Detik-Detik Yang Menegangkan Lagi Menyakitkan
Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses
tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi
menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakaratul maut.
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad
bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang
paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih
menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di
bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk
dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman
dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya" [Al Maut hlm. 69].
Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses
sakaratul maut yang mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ
ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". [Qaaf: 19]
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan
himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal
sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga
manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah
hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan
kematian [Lihat Jami'u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul
Qadir 5/75].
Juga ayat:
كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26}
وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ
بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah
(mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang
dapat menyembuhkan". Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah
pada hari itu kamu dihalau". [Al
Qiyamah: 26-30]
Syaikh Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para
hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh
sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher
(kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari
segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu
Allah berfiman: "Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang akan
menyembuhkan?" artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah.
Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan,
sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika
datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya
itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi
berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang
telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk
dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan
ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan
menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang
menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat
sesat dan kekufuran dan penentangan". [Taisir Al Karimi Ar Rahman Fi
Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833]
Sedangkan beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena
sakaratul maut:
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu
'anhuma, ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ
فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ
فَجَعَلَ يَقُولُ فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي باب
مرض النبي ووفاته. الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ
"Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil
dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh
muka dengannya seraya berkata: "Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya
kematian memiliki sakaratul maut". Dan beliau menegakkan tangannya dan
berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut
dan tangannya melemas" [HR.
Bukhari kitab Riqaq bab sakaratul maut (6510) dan kitab Maghazi bab sakit dan
wafatnya Nabi (4446).]
Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ
عَلَيْهَا السَّلَام وَا أخرجه البخاري في المغازي باب مرض النبي ووفاته.اليَوْمِ
َرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ
"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah
berkata: "Alangkah berat penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab:
"Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…" [HR. Bukhari kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi
(4446)]
Dalam riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا أَغْبِطُ أَحَدًا
بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أخرجه الترمذي ك الجنائز باب ما جاء في التشديد
عند الموت وصححه الألباني
"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan
kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullah". [HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam
kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979)]
Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan
dialami setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap
jiwa akan merasakan mati". (Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi:
"Sesungguhnya kematian ada kepedihannya". Namun tingkat kepedihan
setiap orang berbeda-beda. [At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah
(1/50-51)]
Kabar gembira untuk orang-orang yang beriman.
Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan
ringan. Malaikat yang mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya
dengan kesan yang baik lagi menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang
proses kematian seorang mukmin:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي
انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ
مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ
مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ
حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ
عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ
فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا
فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى
يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ
وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
"Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan
dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit,
dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka
membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk
di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk
di dekat kepalanya sembari berkata: "Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat-
jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya
keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar
ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para
malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja,
untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah,
semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi..". [HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah
bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753)]
Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan
ampunan dengan ridla Allah untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah
menyatakan bahwa para malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan
mengatakan janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang
syurga. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا
وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30}
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ
فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Rabb
kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada
mereka (sembari berkata): "Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah
pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang
kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai
hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Fushshilat: 30]
Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang
yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya
berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala
kematian menyongsong mereka dengan berkata "janganlah kalian takut atas
amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara
dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab
kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi
kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan".
Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam:
"Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada
hari Kebangkitan". Dan mengomentarinya dengan: "Tafsiran ini
menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang
demikian kenyataannya".
Firman-Nya: "Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia
dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika
akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan
meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian
juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam
kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari
Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim
dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga". [Tafsiru Al Quranil
'Azhim (4/100-101).]
Dalam ayat lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang
mukmin dalam keadaan baik dengan firman-Nya:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan
baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salamun
'alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)", masuklah ke dalam syurga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [An Nahl: 32]
Syaikh Asy Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini,
Allah menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb
mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan
mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari
syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi
kabar gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka dengan salam… [Adhwaul
Bayan (3/266).]
Mengapa rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menderita saat sakaratul maut?
Kondisi umum proses pencabutan nyawa seorang mukmin mudah
lagi ringan. Namun kadang-kadang derita sakarul maut juga mendera sebagian
orang sholeh. Tujuannya untuk menghapus dosa-dosa dan juga mengangkat
kedudukannya. Sebagaimana yang dialami Rasulullah. Beliau Shallallallahu
'alaihi wa sallam merasakan pedihnya sakaratul maut seperti diungkapkan Bukhari
dalam hadits 'Aisyah di atas.
Ibnu Hajar mengatakan: "Dalam hadits tersebut,
kesengsaran (dalam) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan martabat
(seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya
atau menghapus kesalahan-kesalahannya" [Fathul Bari Syarhu Shahihil
Bukhari (11/363).]
Menurut Al Qurthubi dahsyatnya kematian dan sakaratul
maut yang menimpa para nabi, maka mengandung manfaat :
Pertama : Supaya
orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut) tidak
kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal. Tidak
ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga ia
berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang
terjadi pada mayat (sebenarnya). Tatkala para nabi, mengabarkan tentang
dahsyatnya penderitaan dalam kematian, kendati mereka mulia di sisi Allah, dan
kemudahannya untuk sebagian mereka, maka orang akan yakin dengan kepedihan
kematian yang akan ia rasakan dan dihadapi mayit secara mutlak, berdasarkan
kabar dari para nabi yang jujur kecuali orang yang mati syahid.
Kedua :
Mungkin akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah
dan para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?.
Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang
paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai
mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita.
Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk
melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan
sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup
hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi
(kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan
memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah
mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang
bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk
kejahatan mereka. Maka tidak bisa disamakan". [At Tadzkirah Fi Ahwali Al
Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/48-50)]
Kabar buruk dari para malaikat kepada orang-orang kafir.
Sedangkan orang kafir, maka ruhnya akan keluar dengan
susah payah, ia tersiksa dengannya. Nabi menceritakan kondisi sakaratul maut
orang kafir atau orang yang jahat dengan sabdanya:
"Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain-
yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka
malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan
membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat
maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji
keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". Maka ia
mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek yang) banyak mata besinya
dari bulu wol yang basah. [HR. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab
Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).]
Secara ekspilisit, Al Quran telah menjelaskan bahwa para
malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang kafir dengan siksa. Allah
berfirman: "
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي
غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا
أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا
كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang
para malaikat mumukul dengan tangannya, (Sambil berkata): "Keluarkan
nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya". [Al An'am: 93]
Maksudnya, para malaikat membentangkan tangan-tangannya
untuk memukuli dan menyiksa sampai nyawa mereka keluar dari badan. Karena itu,
para malaikat mengatakan: "Keluarkan nyawamu". Pasalnya, orang kafir
yang sudah datang ajalnya, malaikat akan memberi kabar buruk kepadanya yang
berbentuk azab, siksa, belenggu, dan rantai, neraka jahim, air mendidih dan
kemurkaan Ar Rahman (Allah). Maka nyawanya bercerai-berai dalam jasadnya, tidak
mau taat dan enggan untuk keluar.
Para malaikat memukulimya supaya nyawanya keluar dari
tubuhnya. Seketika itu, malaikat mengatakan: "Di hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatnya".. artinya pada hari ini, kalian akan dihinakan
dengan penghinaan yang tidak terukur karena mendustakan Allah dan (lantaran)
kecongkakan kalian dalam mengikuti ayat-ayat-Nya dan tunduk kepaada para
rasul-Nya.
Saat detik-detik kematian datang, orang kafir mintai
dikembalikan agar bisa masuk Islam. Sedangkan orang yang jahat mohon dikembalikan
ke dunia untuk bertaubat, dan beramal sholeh. Namun sudah tentu, permintaan
mereka tidak akan terkabulkan. Allah berfirman:
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن
وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya
Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah
aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitkan". [Al
Mukminun: 99-100]
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran
maupun perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan
meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang
insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak
mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap
memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah. Wallahu
a'lamu bishshawab. Washallallahu 'ala Muhamaad wa 'ala alihi ajmain.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VIII/1426H/2005.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar