutnya, An-Nawawi membawakan nasehat,
dengan mengutip keterangan Al-Maziri,
قال الإمام المازري رحمه الله ظاهر الحديث
أنه صلى الله عليه وسلم أمرهم أن يدفعوا الخواطر بالإعراض عنها والرد لها من غير
استدلال ولا نظر في إبطالها
Al-Imam Al-Maziri rahimahullah mengatakan,
“Zahir hadis menunjukkan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk
menghilangkan lintasan pikiran itu dengan berpaling dan tidak digubris, tanpa
mencari-cari dalil atau merenungkan bantahan untuk menilai salahnya lintasan
itu.”
Dan benar apa beliau nasehatkan. Lintasan
kekufuran semacam ini hanya permainan setan, sehingga buat apa menghabiskan
waktu dengan mencari dalil atau ayat Al-Quran atau hadis untuk membantahnya.
Lebih dari itu, ini bukan termasuk kekufuran, sehingga tidak perlu terlalu
dipikirkan.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar