Mengurangi lemak dengan tidak memakan daging hewan
mungkin memang dibutuhkan untuk beberapa orang yang terkena penyakit kolesterol
tinggi. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang benar-benar mengaku sebagai
vegetarian sehingga mereka menghilangkan menu daging hewan secara total dari
pola makan mereka?
Mereka berdalih karena rasa kasihan terhadap para hewan,
tidak tega dengan perlakuan para penyembelih hewan dan yang semacamnya. Yang
lebih parah lagi, pada akhirnya mereka menolak berbagai bahan makanan yang
berasal dari hewan, baik itu susu, telur, keju dan yang semacamnya. Sebabnya? ...
Karena untuk pemerahan susu dikatakan hewan diperlakukan
semena-mena, telur itu adalah cikal bakal anak hewan yang patut untuk hidup,
atau kalimat-kalimat semacamnya. Dengan usaha keras mereka mempertahankan
status vegetarian dengan menonton film yang memang dibuat untuk memperkuat
‘keimanan’ mereka akan apa yang mereka lakukan.
Mudah-mudahan dari kita ini tidak ada
yang ingin ikut-ikutan dengan apa yang mereka lakukan.
Mengapa? .....
Coba simak penjelasannya secara syari’at.
Dalam sebuah kaedah fikih, semua yang merupakan masalah
adat, seperti makan, minum, pakaian, maka semuanya adalah boleh sampai ada
dalil yang mengharamkannya. Berbeda dengan masalah ibadah yang pada dasarnya
semua ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkannya. Oleh karena
itulah kita tidak bisa sembarangan dalam melakukan ibadah, karena kita harus
mengetahui bahwa hal tersebut benar diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kembali ke masalah makanan, seperti dikatakan tadi, pada
dasarnya, memakan suatu makanan seluruhnya adalah halal sampai ada dalil syar’i
yang menjelaskan bahwa makanan itu haram. Misalnya, kita diharamkan untuk
memakan tikus, kodok, binatang yang bertaring atau binatang yang bercakar yang
cakarnya itu digunakan untuk memangsa.
Lalu, bagaimana dengan ayam, sapi, kambing dan yang
lainnya yang tidak ada dalil yang menjelaskan bahwa itu adalah haram. Tentu
saja jawabannya itu adalah boleh untuk dimakan. Dan tidaklah mereka diciptakan
itu melainkan sebagai nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk hamba-Nya
yang membutuhkan energi dalam melakukan aktifitas untuk ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالا طَيِّبًا
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.” (QS. Al Maidah [5]: 88)
Jika hewan yang disembelih saja boleh untuk dimakan, maka
terlebih lagi susu atau telur yang dihasilkan oleh hewan tersebut. Bahkan susu
juga termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ
مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ
لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam
perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan
bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An Nahl
[16]: 66)
Sebab Lain Terlarangnya Menjadi Seorang Vegetarian
Walau telah jelas dalil-dalil tentang tidak haramnya
binatang ternak, ada baiknya kita juga mengetahui alasan lain mengapa menjadi
seorang vegetarian juga termasuk hal besar yang terlarang dalam agama.
1. Dapat dihukumi keluar dari Islam (kafir)
Hal ini dikarenakan seorang vegetarian telah mengharamkan
sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian,
seorang vegetarian telah membuat hukum baru yang bertentangan dengan syari’at.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاءَكُمُ الَّذِينَ يَشْهَدُونَ أَنَّ
اللَّهَ حَرَّمَ هَذَا فَإِنْ شَهِدُوا فَلا
تَشْهَدْ مَعَهُمْ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ
كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
وَالَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَهُمْ بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُونَ
Katakanlah: “Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat
mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan
ini.” Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi
bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa hafsu orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat, sedang mereka mempersekutukan Rabb mereka. (QS. Al-An’am 6:150)
Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan tafsir ayat ini,
bahwa ada dua kemungkinan ketika seseorang diminta untuk mendatangkan
dalil/alasan ketika mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan.
Kemungkinan pertama adalah mereka tidak dapat
mendatangkan dalil. Hal ini menunjukkan batilnya apa yang mereka serukan.
Kemungkinan kedua bahwa mereka mendatangkan alasan yang
merupakan kedustaan. Tentu saja persaksian mereka ini tidak diterima. Dan ini
bukanlah termasuk perkara dimana sah seorang yang adil untuk bersaksi
dengannya. Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk tidak mengikuti
persaksian mereka. (Taisirul Karimirrohman)
2. Membuat perkara baru (bid’ah) dalam agama
Hal ini terutama jika pengkhususan memakan makanan hanya
dari yang berupa sayuran tersebut disandarkan kepada agama. Atau dengan kata
lain menjadikannya sebagai sebuah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Menyerupai Orang Kafir
Tahukah anda, bahwa banyak sekali hadits dari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam yang memerintahkan kita untuk menyelisihi orang kafir?
Sampai-sampai ada seorang Yahudi yang mengatakan,
“Apa yang diinginkan laki-laki ini? Tidak ada satupun
urusan kita kecuali ia pasti menyelisihi kita di dalamnya.” (HR. Muslim)
Anda juga tentu telah mengetahui, bahwa para biksu Budha
adalah orang yang sangat teguh untuk tidak memakan daging. Mereka hanya mau
makan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Maka yang benar, seharusnya
sebagai muslim kita tidak ikut-ikutan menjadi seorang vegetarian, bahkan
berusaha menyelisihi para biksu (orang-orang kafir) tersebut.
4. Mengingkari nikmat Allah
Daging, susu, telur atau hasil makanan lain yang
didapatkan merupakan kenikmatan yang Allah berikan pada hamba-Nya.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالا طَيِّبًا
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.” (QS. Al Maidah [5]: 88)
5. Mengingkari hukum yang Allah tetapkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitahukan cara untuk
dapat memakan daging dari binatang ternak dengan cara menyembelihnya. Dan
tidaklah apa yang Allah perintahkan melainkan sebuah kebaikan. Maka adalah
suatu kesalahan ketika seorang vegetarian tidak memakan daging karena rasa
kasihan melihat binatang ternak ketika disembelih menggelepar-gelepar,
mengejang dan meregangkan otot, bahkan menyatakan itu tidak berperikemanusiaan
(atau tidak berperikebinatangan?). Sekali lagi perlu kita ingatkan, bahwa
tidaklah apa yang Allah perintahkan dan tentukan merupakan kebaikan walaupun
mungkin kita belum mengetahui hikmahnya.
Alhamdulillah, tentang menyembelih hewan terdapat
terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Schultz & Dr. Hazim
yang keduanya adalah Animal Scientists dari Hanover University – Jerman,
yang menunjukkan bahwa hewan yang disembelih tidak merasakan rasa sakit. Hal
ini dikarenakan pisau tajam yang mengiris leher ‘tidaklah menyentuh’ saraf rasa
sakit. Sehingga reaksi menggelepar, meregang otot dan lainnya hanyalah ekspresi
‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (saat darah mengalir keluar dengan deras).
Dan bukan ekspresi rasa sakit! (Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P).
Berbeda dengan apa yang orang-orang kafir lakukan dimana
mereka mematikan hewan dengan cara dipukul terlebih dahulu dengan alat
pemingsan (Captive Bolt Pistols) baru kemudian disembelih. Alasan mereka
adalah agar hewan tersebut tidak kesakitan ketika disembelih dan daging tetap
bagus karena hewan jatuh dengan pelan. Apalah artinya logika manusia
dibandingkan dengan Allah yang Maha Mengetahui. Ternyata dari hasil penelitian
tersebut, hewan yang dimatikan dengan cara tersebut segera merasakan rasa sakit
setelah dipingsankan bahkan hasil dagingnya tidak sehat untuk konsumen.
Demikianlah syari’at menjelaskan tentang makanan yang
berasal dari binatang ternak. Janganlah tertipu dengan akal kita yang menilai
sesuatu hanya berdasarkan penglihatan lahir dan perasaan semata. Sudah
kehilangan kenikmatan dunia berupa makanan lezat, merugi pula di akhirat karena
berbuat dosa. Na’udzu billah min dzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar