Islam Menghapus Agama-Agama Sebelumnya dan Penyempurna Bagi
Seluruh Agama
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menyampaikan hadits dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:
وَ الَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ! لاَ
يَسْمَعُ
بِي أَحَدٌ مِنْ
هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَ لاَ نَصْرَانِيٌّ , ثُمَّ يَمُوْتُ وَ لَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي
أُرْسِلْتُ بِهِ, إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya,
tidaklah mendengar tentangku salah satu dari umat ini, baik ia Yahudi dan
Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang
diturunkan kepadaku, melainkan ia menjadi penghuni neraka".
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul
Iman (I/134). Juga Imam Ahmad dalam Musnad (II/466) dan Ibnu Mandah dalam Kitab
Tauhid (I/314) dan juga dalam Kitabul Iman (II/192), Mustakhraj Abu Awanah
(I/104) semuanya diriwayatkan dari Abu Hurairah radliayallahu ‘anhu. Syaikh Al
Albani menjelaskan dalam kitabnya Silsilah Hadits Ash Shahihah hadits no.157,
bahwa hadits ini shahih. Sebagian jalannya sesuai dengan syarat Bukhari dan
Muslim dan sebagian sesuai dengan syarat Muslim.
Syarah Hadits
Ajaran untuk menikah membedakan antara manusia dengan hewan. Sehingga tatakala lahir seorang bayi dari seorang ibu tanpa adanya suami, dianggapnya hal ini keluar dari kewajaran dan suatu keanehan. Kode etik yang ada di tengah-tengah kehidupan, jika seorang wanita melahirkan bayi tanpa suami, maka ia telah melakukan perbuatan zina, suatu perbuatan yang sama dengan hewan, dan ini merupakan aib yang besar di mata manusia. Namun bagi seorang yang mempunyai fitrah salimah dan akal yang sehat, kejadian bayi lahir tanpa bapak pun bisa saja terjadi jika hal ini memang dikehendaki oleh Allah Ta’ala. Bukan sebagaimana yang telah dilontarkan oleh kaum Nashara, yang dikarenakan adanya bayi lahir tanpa bapak, tetapi dari tiupan ruh Allah, maka anak yang dilahirkan ditetapkan sebagai anak-Nya (dengan asumsi agar ia tidak dipanggil anak zina karena tidak mempunyai bapak).
Ini adalah kalimat yang menjijikkan dan kufur tatkala
keluar dari mulut seorang makhluk pada Penciptanya. Sungguh hanya bagi-Nya
segala kekuasaan, kehendak dan penciptaan. Tidakkah mereka tengok jauh-jauh ke
belakang, di sana ada kejadian yang lebih dahsyat dari semua itu. Yang
menjadikan seorang lebih termangu, tak mampu bergerak kecuali hanya duduk
menopang dagu. Sadarlah dan ingatlah bahwa Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa
mampu menciptakan makhluk-Nya dari seorang lelaki tanpa isteri disisinya (yaitu
diciptakannya Hawa). Bahkan lebih dari itu ia pun mampu menciptakan manusia
tanpa ayah dan ibu (yaitu diciptakannya Adam) sebagaimana yang tertera dalam
firman-Nya :
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ
اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya misal (pemciptaan) Isa di sisi Allah
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya: (Jadilah [seorang manusia]), maka jadilah ia" (Ali Imran
59)
Allah Ta’ala memperbandingkan penciptaam Isa dengan Adam
untuk membantah kedustaan kaum nashara karena mereka telah melontarkan suatu
ucapan yang tidak benar dan tanpa alasan, yaitu Isa ‘alaihis salam adalah Tuhan
atau anak Tuhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa kejadian Isa
bukanlah suatu hal yang membingungkan, bukan pula merupakan alasan yang kuat
bagi mereka untuk mengatakan Isa itu Tuhan atau anak Tuhan. Justru ini adalah
tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, satu-sataunya Dzat yang Maha
Pencipta dan Pengatur seluruh alam, serta seluruh kejadian yang ada di alam ini
di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya.
Ayat di atas selain membantah kedustaan mereka, juga
menjelaskan bahwa tak ada satu pun yang berhak untuk menandingi Allah dari segi
manapun. Allah patahkan argumen mereka dengan memberikan permisalan yang lebih
dari apa yang mereka lihat, yaitu adanya penciptaan Adam dari tanah. Maka
seandainya yang mereka katakan itu betul (bahwa Nabi yang lahir tanpa bapak
berarti Allah sebagai bapaknya), tentunya Adam ‘alaihis salam lebih berhak
karena ia diciptakan tanpa ayah dan ibu. Sedangkan Isa ‘alaihis sallam
dilahirkan hanya tanpa bapak.
Wahai manusia yang berakal. Tak cukupkah bukti ini bagimu?
Dengan pemikiran seperti ini telah mereka sesatkan sekian juta umat dari fitrah
mereka yang selamat dan akal yang sehat. Dengan doktrin-doktrin yang mereka
tanamkan ini, manusia lari dari kebenaran yang hakiki, hanya mimpi-mimpi semu
yang mereka dapatkan atau sebungkus mie.
Kebencian kaum salibis mencuat tatkala muncul sayyidul
basyar (manusia yang terbaik), habibullah (manusia kekasih Allah), Nabi yang
menjadi rahmat seluruh alam, pembawa cahaya yang menerangi jalan yang gelap
menuju jalan yang terang, penyempurna akhlak dan tauladan bagi pengikutnya.
Mereka lampiaskan kebencian dan kedengkiannya dengan ungkapan yang penuh
kedustaan sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah :
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ
إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا
جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Hai
Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
(yang turun) sebelumku, yaitu taurat dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad
(Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata" (Ash Shaf 6)
Pendustaan ini pun tidak berhenti di situ saja.
Mereka juga selalu mendengungkan propaganda "kami adalah anak-anak Allah
dan kekasih-Nya". Padahal mereka manusia biasa yang tidak terlepas dari
kesalahan dan dosa, sebagaimana yang Allah firmankan dalam kitab-Nya yang
mulia:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ
بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ
مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا
وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani mengatakan: kami
adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya. Katakanlah: Mengapa Allah menyiksa kamu
karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kesakih-Nya). Tetapi
kamu manusia biasa diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan hanyalah milik Allah kerajaan seluruh
langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya. Dan kepada Allah lah
kembali (segala sesuatu)" (Al Maidah 18)
Kaum salibis tidak henti-hentinya menampakkan kecongkakan
dan kedustaan dengan angan-angan yang selalu mereka lontarkan:
"Kamilah umat yang terbaik dan petunjuk itu ada pada kami. Tidak ada satu
pun yang dapat masuk ke dalam surga kecuali dari golongan kami saja."
Lihatlah kedustaan ini dikisahkan dalam firman Allah:
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
"Dan mereka (Yahudi dan nashrani)
berkata:"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang
(beragama) yahudi atau nashrani". Demikian itu hanya angan-angan mereka
yang kosong berlaka. Katakanlah:"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu
adalah orang yang benar" (Al Baqarah 111)
وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
"Dan mereka berkata:"Hendaklah kamu menjadi
penganut agama Yahudi dan Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah:
Tidak! Melainkan (kami mengiktui) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia
(Ibrahim) dari golongan orang-orang yang musyrik" (Al Baqarah 135)
Kebencian dan upaya untuk mempropagandakan agama mereka
membuat mereka tidak ridha selama-lamanya sebelum Rasulullah dan umatnya
mengikuti agama mereka. Sebagaimna yang telah Allah Ta’ala beritakan dalam
kitab-Nya yang mulia:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka" (Al Baqarah 120)
Pembaca yang dimuliakan Allah, sebagaimana kita ketahui,
Allah Ta’ala dengan keadilan, kebesaran dan kesempurnaan kasih sayang-Nya
kepada seluruh makhluk-Nya mengutus pada setiap umat seorang Nabi, yang Dia
sewrtakan aturan-aturan yang sesuai dengan kebutuhan situasi serta kondisi
masing-masing, sebagaimana firman-Nya:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
"Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan
aturan dan jalan yang terang" (Al Maidah 48)
Namun meskipun aturan-aturan itu beraneka ragam, tetap
ada satu kesepakatan yang Allah perintahkan kepada setiap Nabi yaitu
supaya mengajak umatnya untuk menyembah serta memberikan segala bentuk
peribadahan hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta’ala :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah saja dan jauhilah
thaghut itu" (An Nahl 36)
Dengan demikian seluruh nabi dan rasul pada hakekatnya
mereka menyeru pada ke-Esaan Allah. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyeru
untuk menyembah kepada selain-Nya, termasuk Nabi Isa ‘alaihis salam yang mereka
katakan sebagai anak Allah. Nabi Isa pun menyeru kepada kaumnya agar mereka
menyembah Allah, Rabb yang mengatur semua alam ini. Firman Allah:
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang
datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan
untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanmu. Karena itu bertaqwallah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan
yang lurus" (Ali Imran 50-51)
Dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan kerububiyahan-Nya
(Pencipta, Pengatur Seluruh Alam dan Pemberi Rezeki) yang tidak seorang pun
mengingkarinya. Sesungguhnya Dzat yang mempunyai sifat-sifat inilah yang layak
untuk disembah, bukan lainnya. Terdapat pula bantahan untuk orang-orang
Nasharani yang mengatakan "Isa itu Tuhan atau anak Tuhan". Padahal
Nabi Isa sendiri mengikrarkan dirinya "bahwa aku ini adalah seorang hamba
(mahkluk). Jangan menyembah kepadaku, tetapi sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan
kamu sekalian", sebagaimana yang Allah firmankan dalam kitab-Nya :
لَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
"Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi" (Maryam 30)
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ
إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ
سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ
إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمٌ
"Dan ingatlah ketika Allah berfirman: "Hai Isa
putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab:"Maha Suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku
pernah mengatakannya, maka tentu Engkau telah mengetahuinya. Aku (Isa) tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakan) yaitu: "Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" (Al Maidah
116-117)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa setiap yang tunduk dan
patuh kepada Nabi-Nya, dikatakan sebagai muslim di jamannya. Contohnya yahudi,
mereka dinyatakan sebagai muslimin di jalan Nabi Musa sebagaimana yang Allah
firmankan:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا
تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya ,demikian
pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): Wahai anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan sebagai
muslim" (Al Baqarah 132)
Dan diperintahkan untuk beriman kepada apa-apa yang telah
dibawa oleh Nabi-Nabi dan para Rasul sebelumnya. Firman Allah Ta’ala:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ
وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ
لَهُ مُسْلِمُونَ
"Katakan (hai orang-orang mukmin): Kami
beriman kepada Allah dengan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-Nabi dari
Tuhannya. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya
tunduk (muslimin) patuh kepada-Nya" (Al Baqarah 136)
Meski demikian keadaannya, Allah Ta’ala telah menjadikan
Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi Rasul terakhir yang
membawa kitab yang sempurna dan menghapus agama-agama sebelumnya. Oleh karena
itu tiap orang dari umatnya yang hidup di jaman setelah diutusnya beliau baik
dia yahudi, nashrani, majusi dan yang tidak beragama sekali pun, yang mendengar
ajaran Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan sampai ajaran tersebut
kepadanya, kemudian dia tidak mengimaninya, maka tempat kembalinya adalah
neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu:
((وَ الَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ! لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَ لاَ نَصْرَانِيٌّ , ثُمَّ يَمُوْتُ
وَ لَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ, إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ))
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya,
tidaklah mendengar tentangku salah satu dari umat ini, baik ia Yahudi dan
Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang
diturunkan kepadaku, melainkan ia menjadi penghuni neraka".
Berkata Imam Nawawi: "Hadits ini mengandung perihal
dihapusnya seluruh agama dengan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Umat yang dimaksudkan dalam hadits ini, mereka yang hidup di jamannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelahnya sampai hari kiamat.
Disebutkannya Yahudi dan Nashrani, dikarenakan kedua golongan ini mempunyai
kitab, maka bagi selain mereka yang tidak mempunyai kitab tentunya lenih utama
dalam mengimani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Al Albani rahimahullah berkata setelah memaparkan
hadits ini: "Hadits ini jelas sekali. Siapa pun yang mendengar dakwah
beliau dan sampai kepadanya dengan semestinya kemudian dia tidak beriman, maka
tempat kembalinya adalah neraka. Tidak ada bedanya apakah ia yahudi, nashrani,
masjusi atau tanpa agama".
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: "Islam
yang ada sejak Nabi Adam ‘alaihis salam sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam terbagi menjadi dua bagian:
a. Islam secara umum, yaitu semua pengikut rasul dikatakan sebagai muslimin di
jamannya, seperti halnya yahudi pengikut Musa, mereka muslimin di jaman Musa
‘alaihis salam. Nashara juga dikatakan Muslimin di jamannya Isa ‘alaihis salam.
b. Islam secara khusus, yaitu Islam yang ada setelah diutusnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghapus agama-agama sebelumnya dan
penyempurna bagi seluruh agama. Barangsiapa yang hidup di jaman setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengingkari ajarannya, maka
tidaklah mereka dikatakan sebagai muslimin melainkan kafir.
Dari keterangan di atas, tidak diragukan lagi bahwasanya
Allah Ta’ala tidak akan menerima agama apa pun di muka bumi ini kecuali Islam
dan Islam yang dimaksudkan adalah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang menolak maka ia telah mencari
kesengsaraan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah
Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan ia di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi" (Ali Imran 85)
Adapun firman Allah yang tertera dalam surat Al Baqarah
ayat 62 yaitu :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا
فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
yahudi, orang-orang nashrani, dan orang-orang shabi’in, siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih,
mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka, dan tidak pula merka bersedih hati’ (Al Baqarah 62)
Ahli Tafsir menjelaskan, keimanan yahudi (mereka yang
berpegang teguh kepada Taurat dan ajaran Nabi Musa ‘alaihis sallam) diakui dan
diterima sampai diutusnya Nabi Isa ‘alaihis salam. Adapun sesudah datangnya
Nabi Isa ‘alaihis sallam dan mereka itu tetap berpegang teguh kepada ajaran
Musa, dan tidak meninggalkannya, serta tidak beriman kepada Nabi Isa ‘alaihis
salam, maka celakalah ia. Demikian pula keimanan Nashrani diakui sampai
diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka setelah itu siapapun
yang tetap berpegang teguh kepada Injil dan ajaran Isa serta tidak mengikuti
ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka celakalah ia.
Wallahu a’lam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar